14. We Miss Each Other

2.9K 377 21
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Jika saja Namjoon bisa memutar waktu, mungkin satu jam lebih-lebih satu hari, maka Namjoon sangat ingin memeluk Eomma dan Appa untuk terakhir kali. Namjoon sebagai seorang anak pertama dan juga harapan keluarga ini belum sempat melakukannya. Kedua orang tua mereka belum pernah merasakan rasa dari gaji pertama Namjoon. Uang yang Namjoon hasilkan susah payah dengan keringatnya sendiri.

Namjoon hanya bisa mengatakan pada kedua orang tuanya kala itu supaya dirinya diijinkan kuliah dengan beasiswa lalu setelah kuliah Namjoon juga berpesan pada mereka, jika nanti dia sudah bekerja, kedua orang tua mereka tidak perlu bekerja lagi.

Dan sekarang, kedua orang tua mereka memang tidak bekerja. Mereka tidak ada dalam jangkauan Namjoon. Peran anak sulung sebagai keluarga sudah gagal untuk dia lakoni. Sekarang, hanya Jungkook sang adik sebagai fokus utamanya.

Kadang kala, Namjoon juga sangat ingin seperti Jungkook saat adiknya bertemu dengan Eomma dan Appa mereka dalam mimpi. Namjoon ingin melihat kedua orang tuanya untuk terakhir kali meski sesaat dan hanya dalam mimpi.

"Hyung.." Namjoon mengalihkan fokusnya pada pemuda yang sekarang sudah menjadi alasan serta kebahagiaannya. Dia tersenyum sambil meniti setiap sisi wajah Jungkook.

Semula Jungkook ragu untuk mengatakan beberapa kalimat yang tertahan di tenggorokan. Terlihat dari gelagat dan juga ekspresi wajahnya. Tapi saat Namjoon mendekatkan wajah sambil mengangkat kedua alis sebagai pertanda untuk menunggu Jungkook berucap akhirnya Jungkook tidak bisa menahan kalimatnya, "Hyung sedang merindukan Eomma dan Appa? Kalau memang begitu, nanti sore kalau.. Kalau Hyung ingin.. Kita bisa ke ma-kam Eomma.. Dan.. Appa" tanya Jungkook dengan hati-hati.

Disaat kondisi Jungkook sedang seperti sekarang? Tidak, Namjoon tidak mau. "Tidak perlu. Hyung memang merindukan Eomma dan Appa. Hyung ingin kesana tapi tidak sekarang, Jung"

Terkadang Jung, terkadang Kook, dan terkadang kakaknya memang seperti ini. Selalu berusaha kuat menahan rindu walaupun Jungkook akui Namjoon memang sosok yang mampu melakukan segalanya. Tapi Jungkook tau kakaknya tidak selalu kuat.

Superhero juga butuh istirahat..

Begitu kata Jungkook dalam hati. Jungkook meletakan alat makan dan berjalan mengitari meja makan. Dia memeluk Namjoon dari belakang dan sesekali memggoyangkan tubuh kakaknya.

"Hyung kurus" ucap Jungkook bernada kesal yang dibuat-buat. Dengan nyaman Jungkook menyembunyikan wajah pada ceruk leher kakaknya.

"Kamu yang harus menjaga pola makan. Bawa bekal hari ini, kalau kau tidak malu tentunya" ucap Namjoon sambil mengusap puncak kepala Jungkook yang terlihat dari ceruk leher di sebelah kanannya.

"Untuk apa aku malu? Itu bentuk kasih sayang Hyung padaku" Jungkook berucap dengan nada pasti dan tanpa ada jeda meskipun saat ini dia masih berada di posisi yang paling nyaman.

Namjoon melebarkan senyumannya tanpa memperdulikan sudah sedalam apa lesung pipi yang dia miliki. Ini masih pagi dan Namjoon sudah menerima banyak cinta seperti ini, hatinya bisa meledak.

Jungkook itu harus diperlakukan lembut sama seperti Namjoon memperlakukan ibunya dulu. Ibunya memang bukan seseorang yang manja, dia penuh kasih sayang sama seperti adiknya ini. Maka dari itu, Namjoon tidak akan tega untuk berbuat kasar.

Memori nostalgia yang berputar dalam kepala Namjoon harus dijeda sebentar oleh tetesan darah yang perlahan mengalir dari hidungnya. Namjoon cepat-cepat mengambil tisu dan menundukan kepala agar mimisan yang dialaminya berhenti.

Pergerakan Namjoon yang begitu cepat itu membuat Jungkook terusik, padahal dia sudah merasa sedikit mengantuk saat ada dalam kenyamanan memeluk sang kakak. Jungkook mengangkat kepalanya perlahan dan menoleh pada Namjoon.

Kedua netra Jungkook melebar saat menyadari sang kakak yang tengah mimisan dalam jumlah yang tidak sedikit. Jungkook beralih untuk memutar tubuh Namjoon untuk menghadap dirinya dan dengan cepat Jungkook menyerahkan lembar demi lembar tisu pada Namjoon.

Ada apa ini? Hyung-ie..

Jungkook tidak mengeluarkan sepatah kata apapun meski kedua belah bibirnya terbuka karena saking takutnya saat ini. Kedua irisnya bergetar begitu pula dengan kedua tangan dan seluruh tubuhnya. Semuanya sama saja. Sekujur tubuhnya sedang dipenuhi rasa takut.

Tuhan, Hyung-ie kenapa?

Satu tetes air mata jatuh dan diikuti oleh air mata yang lainnya. Jungkook terus saja memandang Namjoon ketakutan dengan tubuh yang serasa membeku, dia bungkam, dipaksa untuk tetap tenang sambil menunggu Namjoon mengucapkan beberapa penjelasan singkat yang mampu Jungkook pahami dengan baik.

Itu terjadi sekarang, saat dirasa mimisan itu sudah berhenti, Namjoon mengangkat kepala dan membersihkan sisa darah yang ada dibawah hidung dan permukaan bibirnya.

Yang Namjoon lakukan pertama kali adalah tersenyum dan mengusap salah satu sisi wajah Jungkook. Namjoon menikmati sentuhannya, berusaha untuk menyampaikan rasa sayang melalui pergerakannya.

"Hyung tidak apa-apa"

"Aku serius! Hyung harus istirahat hari ini! Aku tidak akan pergi kuliah! Aku baru keluar dari rumah sakit dan aku tidak ingin masuk kesana lagi dengan Hyung sebagai pasiennya!! Aku benci tempat itu, Hyung!!"

Namjoon segera memeluk adiknya dan mengusap kepala Jungkook dengan lembut. Namjoon menghela nafas sejenak dan berucap dengan nada lembut, "Hyung sungguh baik-baik saja. Tidak ada yang perlu kau cemaskan. Ingat! Kau masih tidak boleh banyak memikirkan hal negatif. Jika kau terus seperti ini maka Hyung akan meminta Dokter Jimin untuk menginap di rumah, kau mau?"

Jungkook tidak menjawab, dia semakin mengeluarkan isakan dan juga tangisnya dalam dekapan Namjoon. Sedangkan sang kakak kini sedang merutuki dirinya sendiri. Namjoon seharusnya tidak mimisan dihadapan Jungkook disaat kondisi psikis adiknya juga sedang dalam proses penyembuhan. []

Euphoria (NamKook) || FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang