23. Mengakhiri Kontrak

674 93 21
                                    

Hari ini adalah hari terakhir cuti Yena yang berhasil membuat Yohan hampir pingsan karena kelelahan. Sejak pukul 6 pagi Yena sudah membawa Yohan untuk mendaki lalu siangnya mereka pergi latihan menembak. Dan kini tepat pukul 5 sore Yohan dan Yena sudah ada di kelas merajut.

Yohan terus menjadi pusat perhatian karena menjadi satu-satunya laki-laki yang berada di ruangan ini, di tambah lagi Yohan adalah seorang publik figur.

"Kau bisa keluar kalau tidak nyaman di sini." Ucap Yena sedikit berbisik.

"Tidak mau. Aku kan sudah bilang akan terus menempel padamu."

"Terserah kau saja." Yena tidak menggubris Yohan. Gadis itu kini fokus pada rajutannya.

Yohan juga ikut merajut, tapi kegiatan ini sangat membosankan untuk Yohan. Ditambah lagi tangan Yohan seperti tidak bersahabat dengan kerajinan tangan, laki-laki itu malah hanya membuat benang wol yang di pegang ya menjadi kusut.

Akhirnya Yohan menyerah dan memilih untuk tidur. Ya... Hitung-hitung ini adalah istirahatnya untuk menghadapi syutingnya besok.

✨♥️✨♥️✨

Yeonjun hanya berdiri sambil menatap datar 2 pria berjas yang malam-malam mengunjungi rumah Ibunya. Ia tahu betul mereka adalah orang-orang suruhan kakek dan ayahnya, hal inilah yang membuat Yeonjun sangat kesal dan tidak menyambut mereka dengan hangat.

"Tuan, anda harus kembali. Perusahaan kacau setelah anda pergi. Harga saham menurun dan beberapa anak perusahaan membatalkan kerjasama mereka."

"Cih, kalian pikir aku bodoh? Bagaimana mungkin perusahaan sebesar itu kacau hanya karena di tinggalkan oleh satu orang. Bukankah semua karyawan yang di rekrut adalah orang pintar? Kenapa harus mencari orang sepertiku?"

"Pergilah atau aku kalian ku lempari dengan garam." Usir Yeonjun.

"Tapi tuan..."

"Yeonjun masuk ke dalam rumah dan menutup pintu agar dua orang itu pergi."

"Yeonjun ah, kenapa kau tidak..."

"Aku lelah, aku ingin istirahat." Yeonjun memotong ucapan Ibunya dan langsung pergi menuju kamarnya.

✨♥️✨♥️✨

Yohan membuka matanya perlahan saat merasakan ada seseorang yang menepuk bahunya. Ia mengangkat kepalanya lalu menguap sambil melihat sekeliling.

"Ayo kita pulang." Ajak Yena.

"Sudah selesai?" Yohan masih setengah sadar.

"Hm." Yena mengangguk.

"Sebentar nyawaku belum berkumpul sepenuhnya." Yohan kembali menguap. "Mana hasil rajutannya?" Tanya Yohan.

"Aku tidak mau menunjukkannya sekarang." Yena menjauhkan tasnya dari jangkauan Yohan.

"Pasti hasilnya berantakan iya kan?" Tebak Yohan sok tahu.

"Diam kau."

"Eoh? Jadi benar ya?"

"Yohan hentikan. Ayo kita pulang sekarang." Yena berjalan meninggalkan Yohan.

"Tunggu aku."

Di mobil,

"Besok pagi aku sudah kembali bekerja. Sepertinya aku akan kembali sibuk." Ucap Yena tanpa melirik Yohan yang tengah mengemudi di sampingnya.

"Aku juga, akan syuting. Mungkin akan semakin sibuk."

Kini tidak ada satupun dari mereka yang bicara. Yohan fokus pada jalanan di depannya, sedangkan Yena terus melihat keluar jendela. Masing-masing dari mereka kini memikirkan akhir kontrak yang akan berakhir besok malam. Setelah besok malam berlalu Yohan dan Yena bukan siapa-siapa lagi. Mereka harus kembali pada kehidupan mereka sendiri seakan tidak terjadi apapun.

Pacar Sewaan || Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang