***
"Sudah siap berangkat, Saeng? Kau sudah lebih baik?"
Jungkook dengan gaya imut manisnya tersenyum dan merangkul Namjoon sejenak. "Hyung kan tau aku selalu seperti itu setiap malam" jawab Jungkook yang merasa bahwa semuanya baik-baik saja. Iya, memang begitu. Eomma dan Appanya juga selalu meminta pada Jungkook agar dia memberitahukan pada kakaknya, semua, baik-baik, saja.
"Kau mau dijemput Hyung?"
"Memang Hyung pulang cepat?" sebenarnya ucapan ini tidak jelas karena Jungkook sedang menyantap roti selai buatan kakaknya.
Namjoon mengusap pipi dan kedua ujung bibir Jungkook yang kotor karena selai coklat, "Hyung ingin pulang cepat. Hyung ingin jalan-jalan denganmu"
"Jinjja?!!"
Namjoon spontan heran dan membolakan kedua matanya. Dia tidak tau Jungkook akan sesenang itu. Rasanya dia sedang bicara dengan bocah berusia lima tahun.
"Mau tidak?"
Jungkook mengangguk cepat. Namjoon sepertinyan harus mengingatkan pada Jungkook kalau kepalanya akan terlepas jika terus mengangguk dengan penuh kekuatan seperti sekarang.
"Jam 4 sore Hyung jemput di kampus. Hyung tunggu didepan gerbang"
"Baik Hyung"
***
Jungkook menunggu. Dia adalah anak kuliah yang normal-normal saja. Itu pilihannya. Dia tidak mau terlihat pandai meskipun dia bisa atau terlihat berandal meskipun dia ingin.
Seperti yang Jungkook duga kakaknya akan tepat waktu. Tepat pada jam 4 sore, Namjoon sudah menunggunya didepan gerbang.
Ini adalah kali pertama Namjoon dan Jungkook bepergian setelah Namjoon pulang dari London.
"Jangan memasang wajah tampan seperti itu nanti banyak yang suka"
"Sepertinya sudah, Hyung"
Namjoon menolehkan kepalanya pada samping kiri. Sudah ada beberapa gadis yang mencuri pandang pada mereka berdua.
"Sebentar lagi akan banyak juga yang menanyakan Hyung padaku"
Namjoon segera menyambar ceruk leher Jungkook dan menyeret adiknya untuk segera berjalan sambil berkata, "jangan jujur pada mereka. Katakan saja aku ini pemulung"
"Mana ada pemulung berpenampilan seperti ini? Lagipula apa Hyung tidak bosan sendiri terus?" goda Jungkook sambil membalas rangkulan Namjoon. Kedua tangan mereka kini saling memeluk.
"Ada kau jadi Hyung tidak bosan"
Jungkook sekarang merasa ada yang tidak beres dengan kakaknya sendiri.
"Kalau aku yang bosan bagaimana?" Jungkook menoleh pada kakaknya dan menggoda Namjoon dengan senyumannya.
"Hyung akan carikan satu Noona untukmu"
"Aah! Hyung!" pukulan yang tidak menyakikan diberikan pada Namjoon. Jungkook tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau dia benar-benar bersama seorang Noona, malu sekali pasti.
"Apa? Hyung ingat kok saat kamu masih SD kau sempat bercerita pada Hyung kalau kau sedang suka pada kakak kelasmu. Apa sekarang masih begitu?"
"Hyung~~" Jungkook beralih mencubit perut dan punggang Namjoon dengan gemasnya.
"Aheheh... Iya iya, Hyung berhenti menggodamu" Namjoon menyerah, dia kegelian tapi juga dia senang diperlakukan demikian oleh adiknya.
Sore ini dihabiskan oleh kakak adik itu hanya dengan berjalan menyusuri kota dan menikmati pemandangannya. Saat ini sudah ada dua eskrim yang ada ditangan keduanya masing-masing.
"Jika sudah waktunya pulang, kita akan memesan bus" kata Namjoon sambil menatap adiknya dengan penuh kasih sayang.
"Aku tidak mau pulang, aku ingin jalan-jalan terus dengan Hyung"
Namjoon mengusak rambut adiknya perlahan. Selalu lembut dan berwarna hitam seperti ibunya. Memang jika dilihat lagi, Namjoon dan Jungkook memiliki raut yang berbeda. Jungkook lebih mirip sang ibu, sedangkan Namjoon lebih mirip sang ayah.
"Hyung juga begitu tapi besok kau harus kuliah dan Hyung bekerja"
Jungkook mengangguk dan memasukan corn eskrimnya. Itu adalah suapan terakhir Jungkook, eskrimnya sudah habis.
"Kook, kenapa kau tidak berhenti bekerja saja? Hyung sudah disini dan sudah bekerja pula"
Jungkook meminta eskrim Namjoon dan dengan senang hati Namjoon memberikannya.
"Aku harus belajar menabung, Hyung. Lagipula aku senang bekerja disana bersama Yoongi Hyung"
Namjoon tidak ingin memaksakan kehendak. Disisi lain dia tidak ingin Jungkook memikul suatu beban sendiri tapi disisi lain dia juga tidak berhak untuk menghalangi keinginan Jungkook untuk mandiri. Namjoon tau Jungkook pasti paham sampai mana batasannya.
"Jadi, kau ingin mandiri? Bukankah sejak dulu kau sudah melakukannya? Dua tahun tanpa Hyung, Eomma, dan Appa"
Jungkook kini memutar kepalanya untuk menoleh pada Namjoon. Dengan netra bulan yang tampak bening sampai mampu membiaskan cahaya senja Jungkook memandang Namjoon dengan penuh kasih sayang pula. Bisa dipastikan saat ini, Namjoon tengah terkesima oleh Jungkook. Adiknya yang luar biasa dan selalu menjadi sumber kebahagiaannya.
"Itu berbeda, Hyung. Tanpa Hyung, Eomma, dan Appa itu namanya aku sendirian"
Sebuah pukulan telak sedang Namjoon terima.
"Hyung juga berjuang sendirian saat harus kuliah di London. Mengingat itu semua ternyata kita sangat kuat sekali ya, Hyung"
Namjoon membawa Jungkook dalam rengkuhan ringannya. Dia biarkan adiknya bersandar dibahu kuat miliknya karena selama ini Jungkook jarang melakukannya.
Namjoon mendongakkan kepala untuk melihat bintang yang mulai muncul pada langit orange bercampur dengan warna biru yang tenang. Meski tidak banyak bermunculan tapi benda angkasa itu selalu membuat Namjoon senang saat memandangnya.
Namjoon menyodorkan jari kelingkingnya didepan wajah Jungkook, "janji pada Hyung, mulai sekarang Kookie tidak akan membiarkan Hyung sendirian"
Tanpa berfikir apapun, Jungkook menautkan jari kelingking dan berucap, "janji. Hyung juga tidak boleh meninggalkanku lagi"
"Tidak akan"[]
Souyaa
Apakah caraku menulis 'Nuna' itu benar? Mohon pencerahan?😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria (NamKook) || Fin
Fiksi PenggemarNamjoon bersama Jungkook. Kakak yang selalu berusaha menunjukan pada adiknya tentang kerja keras untuk mencapai mimpi. @2019 Namkook Brothership