30. Haruskah Berakhir ?

288 19 18
                                    

Hai!^^ Kita sampai di penghujung kisah mereka? Hm aku juga nggak yakin. Tapi ikuti saja ya.

And please, please, I'm begging you. Who read my story, please appreciate me. Just tap that star icon to vote, and left the comments down below. It will make me feel appreciated. Thank you!

Happy reading!

***

Berbeda
Iya.. Kita sangat berbeda
Hanya karena iman kita yang tidak sama
Sejauh itukah kita?

Adakah jalan agar perbedaan itu bisa bersatu?
Tanpa sadar...
Kita terus saja menikmati perjalanan ini
Tanpa tau ada apa di depan sana

Apakah hanya ada jalan buntu?
Kau berjalan bersama Tuhanmu
Dan aku berjalan bersama Tuhanku
Berharap ada sebuah takdir yang bisa menyatukan perbedaan itu

Tapi...
Apakah mungkin?

-Agatha Chestiana-

Gadis itu sejak kemarin malam terus mengurung diri di dalam kamar. Menulis banyak kata-kata alay di buku hariannya. Moodnya benar-benar rusak. Apalagi sejak semalam ia demam tinggi.

Seperti orang patah hati pada umumnya. Katanya ini sakit karena patah hati dan efek karena kemarin kehujanan dokter bilang.

Bohong dan bodoh kalau ia menulikan telinganya saat kemarin Thomas, ayah Nata berbicara dengan nada keras. Apa pun itu, artinya tetap mereka tidak akan direstui kan? Tetap saja Abi nya Nata akan selalu menentang. Karena memang seperti itu harusnya.

Mereja berdua sudah tahu konsekuensi tapi semakin lama, malah semakin menikmati perjalanan yang tidak pernah ada akhir bahagianya.

Yunita masuk ke dalam kamar anak gadisnya, ia mengusap lembut rambut gadis kesayangannya. Kemarin malam setelah pulang basah kuyup ia mendengarkan curhatan anak gadisnya. Bahwa ia baru saja patah hati karena perbedaan. Yunita tentu saja faham dan sangat mengerti dengan itu. Ia juga mewajarkan.

"Di depan ada Nata, kamu nggak mau ketemu? Dia bawa buah-buahan. Jenguk kamu."

Agatha menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut. Rasanya begitu sesak di dada.

"Enggak boleh gitu loh, ayo diselesaikan masalahnya. Mama tunggu di ruang tv kalau ada apa-apa." Yunita keluar dan mengangguk pada Nata untuk masuk ke dalam kamar.

Nata meletakan buah-buahan di atas meja rias Agatha, kemudian duduk di sisi kasur. Ia masih dipunggungi Agatha. Berusaha mengerti pasti sulit untuk gadis itu, tapi maaf dia gemas dan tidak akan sesabar lelaki di dalam novel.

Ia menarik tubuh Agatha yang sejak tadi berbaring memunggunginya. Kemudian memeluknya, membiarkan gadis itu lagi-lagi menumpahkan tangisannya.

Nata mengusap sayang kepala Agatha. Ia juga sedikit meneteskan air mata. Percaya tidak percaya ini sama-sama menyakitkan untuk keduanya. Perbedaan bukan sesuatu hal yang ringan dalam sebuah hubungan.

"Kenapa kesini? Hiks... Abi kamu gimana?"

Nata tersenyum, bisa-bisanya gadis ini masih memikirkan ayahnya. "Abi pulang duluan, nanti aku nyusul pulang. Ummi juga titip salam, katanya jangan marah sama takdir atau bahkan tuhan."

[ATS1] B L A C K Y ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang