31. YOLO (you Only Live Once)

550 29 18
                                    

Hai! ^^ berhubung rencananya aku mau up chapter ini setelah 6k, eh taunya hari ini udah 6k hehe. Jadi ini benar-benar jadi part penutup dari cerita Blacky. Siap-siap ya. Aku kan bilang, semua berhak bahagia. Nah ini sedikit cuplikan kalau mereka juga berusaha bahagia dengan caranya masing-masing.

Happy reading!

***

Sejak satu minggu yang lalu, Nata kembali menghubungi Alpha Team. Dia meminta mereka untuk berlatih kembali karena ada pertandingan yang dijadwalkan untuk mereka ikuti.

Iya, Nata tidak kembali menyusul ayahnya pulang. Dia menetap di kosan sampai jadwal masuk sekolah tiba. Ayah dan ibunya juga sudah setuju. Dan selama itu, ia menghabiskan waktu untuk bermain basket bersama teman-temannya. Tentu saja, alasannya tetap sama. Untuk persiapan sebelum pertandingan.

Tidak sia-sia. Hasilnya sangat memuaskan.

Ingat bagaimana profesional nya Nata sebagai pemimpin sekaligus pelatih di Alpha Team? Mereka semua berlatih dengan keras. Dan kali ini mereka berlatih kembali bersama Jeremy.

Untuk melawan SMA Galaxy juga membalas perbuatan Anthony. Nata tidak gila akan prestasi dan kemenangan. Hanya saja kecurangan harus ia balas kan?

Dan kali ini, Jeremy ada dipihaknya. Ia mendukung penuh bahkan ikut dalam team yang akan melawan SMA Galaxy. Campur tangan Jeremy disini cukup membantu.

Bukan dengan cara curang seperti menjelaskan kelemahan Galaxy Team. Tapi dengan kemampuan dan kecepatannya. Dan juga strategi yang baru yang ia atur.

Kalian harus lihat bagaimana wajah kekalahan Anthony yang kedua kali. Dia tidak hanya kalah karena poin, tapi juga kalah karena tidak mempunyai tim yang bekerja sama dengan baik seperti Alpha Team tanpa harus menggunakan cara licik.

Anthony tertawa meremehkan, "Bangga punya tim sampah mantan pecandu narkoba?"

Jeremy maju hendak melayangkan satu pukulan, tapi di tahan Nata.

"Gak perlu teriak sampah kalau diri lo sendiri udah sampah. Gue tau kejadian lama itu bukan cuma kesalahan Jeremy. Lo juga terlibat." Nata berdecih.

"Sialan!" Anthony mengumpat. Ia yakin Nata sudah memegang kartu AS nya. "Lihat pembalasan gue nanti." ancamnya dan pergi.

"Pake skill jangan trik bajing licik!" teriak Nagendra, Finn, Jack, Bimo dan seluruh tim. Kemudian mereka tertawa terbahak-bahak.

"Thank's Nat, berkat lo gue nemuin bakat dan kemampuan gue. Nggak jadi sampah masyarakat yang dibilang si Anthon." ucap Jeremy.

Nata menepuk bahu temannya itu, "Santai aja."

Bukannya bermaksud tertawa di atas penderitaan orang lain, tapi Nata benar-benar puas melihat sesuatu keburukan hancur. Karena jika tidak dicegah atau dihancurkan hal seperti itu akan terus berkembang.

Kejadian saat Jeremy terjebak Narkoba juga karena ajakan Anthony yang tidak bertanggung jawab. Walaupun pada akhirnya ia meminta pihak sekolah tutup mulut. Ya alasan utamanya bukan karena Jeremy atau supaya keluarganya membalas budi karena itu. Sudah ditebak? Iya, cari aman.

Nata menebak saat ini Anthony masih belum berhenti dari obat-obatan terlarang itu. Sangat telihat sekali. Tapi kembali lagi, itu urusan Anthony. Ia tak ingin ikut campur atau hal sejenisnya. Biarkan saja.

"Ayo, Mama udah masak banyak makanan di rumah." ajak seseorang.

Nata mengulas senyum, "Okay sayang, kamu bawa piala nya ya. Senin masuk sekolah aku kasih tahu pihak sekolah." ia menyerahkan piala itu dengan bangga.

[ATS1] B L A C K Y ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang