Happy reading!
***
Setelah puas bermain Hago, tak lama kemudian Bu Fatimah selaku guru Bahasa Indonesia di Antariksa masuk mengisi jam pelajaran terakhir.
Materi kali ini adalah materi mengenai cerpen atau cerita pendek, dan setiap siswa di bagi kedalam beberapa kelompok. Tugas yang di minta Bu Fatimah adalah membuat karya kelas, dimana setiap anggota kelompok di wajibkan untuk membuat satu atau dua cerpen, kemudian menggabungkan cerpen setiap anggota kelompok dalam satu file word.
Tujuannya supaya setiap kelas bisa memiliki satu karya yang bisa dinikmati setelah mereka lulus nanti, dan beberapa karya tentunya akan di sumbangkan dan menjadi hak paten di perpustakaan Antariksa.
Setiap kelompok saat ini sedang berdiskusi menentukan apa tema untuk cerpen mereka, supaya setiap kelompok tidak memiliki kesamaan karya.
Sementara sedari tadi seorang gadis duduk dengan cemas, terlihat begitu gugup. Ia menarik nafas berkali-kali dan menggenggam erat pinggiran rok nya.
Hingga lelaki yang duduk satu bangku dengannya menolehkan kepala ke arahnya, "Kenapa?" suara yang Nata keluarkan malah membuatnya semakin gugup.
Gadis itu Agatha Chestiana. Gadis dengan tinggi yang ideal, kulit putih pucat dan juga rambut gelombangnya yang indah.
"Ha? Eh, gak apa ko." Agatha tersenyum simpul.
"Serius?" lagi Agatha hanya mengangguk.
Entah mengapa juga ia harus menjadi segugup ini hanya karena duduk bersebelahan dengan Nata. Emm, sejujurnya ia hanya teringat kenangan ketika masih ada di kelas 10.
Dulu memang mereka satu kelas, bahkan pernah dekat. Namun, karena alasan tertentu Agatha memilih untuk menjauh dan memberi jarak pada Nata. Dan sampai akhir kenaikan kelas mereka, Agatha benar-benar tidak berkomunikasi lagi dengan Nata di dalam kelas dan media sosialnya.
Beruntungnya juga, selama menghabiskan masa kelas 10 Agatha dan Nata tidak di pertemukan dalam satu kelompok setiap kali pembentukan kelompok dadakan. Tak terbayang akan secanggung apa. Ya, hampir mirip seperti saat ini juga sebenarnya.
Kelompok lain dan kelompok nya masih berdiskusi mengenai pengangkatan tema cerpen. Sementara Nata sendiri masih terfokus pada game di ponsel nya yang ia mainkan di bawah meja nya.
Memang ia sudah seperti candu pada game. Bahkan sangat tidak bisa jika melewati sehari tanpa game, rasanya sangat membosankan.
'Enemy Savage!'
Nata berdecak kesal, "Ah cacat tim nya!"
"Bagus ya! Orang lain diskusi kamu malah main game!" Suara Bu Fatimah mengejutkan Nata yang sedang berfokus pada ponsel nya.
'Deveat!'
"Astaga Bu, rank saya jadi turun nih! Kampret banget!" keluh Nata.
"Apa kamu bilang?!" Bu Fatimah menjewer telinga murid nya satu ini. Seisi kelas tertawa melihat kelakuan ketua kelas mereka.
"Ampun Bu!" Nata meringis.
"E-eeh Bu jangan di tarik, itu titik lemah kami para lelaki. Apalagi udah merah tuh telinganya, aduh bahaya Bu!" Nagendra berteriak kemudian tertawa saat melihat Bu Fatimah langsung melepas telinga Nata seketika.
Seisi kelas tertawa sambil menggelengkan kepala, sementara Bu Fatimah mendengus kesal kemudian berjalan kembali ke meja nya.
'Tok Tok Tok'
Ia meminta perhatian muridnya dengan menghentakan spidol ke papan tulis.
"Perhatikan dulu, sudah tertawa nya skip nanti saja." tawa di kelas mulai mereda meski masih ada yang cekikikkan. "Tugas ini Ibu tunggu sampai minggu depan, kirimkan file nya dalam bentuk word lewat e-mail. Kirim juga cover untuk buku kelas kalian. Pelajaran kali ini ibu tutup sampai disini. KM siapkan dulu sebelum pulang."
Nata berdiri dan kembali duduk di tempat duduk asalnya. Meninggalkan Agatha yang menghela nafas lega, ketika lelaki itu beranjak pergi dari tempat duduk sebelahnya.
"Hayo! Kenapa? Gugup banget lo." Ara berbisik dan menepuk punggungnya yang tadi sempat kaku.
Agatha mendelik, sahabat nya ini memang sangat senang membuat nya semakin terkejut. "Ga ada apa-apa. Dah diem mau berdoa tuh!"
Suara Nata kembali menginterupsi, "Teman-teman. Sebelum pulang, alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa menurut ajaran dan kepercayaan nya masing-masing. Berdoa di persilahkan."
Jeda 2 menit, mereka memang akan sangat fokus ketika berdoa. "Berdoa di cukupkan. Terimakasih Bu." Bu Fatimah mengangguk dan meninggalkan kelas.
"Guys, jangan lupa angkat bangkunya ke atas. Yang piket, jangan dulu pulang. Piket kelas dulu, atau gue denda kalian." Nata membereskan tas nya bersiap untuk pulang.
Ia melihat di depan kelas tampaknya Agatha sedang menunggu seseorang, "Gak balik?"
Agatha menoleh, "Eh? Iya belum lagi nunggu Irish piket dulu."
Nata mengangguk, "Gue balik duluan ya. Oke Hati-hati." ia pergi setelah menepuk pelan pundak Agatha.
'Thatha inget dong jangan baper cuma di tepuk pundak aja, inget dulu dia gimana. Ini kenapa pipi gue panas sih, ga boleh baper!' Agatha merapal dalam hatinya.
----------------------------------------
Hollaaaaaa i'm back guysss
Gimana?? Belum dapet feelnya yaa?? Sabar ini masih awalan hehe..
Dan aku juga gak terlalu bisa membangun feel yang begitu terasa menyentuh di setiap karyaku. Semuanya punya porsi nya sendiri, dan ya aku masih belajar untuk mencintai dan menikmati karya ku sendiri sebelum membangun feel yang begitu rumit. Hehe.
Semoga tetap menyukai nya ya, jangan beranjak dari cerita author yang sangat amatir ini. Dinikmati proses nya.
Udah ah, aku terlalu banyak note hehe.
See you in the next chapter!
I hope u always enjoy here~
With love, sky^^
KAMU SEDANG MEMBACA
[ATS1] B L A C K Y ✔
Teen FictionAmazing cover by del_graphic Blacky, begitu nama populer nya. Lelaki dengan warna kulit yang sangat kental dengan ciri khas Indonesia. Terlahir di Bandung dan dan besar di Yogyakarta. Lelaki dengan banyak keahlian di berbagai bidang. Lelaki yang jug...