Mereka berdua pulang ke rumah mereka setelah liburan panjang. Menghabiskan waktu bersama lagi. Namjoon fokus bekerja dan Jungkook masih kuliah. Jungkook juga sudah menghibur para pecintanya yang sudah menunggu dia di restoran milik Yoongi. Jungkook sangat populer sekarang. Ia juga banyak menerima permintaan foto bersama dan juga sering menolak mereka yang meminta nomor ponsel.
Wajah Jungkook jadi sangat merah saat menceritakan itu semua pada kakaknya saat hari pertama bekerja. Ah, melelahkan. Tapi juga membuatnya malu. Tapi dia juga sangat senang. Intinya, Jungkook sebisa mungkin akan bekerja disana sampai ia lulus kuliah.
Ingat, Jungkook bukan mahasiswa dengan kepintaran yang luar biasa sama seperti Namjoon. Dia hanya menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya kini. Tapi bukan berarti Jungkook tidak serius. Dia tidak ingin membuat kakaknya kecewa, dia juga bertekat untuk lulus tepat waktu dan menjenguk kedua orang tua mereka dengan mengenakan baju toga. Sedih sekali, wisuda tanpa kehadiran orang tua. Tapi keadaan tetap keadaan, kenyataan dari Tuhan tetap yang terbaik untuknya.
Jungkook juga berencana untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Perekonomian keluarga bukan tanggung jawab Namjoon seorang diri. Jungkook juga ingin membuat kedua orang tuanya bangga saat melihatnya bekerja dan membantu kakaknya.
Namjoon, dia si penggila kerja dengan wawasan yang luar biasa. Karirnya meningkat seiring berjalannya waktu, begitu juga dengan fee yang ia dapatkan. Cukup untuk memperbaiki beberapa titik rumahnya dan dia juga tengah menabung untuk membeli mobil serta sepeda untuk Jungkook sebagai kado ulang tahun untuknya satu september mendatang.
Namjoon percaya, semua usaha yang ia lakukan pasti membuahkan hasil. Waktu sulit yang ia hadapi akan terbayarkan saat melihat senyuman Jungkook dan melihat Jungkook tidur di rumah yang nyaman. Namjoon tidak ada rencana untuk pindah dari rumah masa kecilnya kini. Terlalu banyak kenangan dan Namjoon sudah lima tahun meninggalkannya. Namjoon tidak mau meninggalkan rumah masa kecilnya lagi.
"Kook-ah, sudah pagi"
Jungkook tidak sebandel dulu lagi. Ia langsung bangun dan melangkah pelan dan hati-hati menuju kamar mandi.
Namjoon yang di kamar sebelah saat ini sedang menata dirinya. Dia sudah mandi lebih dulu. Hari ini, ia dan Jungkook sudah berencana untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Karena Jungkook bangun kesiangan jadinya Namjoon harus rela menunggu beberapa saat sampai Jungkook siap.
"Hyung tidak sarapan?"
Namjoon menggeleng singkat dan dengan cepat. "Nanti sarapan di jalan saja"
"Apa Hyung malas memasak?"
"Tidak, Kook-ah"
"Apa bahan masakan di kulkas sudah habis?"
"Aniyaa"
Jungkook didorong Namjoon sampai pintu keluar rumah mereka. Disana sudah ada sepeda yang masih baru dengan bungkus plastiknya yang masih rapi. Jungkook melongo dan beberapa kali menggelengkan kepalanya. Dia membalikkan badan dan menatap Namjoon tidak percaya. Berbeda dengan Namjoon yang sedang menatapnya dengan wajah yang begitu senang.
"Awalnya Hyung menunggu hari ulang tahunmu. Tapi karena masih lama jadi sekarang saja"
Jungkook menggeleng lagi tapi tatapannya sedang penuh keharuan.
"Seharusnya uang Hyung bisa digunakan untuk hal yang lebih penting"
"Apa? Hyung belum bisa menemukan yang penting lagi selain keluarga. Jadi, itu sepedamu. Kau mau mencobanya dulu?"
Jungkook justru memeluk Namjoon begitu erat sampai kakaknya harus mundur beberapa langkah karena kekuatannya.
"Gomawo, jinjja gomawo, Hyung-ie"
Namjoon mengusap punggung dan belakang kepala Jungkook bergantian. Dia tidak mau membalas kalimat terima kasih Jungkook karena adiknya tidak perlu melakukan itu.
Jungkook melepaskan pelukan dan melangkah cepat menuju sepeda barunya. Ia merobek plastik yang menjadi pembungkusnya. Dia juga langsung mencoba sepeda itu beberapa putaran. Ia tidak sadar bahwa Namjoon sedang meletuskan gelembung kecil-kecil yang ada diplastik pembungkus sepeda barunya tadi. Namjoon sangat senang melakukannya sejak kecil.
***
Jungkook meletakan bunga yang ia beli. Bunga lily kesukaan ibunya dan kegemaran ayahnya. Jungkook tidak akan pernah lupa meskipun foto yang ada dalam lemari kaca itu sudah begitu usang tapi Jungkook masih sangat ingat wajah-wajah yang ia rindukan.
Berbeda dengan Jungkook, Namjoon membawa sebuah bingkai foto yang isinya adalah capture dari video call yang ia lakukan terakhir kali dengan kedua orang tuanya. Namjoon masih menyimpan capture itu dalam memori ponsel juga isi pembicaraan mereka dalam memori kepalanya.
Namjoon dengan perlahan dan bangga memberikan kado itu untuk kedua orang tuanya. Terlihat seperti foto keluarga, hanya saja memang diambil dari sudut berbeda.
"Hyung, menurutmu, apa yang ada difikiran Eomma dan Appa melihat anak-anaknya sekarang?"
Namjoon tersenyum tipis, "wah, Appa pasti akan mengatakan bahwa kita kehilangan akal dan Eomma akan mengatakan kita semakin hari semakin nakal saja" jawaban itu mengundang tawa keduanya.
"Ternyata, aku sudah tua sekali ya, Hyung"
Namjoon mengerutkan alisnya dalam dan menoleh pada Jungkook. "Iya, kau pasti sangat lelah, Ajushi" Namjoon langsung mendapat hadiah siku tangan kanan Jungkook yang meninju perutnya.
"Jadi, Eomma dan Appa sudah bahagia disana?" tanya Jungkook tiba-tiba pada kedua orang tuanya. "Kalau memang begitu, jangan datang dimimpiku dengan terluka seperti itu. Datanglah dengan pelukan untuku dan Hyung-ie"
Namjoon bukannya tidak ingin mengutarakan isi hatinya. Dia lebih memilih diam. Jika Jungkook tau, serindu-rindunya Jungkook pada kedua orang tua mereka, Namjoon lebih rindu lagi. Tapi dia juga tidak berbuat banyak, takdir Sang Pencipta memang selalu yang terbaik untuk hambaNya.
"Menangis?" tanya Namjoon pada Jungkook yang dibalas dengan gelengan kepala. Namun ada kerutan alis yang begitu dalam pula di wajahnya. "Menangis?" tanya Namjoon lagi. Kali ini Jungkook sudah mulai berkaca dengan kedua bibir yang ikut berkerut dan kedipan kelopak mata yang cepat. "Menangis?" ini yang terakhir dan Jungkook tidak bisa lagi menahannya. Ia menyembunyikan wajah dalam kedua telapak tangan dan terisak disana.
"Aigoo.. Uljima uljima, wae uroo..? Jinjja, Kook-ah. Hey, Kook-ah, uljima.."
"Hyung-ie...."
"Aiisshh, jinjja" Namjoon mengeluh sambil tertawa dan membawa Jungkook dalam rangkulannya. Ia sambil menatap wajah kedua orang tuanya dan berkata dalam hati.
Kami sudah bahagia, Eomma, Appa. []
Fin...
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria (NamKook) || Fin
FanficNamjoon bersama Jungkook. Kakak yang selalu berusaha menunjukan pada adiknya tentang kerja keras untuk mencapai mimpi. @2019 Namkook Brothership