18. Katara Marah?

336 26 2
                                    

Hollaaaa. Spesial karena Blacky udah 2k hari ini aku up part ini di tambah nanti malem up satu part lagi kok.. Makasih yaa^^

Typo adalah jalan ninjaku!^^

Happy reading!

***

Kesedihan setelah pemilihan ketua MPK sudah berlalu. Mereka saat ini sedang di fokuskan dengan mempersiapkan pemilihan ketua OSIS baru. Dan juga rapat-rapat untuk acara lainnya.

Apakah Nata baik-baik saja? Tentu saja tidak. Masih banyak hal yang perlu ia selesaikan. Kesedihan kemarin hanyalah bagian kecil dari dari kerumitan yang ia jalani.

Ia sudah diminta untuk menyelesaikan proposal dan data lainnya oleh wakil kepala sekolah. Dan sialnya ada beberapa bagian yang tidak ia faham dan hanya Katara saja yang faham. Karena posisi Katara pun sebagai sekretaris OSIS.

Tapi Nata tidak bisa bertanya. Setiap Nata mendekat dan bertanya pasti Katara akan langsung menghindar. Di chat pun sama sekali tak di balas. Padahal satu kelas tapi sama sekali tak bisa berbicara dengan bebas.

Agatha yang mengetahui keanehan ini dari jauh hari menghampiri Nata. "Kamu kenapa?"

Nata menoleh, "Katara kenapa sih? Aku ada salah  Tha? Dia kesannya kaya ngehindar terus setiap aku deketin."

Agatha mengerutkan keningnya, ia baru faham. Ternyata benar masalahnya ada pada Katara dan Nata. Memang apa sih? Sepenting apa hingga Nata terlihat sekusut ini? Bahkan saat Agatha tak membalas pesan Nata. Tak ada sama sekali dicari atau bahkan di spam chat. Pasti sibuk game dan basket.

Agatha bukan tipe pencemburu, hanya saja ia ingin juga diperlakukan sama seperti yang lainnya. Tapi ia sendiripun bingung berhak tidaknya untuk cemburu. Lama-lama jadi dia yang dongkol.

"Kamu bisa tanyain gak? Aku butuh dia. Bantuin ya Tha." wajah Nata memelas sekali. Ingin luluh namu ego tetap tinggi. Sesekali haruskan?

Agatha mendelik, "Enggak! Kamu urus aja sendiri." Nata menatap bingung. Pasalnya ini pertama kali Agatha nya yang pendiam bebicara dengan nada ketus.

"Kamu kenapa?" tanya Nata.

Agatha sebenarnya tau tadi Katara pergi kemana. Hanya saja ia tak ingin memberi tahu. Ia menatap Nata dengan tatapan sedih.

"Kamu ada rasa sama Katara?" Agatha menyipitkan matanya.

Menangkap maksud gadisnya Nata terbahak, konyol. Ini benar-benar konyol.

"Kamu cemburu Tha?" sambil menaik turunkan alisnya.

"Gak! Aku cuma tanya NATAAAAA."

Nata mencubit gemas pipi gadis itu, "Aku sama Katara itu udah kaya kakak adik kandung. Gak mungkin ada rasa suka-sukaan. Murni hanya itu, aku butuh dia karena memang ada keperluan mendadak sekarang dan kali ini dia lagi menghindar. Gitu Thatha sayangkuuu."

Agatha cemberut. Ia malu sendiri, ternyata hanya salah faham. Habisnya Nata dan Katara terlihat betul-betul akrab. Walaupun kadang lebih banyak cekcok karena sama-sama iseng.

Baguslah kalau begitu.

Eh?

Ia memutuskan untuk memberitahu dimana Katara. Tak tega juga melihat wajah kusut Nata yang biasanya terlihat tampan.

Nata membuka ruangan osis dan akhirnya menemukan adik pemarahnya ini. Ia kemudian duduk di sebelah gadis itu.

Katara yang memakai headset sembari bermain game masih belum menyadari kehadiran Nata. Dengan gemas Nata menarik headset dari telinga Katara. Otomatis sang empu nya menengok.

"Apasih! Ganggu aja." sewot Katara.

"Dek.. Gak mau ngobrol sama gue?" nada suara Nata benar-benar membuat Katara luluh.

Yesss berhasil!

"Ada apa?" ketusnya.

Nata terkekeh, "Santai aja dek. Gue ada salah sama lo? Gak mau jelasin apa salah gue?" tanya nya.

Katara memainkan kabel headsetnya. Ia juga mengunyah permen karet, matanya sudah memerah. Ia tak bisa melanjutkan aksi merajuk nya.

"Gak peka! Pertama abang gak bilang soal jadian sama sahabat Tara sendiri. Kedua abang juga selalu nyembunyiin banyak hal. Ketiga abang mutusin keluar tanpa cerita sama Tara dan tanpa tau Tara juga terbebani sama tanggung jawab sebagai calon Ketua OSIS." pertahanannya sudah habis. Akhirnya ia meloloskan air mata yang ditahan sejak beberapa hari belakangan.

Nata memeluk Katara dari samping, ia sendiri terkejut dengan jawaban yang Katara lontarkan. Ia kira hanya ngambek biasa.

Ia mengusap kepala Katara menenangkan. "Gue jawab ya. Pertama gue sama Agatha cuma fwb-an. Sorry buat itu dek. Dan ketiga juga sorry karena gue gak bilang. Soalnya masih perlu dipertimbangin. Maaf ya? Kan masih bisa main ke kostan, gue juga masih tetep stay kalo lo butuh dek. Gue minta maaf ya?" Katara mengangguk pelan.

Ia mengusap mata sembab Katara. Adik beda ibu bapaknya ini betul-betul membuat khawatir. Apalagi kondisi fisik Katara yang sering kali membuat Nata khawatir. Meski tak sedarah percayalah ikatan persaudaraan mereka cukup kuat.

"Jadi dek, karena lo udah maafin gue. Bantuin gue ngerjain proposal ya? Ada bagian yang susah hehe." cengiran Nata dibalas dengan cubitan pada perutnya.

Kemudian mereka berdua tertawa, masalah sudah selesai. Memang benar, seerat apa pun tetap saja jika butuh sesuatu bisa apa?

Tbc

---------------------------------------

Heyyoooooo sudah masuk akhir-akhir part. Kasih komen dan vote dong. Sebagai bentuk apresiasi kalo kalian suka dan jadi bentuk penyemangat ku hehe.

See you next chap!^^

[ATS1] B L A C K Y ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang