"Kau baik-baik saja?" tanya Namjoon cemas pada Jungkook yang kini tengah berbaring dengan baju operasi. Adiknya itu tidak bisa menjawab karena separuh wajahnya sudah tertutup oleh masker oksigen. Jungkook hanya mengangguk saja sambil memandang sayu dirinya.
"Semuanya akan berusaha yang terbaik, jadi Jungkook juga harus menunjukan bahwa Jungkook mampu bertahan dan berjuang bersama mereka"
Jungkook lagi-lagi mengangguk sambil berkedip pelan. Semakin dia memandang sorot Namjoon, Jungkook justru semakin bisa merasakan ketakutan kakaknya.
Namjoon meraih salah satu tangan Jungkook dan menangkup tangan tersebut. Namjoon sesekali mengusapnya kemudian tangannya beralih untuk mengusap kepala Jungkook.
Semua itu justru semakin membuat Jungkook khawatir. Dia meneteskan air mata dari sudut kelopaknya. Namjoon yang mengetahui itu langsung bergerak cepat untuk mengusapnya.
"Ada apa? Jungkook khawatir?"
Namjoon melebarkan senyumannya lalu semakin memdekatkan diri pada sang adik.
"Semua dokter disini sangat hebat. Kau mengenal mereka. Seokjin Hyung, Tae Hyung, mereka berdua tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu"
Jungkook mengangguk lagi. Dia benar-benar ingin membuka mata kembali dan memeluk Namjoon setelah selesai operasi nanti.
Namjoon tersenyum simpul dan mencium kening Jungkook sambil mengusap puncak kepala adiknya.
"Uri dongsaeng, fighting!"
***
Dua jam dan Namjoon masih terdiam dalam lamunan dan hati yang berdoa untuk adiknya. Ada sebuah botol minum yang disodorkan oleh Jimin lalu diterimanya dengan senang hati.
"Taehyung dan Kak Seokjin tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padanya" ucap Jimin setelah ia duduk disamping Namjoon.
"Aku tau. Aku baru saja mengatakan itu padanya" balas Namjoon.
"Kau lebih takut dari pada Jungkook"
Namjoon hanya melirik Jimin dan kembali menatap kakinya sendiri. Mereka berdua membiarkan keheningan untuk sesaat sampai Namjoon berujar, "lalu aku harus bagaimana?" tanyanya.
Jimin mengangkat kedua bahunya bersamaan lalu tersenyum dan menoleh pada Namjoon, "jangan membuat Jungkook takut" jawabnya.
"Kau tau, Jim. Aku rasa kau yang semakin membuatku takut"
Jimin tertawa sumbang, "Jungkook pernah mengalami operasi seperti sekarang bahkan lebih buruk"
"Aku harap aku segera menemukan orang-orang sinting itu!"
Namjoon bukan pribadi yang pendendam. Dia juga bukan yang mudah marah dan juga kesal. Tapi yang Namjoon sebut orang-orang sinting itu memang sudah sangat keterlaluan.
Jimin hanya terdiam setelah mendengarnya. Jimin akan memiliki dendam yang sama jika ada seseorang menyakiti adiknya sampai mencabut ginjalnya seperti Jungkook.
Seratus dua puluh menit berikutnya...
Namjoon gelisah. Dia hanya berjalan mondar mandir didepan pintu ruang operasi. Hanya dia seorang diri karena Jimin harus pergi sebab pasien sudah menunggu.
Namjoon hanya menatap ruangan tersebut sebentar lalu duduk kembali. Menggosok kedua telapak tangannya dan berdiri untuk menghalau gelisahnya.
Empat jam dan Jungkook belum keluar dari ruang operasi.
***
Ini jawabannya.
Namjoon dan Jungkook terperangkap dalam ruang ICU. Adiknya harus mendapat pengawasan yang ketat karena tekanan darah yang tiba-tiba menurun dan menyebabkan dirinya mengalami syok hipovolemik.
Namjoon juga sudah selesai memberikan donor darah untuk adiknya jika suatu saat Jungkook membutuhkannya.
"Tubuh Jungkook tidak menolak organ barunya, Namjoon. Tapi tiba-tiba kondisinya menurun beberapa menit saat operasi hampir selesai. Ini hanya tentang proses penyesuaian tubuhnya saja, Namjoon. Aku yakin"
Namjoon harap demikian. Karena sangat menakutkan melihat Jungkook dengan alat rumah sakit yang mengelilinginya dan hanya selimut yang menutupi bagian atas tubuhnya.
Namjoon belum bisa masuk kesana. Dia harus menunggu satu hari lagi agar bisa menggenggam tangan adiknya.
Namjoon mengangkat kepalanya yang tertunduk entah berapa kali. Dia kembali meniti keadaan Jungkook dari kaca yang memisahkan mereka berdua.
"Kau menghabiskan waktu lebih dari empat jam dalam kamar operasi, Kook" ujar Namjoon dengan suara pelan.
"Coba bayangkan jika Hyung-ie menerima tawaran pergi ke Australia dulu, saat ini Hyung-ie tidak akan tau keadaanmu dan menemanimu seperti sekarang"
Namjoon mendaratkan telapak tangannya perlahan seakan ia ingin meraih Jungkook yang sedang tertidur lelap.
"Terima kasih sudah berjuang, Saeng. Kau hanya perlu bertahan dan memastikan bahwa kau akan membuka kedua matamu dan melihat Hyung-ie lagi"
Namjoon memejamkan kedua kelopak matanya yang menyebabkan air mata yang menumpuk jatuh membasahi pipinya.
Sampai kapanpun, Namjoon tidak akan mengurangi kepercayaan untuk Jungkook. Namjoon yakin adiknya akan membuka mata kembali. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria (NamKook) || Fin
FanfictionNamjoon bersama Jungkook. Kakak yang selalu berusaha menunjukan pada adiknya tentang kerja keras untuk mencapai mimpi. @2019 Namkook Brothership