29. Abi menentang

251 15 11
                                    

Sesuai janji, aku update malam ini. Dan part ini adalah part yang sedikit sensitif, akan mudah ditebak atau mungkin enggak. Tinggal satu langkah lagi menuju ending. Well, temani terus mereka okay?

Typo adalah jalan ninjaku!^^

Happy reading!

***

Murid Mipa 5 tentu sangat bahagia bisa melewati satu tahun sebagai orang baru di kelas 11 dengan mudah. Mereka beradaptasi dengan cepat, lalu berbaur walaupun masih sedikit kaku dan tetap memiliki geng masing-masing. Tapi setidaknya mereka melalui itu dengan mudah.

Dan kabar baik lainnya yang membuat mereka bahagia adalah saat ini mereka resmi menjadi kelas 12 dan tidak akan dipecah kelas atau acak kelas lagi. Itu artinya di semester 5 mereka bisa kembali bertemu dengan wajah yang sama tanpa harus beradaptasi lagi.

Walaupun kabar buruknya akan ada banyak tugas, ujian praktek, ujian tulis, pengeluaran uang bimbel, buku dan segala macamnya.

Sebagian dari mereka tentu sangat bahagia dengan hasil yang didapat. Mulai dari nilai rapot dan juga prestasi yang mereka raih.

Begitu juga dengan Nata, sedari tadi ia terus saling melempar candaan dengan teman-temannya dan tersenyum bangga karena nilainya masih aman dan peringkat kelas yang tidak berubah.

"Bokap lo dimana, bang?" tanya Nagendra.

"Di kelas, katanya lupa tanda tangan absen." jawab Nata.

Nagendra manggut-manggut bodoh, "Hari ini jadi ngenalin Agatha?"

Rencananya memang hari ini dia akan mengenalkan Agatha kepada ayahnya. Tapi ia baru ingat kalau hari ini Agatha sedang ada keperluan bersama keluarga nya.

"Gak jadi hari ini, paling besok atau lusa. Bokap nginep di kosan gue, bantu prepare buat balik selama liburan." jawab Nata.

"Sukses yo, Blacky. Kita ketemu 3 minggu lagi." Finn menepuk pundak Nata, sedikit khawatir.

Nata mengangguk dan memamerkan cengiran khas nya, "Yoi, gue balik ya. Bokap udah di depan ternyata. Awas lo semua beres liburan ***** makin panjang, nonton blue film." ia tertawa iseng.

"Tau aja sih, Blacky tersayanggg." Jack mencubit gemas Nata ala tante-tante.

Nata pura-pura bergidik ngeri, kemudian pergi menyusul ayahnya.

Ingat kan? Tidak usah heran. Jack memang sejahil itu, bersyukur kakak kembarnya tak segila bocah ini.

Thomas baru saja membuat kopi dan duduk di lantai sembari melihat kembali nilai-nilai Nata yang tadi belum sempat ia lihat secara keseluruhan. Ia dan putranya cukup dekat selayaknya anak laki-laki dengan ayahnya. Ia juga selalu mendidik putra pertamanya ini dengan tegas. Karena Nata adalah calon pemimpin di masa depan dan juga anak laki-laki pertama yang harus bisa menjadi contoh baik untuk adiknya.

Dan sejauh ini ia bangga dengan apa pun yang Nata peroleh. Sedikit kekecewaan jika nilai dan prestasi turun. Tapi bukan masalah, karena ia pasti akan memberikan anaknya nasihat.

"Abi, boleh kakak tanya sesuatu?" jantung Nata sebenarnya berdetak keras.

Thomas melirik Nata setelah menyeruput kopi nya dengan santai. "Tumben, tinggal tanya aja kak."

"Kalau kakak punya pacar gimana, Abi?"

Demi tuhan, jantung Nata berdetak semakin keras. Mana disini juga tidak ada saudara nya. Anak itu malah angkat tangan setelah tahu rencana Nata.

"Ya, berarti kamu normal, kak." jawabnya enteng.

Nata melongo, bukan itu maksudnya. Kalau normal sih sudah jelas, malah setiap hari hobinya... Ah sudahlah.

[ATS1] B L A C K Y ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang