15. Bertindak Kelewatan

800 101 16
                                    

"Maksudku, ayo tidur bersama." Ucap Yohan sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Yena.

"Huh?" Yena hanya menatap Yohan dengan bingung.

"Wae? Kau tidak mau?"

"Kau bicara apa sih? Jangan melanggar kontrak." Yena mendorong Yohan menjauh lalu kini berdiri.

Yohan hanya tertawa kecil lalu pergi menuju lemari pendingin, "kau mau minum?" Tawar Yohan sambil mengeluarkan dua kaleng bir.

"Apa kau tidak mau tidur?"

"Ayolah bagaimana mungkin aku bisa tidur kalau ada perempuan di tempatku dan kita tidak melakukan apapun. Itu hanya akan menggangguku semalaman." Ucap Yohan sambil memberikan satu kaleng bir pada Yena.

"Orang ini selalu berterus terang." Dumel Yena.

"Duduklah, aku tidak akan mengginggitmu." Ucap Yohan sambil menepuk sisi sofa yang kosong di sebelahnya.

Yena menurut begitu saja. Yena membuka tutup kaleng itu dan meminumnya.

"Bagaimana harimu dengan timjangnimu itu?" Tanya Yohan tiba-tiba.

"Ya... Kau tahu, dia terus mengusirku. Dia pikir siapa dia? Yang menggajiku negara bukan dia tapi aku terus dikendalikan olehnya." Ucap Yena kesal lalu kembali menenggak birnya.

"Kau terlahir chaebol, tapi kau sangat bersemangat menjadi polisi. Bukankah kau sangat aneh, disaat orang lain sangat ingin hidup kaya raya dan terus menghabiskan uang kau sendiri malah sibuk membahayakan hidupmu dengan menangkap penjahat."

"Hm... Kau benar. Semua ini berawal saat aku SD, seseorang menculiku dan  meminta uang tebusan pada orang tuaku. Hingga, seorang polisi menolongku dan dia benar-benar terlihat seperti malaikat saat itu. Lalu aku berpikir aku harus melakukan hal yang sama, bukankah hebat saat kita bisa menjadi secercah cahaya untuk orang yang putus asa." Ucap Yena.

"Kau pasti mengalami banyak hal sulit dalam hidupmu." Yohan mengelus puncak kepala Yena.

"Apa-apaan sih kau ini?" Yena menepis tangan Yohan.

"Mau ku ceritakan rahasiaku selama ini?"

Yena tidak menjawab tapi terus menatap Yohan.

"Sebenarnya aku dulu sangat pemalu." Ucap Yohan sambil tersenyum mengingat dirinya di masa lalu.  "Semuanya berubah saat Nona Kim berhasil membujuku bergabung dengan Kj. tepat di hari-hari aku patah hati karena di campakkan oleh cinta pertamaku."

"Aaahhh ... Yeji?" Yena mengangguk. "Lalu sekarang bagaimana? Yeji kembali, apa kau masih menyukainya?"

"Eoh? Kenapa kau tanya begitu?"

"Ne?" Yena kebingungan, Yohan benar kenapa Yena malah menanyakan hal itu? Lagipula itu bukan urusan Yena.

"Tidak perlu cemburu, aku sudah melupakannya."

"Cemburu? Ha...ha...ha... Mana mungkin aku cemburu hanya karena kau." Yena tertawa dengan canggung lalu meminum habis birnya. "Aku pinjam selimut. Aku ingin tidur." Ucap Yena mengalihkan pembicaraan.

Yohan terkekeh, "sudah ku bilang jangan tidur disini, tidurlah ke kamar."

"Aku tidak mau. Bagaimana kalau kau macam-macam padaku? Kita hanya berdua di sini. Pokoknya ambilkan aku selimut." Yena bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi. "Ah iya, boleh aku minta sikat gigi juga."

Yohan hanya menggeleng lalu mengikuti Yena ke kamar mandi. Laki-laki itu memberikan sikat gigi baru pada Yena.

"Gomawo." Yena menerimanya. "Kenapa kau tidak keluar?"

Pacar Sewaan || Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang