Namjoon sangat merindukan adiknya. Setiap hari tiada kesempatan untuk Namjoon mengosongkan hati yang penuh kerinduan pada sosoknya. Namjoon merindukan tingkah dan wajah lucu itu. Namjoon merindukan ocehan dari orang yang selamanya ia anggap masih anak kecil atau mungkin masih bayi itu.
Namjoon tidak pernah menghitung hari, sudah berapa lama Jungkook terbaring koma. Namjoon tidak ingin hatinya yang terluka harus lebih terluka karena menngingat itu semua.
Ginjal baru Jungkook sepertinya masih belum mau berdamai dengan tubuh adiknya. Kemarin, Jungkook harus menerima transfusi darah lagi karena ginjalnya masih belum bisa berfungsi dengan baik. Dalam keadaan koma, Jungkook juga harus menjalani hemodialisa agar tubuhnya tetap mampu menjalankan aktivitas metabolismenya.
Yang lebih lagi, Jungkook kini dalam keadaan asidosis metabolisme, yang artinya tubuhnya tidak memiliki keadaan asam basa yang baik. Menyebabkan adiknya itu sesak dan kondisinya yang makin melemah.
Namjoon benar-benar sedang diuji kesabaran dan kekuatan hatinya karena melihat itu semua. Tapi Namjoon sudah berjanji bahwa dia akan tetap percaya pada Jungkook, selalu percaya.
Hari-hari Namjoon diisi dengan bekerja pada pagi sampai senjanya lalu menghampiri Jungkook dan menemani sang adik dalam tidurnya sampai pagi menjelang. Namjoon tidak ingin mengambil pekerjaan lembur. Dia ingin menggenggam tangan Jungkook setiap malam agar adiknya tau bahwa Namjoon selalu ada disisinya.
Antara senang dan bingung, Namjoon tidak terlalu paham. Namjoon sedang terombang-ambing, hatinya seakan sedang berada di permainan jungkat-jungkit yang membawanya naik turun tidak beraturan.
"Bagaimana keadaan Jungkook, Seokjin Hyung?" rasanya Namjoon sudah menanyakan pertanyaan ini ratusan kali. Tapi jawaban yang ia dapatkan tetap sama, Jungkook masih koma namun demikian adiknya dalam keadaan stabil.
"Aku tidak pernah menyangka kalau setelah operasi, Jungkook akan koma. Maafkan aku, Namjoon"
Namjoon hanya menggerakan sedikit kedua bibirnya. Dia tidak tersenyum, "bukan salah Hyung. Kau justru sudah menolongnya mendapatkan ginjal yang baru dan membantuku mengurus biayanya. Terima kasih, Seokjn Hyung"
Inilah yang paling Seokjin benci. Inilah saat dimana hatinya memberontak dengan kuat. Berterimakasih, padahal Seokjin merasa dirinya sangat tidak berguna saat ini. Setiap kali memeriksa Jungkook, Seokjin berharap selalu ada perubahan yang baik tapi ternyata keadaan Jungkook memang selalu sama. Anak itu stagnan dengan kondisinya yang sekarang.
"Bagaimana Taehyung, Hyung?"
Pertanyaan kedua yang membuat Seokjin kembali kebingungan ini harus ia jawab dengan jeda yang teramat panjang.
"Entah. Dia masih belum mau kembali ke rumah sakit. Dia masih sangat bersalah padamu"
Namjoon tersenyum tipis mendengarnya. Dia baru tau, bukan hanya dia yang menyayangi Jungkook sedalam itu.
"Aku harap dia segera kembali. Jungkook akan marah sekali jika tau hal ini" jawaban datar ini mengalihkan perhatian Seokjin untuk menatap wajah lelah Namjoon.
"Aku harap Jungkook segera bangun dan melihat dirimu juga selelah itu, Namjoon-ah"
Kenapa, ya? Hati Namjoon sangat berdesir mendengarnya. Tubuhnya sempat bergetar beberapa saat dan bibir bawahnya sempat ia gigit kuat.
"Aku masih percaya padanya, Hyung"
Jeda Namjoon sesaat.
"Aku sangat percaya padanya"
"Aku begitu percaya padanya"
"Aku tidak akan berhenti percaya padanya"
Seokjin menunggu. Dia tau sebentar lagi Namjoon akan terisak kuat. Terdengar jelas dari suaranya yang melemah diakhir karena menahan tangisnya.
Seokjin menepuk beberapa kali bahu Namjoon untuk menguatkan sahabatnya itu.
Sejak Jungkook terbaring dalam koma, semua teman-temannya saling membantu Namjoon dalam keadaan apapun. Yoongi yang membantu mengurus keperluan rumah, Hoseok yang membantu untuk beberapa pekerjaan Namjoon, dan Seokjin yang selalu menguatkan Namjoon.
"Kau tetap ingin terlihat tegar seperti itu?" pertanyaan ini dari Seokjin.
"Lalu, apa kau ingin aku menangis didepannya, Hyung?" jawab Namjoon dengan menatap dalam manik Seokjin.
"Setidaknya, buat hatimu membaik. Jika kau memang ingin sekali menjerit untuk apa kau terdiam dan mencoba menganggap semua baik-baik saja?"
"Aku tidak baik-baik saja dan kau tau itu, Hyung. Tapi untuk menangis didepan Jungkook, aku tidak bisa!"
Namjoon meninggalkan Seokjin yang masih duduk terdiam di kantin yang disediakan rumah sakit.
Kepergian Namjoon tidak membuat Seokjin marah, ia justru merasa kebingungan dan begitu ingin berusaha lebih keras lagi untuk membuat Jungkook segera sembuh dan membawa Taehyung kembali bekerja.
***
Namjoon tersenyum tipis sambil menyisir rambut Jungkook yang mulai memanjang dan tidak beraturan. Lagi, ia membawa punggung tangan Jungkook untuk ia dekatkan pada wajahnya. Ia terus memandangi raut tenang Jungkook yang semakin hari membuatnya semakin ketakutan itu.
Suara pintu yang terbuka tanpa suara ketukan yang mendahului itu sedikit mengejutkan Namjoon. Ia sampai berdiri dari duduk tenangnya.
Pemuda dengan hodie, masker hitam, dan penutup kepala itu menatap Namjoon dengan terkejut tapi berbeda dengan Namjoon yang justru lebih tenang dan tersenyum tipis padanya.
"Taehyung"
Kaki kanan Taehyung ia mundurkan sedikit. Dia masih belum mampu menatap Namjoon.
Sementara itu Namjoon justru mendekat dan membawanya untuk berdiri disamping Jungkook bersama dengannya.
"Jungkook tidak akan suka jika tau kau sampai meninggalkan pekerjaan karena dirinya"
Perkataan Namjoon ini seakan hanya sebuah dengungan saja bagi Taehyung.
"Semua ini bukan kesalahanmu, Tae. Jungkook hanya butuh penyesuaian karena ada organ baru dalam tubuhnya"
"Itu yang kau tau, Hyung!" sanggah Taehyung dengan cepat.
"Kau tidak tau aku sudah sangat berusaha agar operasinya berhasil. Tapi kenapa jadi seperti ini? Kenapa!!" Taehyung sedikit menaikan nada bicaranya. "Aku sudah sangat berusaha, Namjoon Hyung. Aku minta maaf..." tambah Taehyung yang kini bernada teramat lirih.
Namjoon membawa Taehyung dalam rengkuhannya. Ia menyembunyikan wajah Taehyung dan menyandarkan kepala dokter muda itu di salah satu bahu tegapnya. Sebenarnya, saat ini Namjoon juga tengah berusaha untuk tidak menangis. Dia sangat berusaha untuk tidak terisak.
"Maafkan aku, Namjoon Hyung. Aku tidak tau kalau Jungkook akan seperti ini... Argh!!"
Lirihan Taehyung diselingi dengan teriakan kemarahan yang tersembunyi dalam rengkuhan yang diberikan oleh Namjoon. Sementara Namjoon, tidak bisa berbuat banyak selain meratapi nasib yang saat ini harus dia jalani.
"Jungkook, bangun dan lihat betapa kami sangat tersiksa dengan kerinduan dan juga penyesalan. Kakak percaya padamu"
Sebuah panggilan yang begitu lirih terdengar telinga mereka setelahnya. "Hyung-ie"[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria (NamKook) || Fin
FanfictionNamjoon bersama Jungkook. Kakak yang selalu berusaha menunjukan pada adiknya tentang kerja keras untuk mencapai mimpi. @2019 Namkook Brothership