***
Dua dokter tersebut menghampiri Jungkook dan Namjoon di lobby rumah sakit. Hari ini adalah untuk kesekian kalinya Jungkook konsultasi.
Jimin melakukan tugasnya dan Seokjin membawa Namjoon untuk mencari makan siang. Menunggu Jungkook sedang di hipnoterapi pasti sangat membosankan.
Jimin terus memandangi Jungkook. Ia biarkan pasiennya menangis dalam tidur. Bagi Jimin, seperti itu lebih baik ketimbang Jungkook yang sebelumnya. Dia menolak menangis dan justru mengamuk menyalahkan diri sendiri.
Dibandingkan sebelumnya, Jungkook jauh lebih tenang dan terlihat sudah bisa menerima kenyataan. Terlihat seperti itulah Jungkook dimata Jimin saat ini.
Eomma, aku takut. Eomma... Eomma...
Jimin hanya tersenyum sendu ketika mendengar rintihan Jungkook yang sedang mengadu ketakutan entah pada ibunya atau pada sosok yang menyerupai ibunya dalam mimpi.
Sa-kit..
"Kook, gwenchana?"
Jimin merespon cepat. Dia tidak memperkirakan kalau Jungkook memang sudah tidak bisa menunggu lagi. Jungkook harus mendapatkan donor ginjal secepatnya.
***
Namjoon meletakan bunga yang ia beli saat perjalanan menuju rumah abu. Tempat kedua orang tuanya kini berada. Namjoon datang bersama Jungkook. Entah kenapa, dia sangat ingin datang dengan sang adik dan menyapa kedua orang tuanya.
Namjoon menundukan kepalanya sambil merapalkan bait-bait doa. Berbeda dengan Jungkook, pemuda itu hanya berdiri sambil memandang punggung Namjoon yang terlihat kuat tapi kedua bahu Namjoon terlihat gemetaran.
Rindu kepada kedua orang tua sendiri, siapa yang bisa menahan itu semua?
Jungkook akhirnya mengikis jarak dengan Namjoon dan mendekap kakaknya dari belakang. Punggung dari seseorang yang selama ini melindunginya, bekerja untuknya, memberikan kasih sayang luar biasa, dan punggung dari seorang kakak yang hanya mementingkan kebahagiaan adiknya. Jungkook mendekapnya erat.
Yang ada dalam kedua tangan Jungkook kini sedang tersenyum tipis tanpa mengalihkan pandangan dari foto kedua orang tuanya. "Kook, Eomma dan Appa tidak akan marah 'kan?"
Mendengar hal itu, Jungkook melepaskan rengkuhannya perlahan, "maksud Hyung?"
"Dua tahun Hyung meninggalkanmu. Seharusnya Hyung tidak terlalu memaksakan diri untuk kuliah di luar negeri. Kalau Hyung tau semua akan berkorban demi keinginan Hyung itu. Termasuk denganmu, yang mengalami waktu yang sulit. Sampai sekarang, Hyung tidak bisa membayangkan betapa sakit dan ketakutannya dirimu saat ginjalmu diambil paksa dengan cara yang teramat keji"
Jungkook sedikit menunduk ketika mendengar semua kalimat kakaknya. Inu adalah kali pertama Namjoon menjelaskan pada dirinya soal penyesalan serta rasa bersalah dalam hati yang mungkin selama ini kakaknya pendam.
Aku tidak hanya merekomendasikannya. Aku ingin kau melakukannya!
Lagi-lagi kalimat dari Dokter Taehyung lewat begitu saja dalam fikirannya. Sungguh bukan situasi yang tepat menurut Jungkook.
Ia angkat kepalanya untuk sekali lagi menatap punggung Namjoon beserta foto kedua orang tuanya yang tidak terhalangi oleh tubuh kakaknya. Jungkook membolak-balik kalimat dari dokter yang sekarang sudah ikut mengambil alih kepentingan pengobatannya.
Jungkook menghela nafas sejenak untuk memgumpulkan sedikit keberanian. Ada beberapa kalimat yang harus Namjoon dengar darinya secara serius.
"Dengan pengorbanan itu, sekarang aku punya kakak seorang arsitek..."
Namjoon memutar badan ketika mendengar kalimat pertama Jungkook dan itu belum selesai.
"Aku tidak pernah menyesal untuk berkorban seperti itu. Disana, Hyung juga berjuang untuk mendapatkan cita-cita Hyung. Aku tidak menjalani masa sulit lagi saat menjemput kepulangan Hyung dulu. Sekarang, Hyung bersamaku. Tidak ada lagi saat sulit yang Hyung jelaskan tadi"
Jungkook mengigit bibir bawahnya sebentar lalu melanjutkan, "kali ini, aku tidak punya rasa takut lagi saat berjuang karena ada Hyung bersamaku", Jungkook menjeda kembali kalimatnya. Kini dia dilanda kebingungan. Ketara jelas dari kerutan di alis dan juga mimik wajah yang tampak resah bahkan Jungkook juga meremat kesepuluh jarinya sendiri.
"Dokter Taehyung. Dia.. dia.. dia mengatakan padaku kalau... kalau aku... harus operasi.. transplantasi...gin-jal, Hyung", Jungkook spontan menunduk. Dia sedang berbicara dengan kakaknya sendiri tapi kenapa harus ada rasa takut yang cukup aneh dia rasakan?
Untuk menghilangkan ketakutan itu, Jungkook memilih untuk menarik nafas panjang dan melampiaskannya pada sepuluh jemari yang masih dia remat sesuka hati.
"Aku akan berjuang sekali lagi, Hyung. Aku tidak takut, tapi... Hyung akan tetap bersamaku 'kan?"
Namjoon belum juga menjawab pertanyaan terakhir Jungkook meski sudah ada beberapa detik berlalu. Jungkook paham. Kakaknya pasti terkejut dengan berita yang mendadak begini. Sama halnya, dirinya saat Taehyung tiba-tiba mengatakan dia harus operasi. Itu tandanya, kondisi Jungkook tidak sedang baik-baik saja.
Jungkook tidak berani mengatakan sepatah kata lagi. Dia lebih memilih diam dan menundukan kepala. Raut wajah Namjoon yang kelewat tenang kini membuat Jungkook bingung, kakaknya itu sedang marah atau masih sedang memproses informasi yang baru saja dia berikan.
"Kau tau, Kook. Dari dulu kamu bukan seorang pembohong yang pintar..."
Kalimat ambigu dari kakaknya kini mengangkat kepala itu tepat pada detik pertama setelah Namjoon berucap. Jungkook memfokuskan segala fikirannya hanya pada kalimat Namjoon berikutnya.
Namjoon mendekat dan mengambil kedua jemari Jungkook untuk digengamnya, "dengan kedua tangan yang gemetar seperti ini, kau yakin kau tidak ketakutan, Kook?"
Telapak tangan kakaknya benar-benar hangat. Seakan membawa Jungkook pada masa kecil penuh kenangan indah seperti waktu yang sudah-sudah.
"Jika kau takut, jujur saja. Sama seperti Hyung, kau mengira Hyung tidak takut saat mendengar kabar tentang operasi itu dari Seokjin Hyung?"
Jungkook membulatkan kedua netranya, "jadi, Hyung sudah tau?" tanya Jungkook dengan suara pelan bercampur terkejut.
Namjoon bereaksi cepat. Dia mengusak kasar rambut yang ada dipuncak kepala adiknya dengan gemas, "pabo-ya! Sebelum dirimu, pasti Hyung yang menerima informasi itu pertama kali~"
Benar juga!
Namjoon beralih menangkup kedua pipi Jungkook dan menatap adiknya dalam, "berjuang sekali lagi, hm? Hyung ingin kamu melihat ada Hyung bersamamu. Tidak akan terjadi apapun, kau bisa melakukannya dengan baik"
Ada sebuah tanggung jawab yang begitu berat kala Jungkook menatap dalam iris kehitaman kakaknya. Tapi, mau bagaimana lagi? Memang sekarang adalag waktunya dia berjuang. []
Souyaa
Aku baca lagi komen kakak pembaca di chap sebelumnya, dan rata-rata semuanya pada ngga percaya sama adek. Pada yakin banget kalo adek bakal diem-diem soal operasinya itu😂😌✌✌
Ayolah, Kak. Aku ngga akan ngasih konflik yang aneh-aneh di cerita ini. Aku tetep akan membuat cerita ini seperti obat karena ending yang ngga enak di ceritaku namkoon yang lain our magic shop dan moonchild. 🌻❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria (NamKook) || Fin
FanfictionNamjoon bersama Jungkook. Kakak yang selalu berusaha menunjukan pada adiknya tentang kerja keras untuk mencapai mimpi. @2019 Namkook Brothership