21. Drop Out

327 20 1
                                    

Hai!^^ Jangan lupa buat follow dan vote kalo kalian suka sama ceritaku. Oiya komen juga untuk saran, dukungan dan kritik lainnya.

Typo adalah jalan ninjaku!^^

Happy reading!

***

Antariksa adalah salah satu sekolah yang masih dalam tahap berkembang. Baik dari segi fasilitas dan sistem belajar nya. Di bandingkan dengan Galaxy atau sekolah lainnya bisa dibilang Antariksa masuk kategori sekolah yang tidak begitu populer.

Jarang ada yang mengetahui jika ditanya sekolah dari mana. Antariksa tidak sebegitu populer. Tapi walaupun begitu tak bisa di bohongi anak-anak Antariksa mempunyai bakat dalam akademis maupun non akademis.

Maka jangan heran setiap ada perlombaan Anatriksa akan mengirim orang dan siap-siap saja piala untuk juara 1-3 bisa saja di bawa pulang dengan mudah.

Tak jarang juga mengalami kegagalan. Namanya juga masih berproses untuk berkembang.

Katara baru saja selesai membersihkan ruang piala bersama anak OSIS lainnya. Ia di panggil ke ruang guru bersama dengan ketua OSIS baru.

"Ada apa bu?" ia menghadap Bundo selaku guru yang menjabat di kesiswaan.

"Tolong panggilkan Nata dari Mipa 5, Widia dari Mipa 3 dan juga Yusuf dan Ayman dari Mipa 2. Di tunggu di ruang BP." titah nya.

Katara masih bingung. Ada masalah apa? Tiba-tiba saja Nata dan bahkan dirinya harus berurusan dengan BP/BK?

Setelah memanggil orang-orang yang bersangkutan mereka pergi ke ruang BP. Dan terkejut begitu melihat bukan hanya guru BP saja yang menunggu namun beberapa guru mata pelajaran dan wali kelas juga ada disana.

Salah satu guru menutup pintu nya mempersilakan mereka duduk.

"Ada apa ya bu, pak. Kita di kumpulkan disini?" tanya Dwi selaku Ketua OSIS.

Bu Rosa berdeham, "Begini, kalian di panggil kesini berdasarkan keluhan dari beberapa guru mata pelajaran. Silahkan untuk dibicarakan."

"Saya mau to the point ke permasalahan nya. Bukan hanya kami yang merasa keberatan sebenarnya. Ini tentang kalian yang sering membolos pelajaran." Bu Ersa bersuara. Sementara guru yang lain masih diam mendengarkan.

Aneh, apa guna nya mereka berada di ruangan ini jika tak berbicara sepatah kata pun. Ikut-ikutan saja untuk mengeluh tapi tak berbicara.

"Jadi intinya bagaimana bu?" tanya Dwi lagi.

"Intinya kami keberatan dengan kalian yang selalu membolos di beberapa mata pelajaran hanya demi lomba dan acara lainnya." jawab pak Bambang diangguki guru lainnya.

"Tapi kita gak pernah bolos bu. Bukannya surat dispen pun selalu sampai ke tangan bapak dan ibu?" jawab Windi.

"Ya sama saja. Intinya kalian tetap tidak masuk dan tertinggal materi pembelajaran." jawab Bu Nirina.

Keenam remaja ini jelas tak terima. Dikatakan bolos, mana ada bolos dengan surat izin dari guru piket langsunh. Bukannya guru-guru sendiri yang memberi tahu harus ada surat izin dan persetujuan. Dimana letak kesalahannya jika mereka sudah melakukan sesuai aturan?

"Kita juga kasih surat disepn yang jelas ada tanda tangan dari wakasek guru piket dan guru mata pelajaran bu pak." kali ini Ayman yang menjawab dengan menggebu.

"Kalian terlalu banyak bolos dan tak masuk kelas. Kalian pikir ini bukan kesalahan?" tanya Pak Bambang.

"Kita gak merasa salah juga karena kita gak tau letak kesalahannya dimana kalau kita udah melakukan sesuai peraturan pak." sanggah Yusuf.

Dwi mau tak mau harus menengahi karena dirinya pun terlibat sudah berada di ruangan ini. "Benar apa yang teman saya bilang pak. Kita sudah meminta izin sesuai dengan peraturan. Ada surat juga yang memperjelas kami izin secara resmi."

Peraturan ini mungkin berlaku di setiap sekolah. Sakit, Izin dan jika ada acara mendadak maka siswa atau siswi diwajibkan untuk menulis surat atau meminta surat dari pihak guru piket.

Dan dengan jelas mereka melakukan semua itu dengan benar. Tetap ada keterangan dan tidak bisa disebut bolos.

Guru lain juga wali kelas harus pergi karena ada jadwal mengajar. Tersisa Bu Ersa, Pak Bambang dan guru BP.

"Ya intinya tetap sama kalian tidak hadir pada mata pelajaran kami. Nilai ujian dan rapot kalian juga kurang." Bu Ersa tetap bersikukuh pada argumennya.

Sebenarnya yang mereka permasalahkan disini itu apa? Nilai? Kehadiran? Atau izin?

Kadang kita tidak bisa mengerti ketika seorang guru memiliki salah saat dibenarkan akan semakin menjadi. Tapi ketika dikoreksi mereka akan menyalahkan kita habis-habisan seolah tak menerima kritik dan saran. Tak menerima bahwa dirinya bisa salah. Tidak semua begitu memang.

"Gapapa kalian tinggal mengakui kesalahan saja. Kehadiran kalian di rapot juga bisa saja membuat kalian tak naik kelas." jelas Bu Rosa sebagai guru BP.

"Kami mengakui bahwa kami salah." Yusuf sudah malas berdebat rasanya. Tabayun macam apa yang tak ada ujung?

"Betul bu. Tapi kami punya alasan untuk itu. Kami juga melakukan ini untuk sekolah. Prestasi yang kami raih di luar sana juga kan diberikan ke pihak sekolah." jelas Windi.

"Kita gak butuh prestasi dari kalian. Udah terlalu banyak prestaso yang kita punya. Kita cuma butuh kalian belajar di sekolah dengan rajin." jawab Bu Ersa.

Hati mereka mencelos mendengarnya. Betul-betul kejam.

"Bu Rosa siapkan surat Drop Out jika mereka masih tak berhenti untuk dispen. Ini demi mereka dan juga keadilan untuk siswa yang lainnya." putus Pak Bambang.

Gila. Ini gila.

Keputusam macam apa ini? Apakah kepala sekolah dan jajaran lainnya tidak terlibat dalam keputusan ini? Alasannya juga belum jelas. Jika hanya karena itu kenapa tidak dari dulu saja dilakukan.

Katara mengepalkam tangannya, "Maaf sebelumnya, tapi bicara mengenai keadilan. Keadilan bagian mana yang bapak maksud?" tanya nya. Ia masih menahan rasa kesal nya.

"Dengan kalian yang bolos begitu, banyak siswa lain yang mencontoh. Dan protes karena mereka juga tak bisa melakukan itu."

Katara tersenyum sinis, "Jika bapak lupa saya ingatkan kembali. Dimana letak keadilan kaliam saat hanya memanggil kami menghadap kesini? Padahal kalian sangat tau bahwa anak Atlet pun lebih banyak melakukan dispen. Futsal dan Boli bahkan lebih banyak dispen.

Lalu ekskul lainnya. Bukan hanya saya dan Dwi dari OSIS, Windi dan Yusuf dari Rohis, Nata dari Basket dan Ayman dari Kesenian. Aneh pak rasanya jika membahas keadilan tapi kami sendiri tidak mendapat keadilan."

Pak Bambang dan Bu Ersa melotot, "Kamu melawan? Apa-apaan tersenyum sinis seperti itu?"

Nata buru-buru menarik Katara mundur, "Sejak tadi saya diam karena memikirkan mungkin memang kami yang salah. Tapi benar yang Katara bilang pak. Keadilan bagian mana? Sudah cukup. Saya pergi rasanya konyol berada disini padahal tidak ada kesalahan yang jelas. Saya permisi Pak, Bu." Nata menarik Kata pergi dari ruangan.

Yusuf berdiri, "Untuk surat Drop Out nya gak usah dibuat Bu. Saya bawa orang tua saya untuk mengurus kepindahan sekolah. Terimakasih." ia pamit pergi di ikuti dengan Windi dan Dwi.

Ada yang salah dengan Antariksa. Jika mungkin sekolah lain akan sangat bersyukur saat murid-murid nya meraih banyak prestasi dan memanjakan dengan fasilitas juga nilai lebih. Disini malah menjadi masalah.

Yang lebih aneh lagi, siswa yang dipanggil ini adalah mereka yang selalu mengikuti ujian susulan dan pelajaran tambahan. Dimana letak salah yang jelas?

Seperti nya memang benar, Keadilan memang berlaku untuk mereka yang berkuasa saja.

Tbc

[ATS1] B L A C K Y ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang