Chapter 3

6.4K 1K 169
                                    

"Aku tanya, bagaimana bisa kau tahu namaku?" Tanya Tokitou penuh penekanan.

Aku tersenyum pahit, bingung dengan kebohongan apa yang harus Aku beritahukan agar Tokitou percaya kepadaku.

Namun, Aku berpikir lebih baik jika Aku tidak menjawab. Karena itu Aku akhirnya menghela napas, lalu membisu. Tokitou terlihat marah karena Aku tidak menjawab pertanyaan darinya.

"Jawab pertanyaanku Oni! Siapa kau?" Nadanya benar-benar terdengar kesal.

Mataku membulat. Belum pernah Aku melihat Tokitou marah seperti ini bahkan di Anime ataupun manganya sekalipun.

"Kau tidak perlu tahu siapa Aku." Ucapku lirih.

Tokitou berdecak pelan. Ia menatapku tajam dan tenggorokanku rasanya seperti di cekik. Aku merasa takut, tapi Aku berusaha agar ekspresiku tetap senormal mungkin. Aku harus tetap tenang.

"Kau ... Jangan-jangan kau sudah lama mengintaiku? Atau jangan-jangan kau bisa masuk serta membaca pikiran seseorang?"

"Tentu saja tidak!" Jawabku tegas. "Aku tidak punya teknik darah iblis semacam itu. Jangan berpikir yang tidak-tidak tentangku!"

Aku mendengus kesal. Dengan kasar Aku menyenderkan diriku di sudut ruangan. Tokitou terus meminta penjelasan, tapi Aku menutup telingaku rapat-rapat agar tidak mendengar suaranya.

Dia terus memanggilku. Itu membuat kepalaku terasa berdenyut, rasanya seperti ingin meledak.

"Hei, jawab Aku!"

"Diam!"

Aku menjawabnya dengan nada murka. Aku benar-benar marah kali ini. Dia mau menguji kesabaranku dan Aku sudah mencapai batasnya sekarang ini.

Kenapa perilaku Tokitou sangat berbeda dengan yang ada di manga dan Animenya? Atau Kepribadiannya ini memang tidak ditampilkan.

Tokitou terdiam seketika. Ia bungkam dengan suaraku yang terdengar menyeramkan. Aku sekali lagi menghela napas, berusaha menahan emosi yang kapan saja siap untuk meledak.

"Maaf," ucapku lirih saat emosiku sudah lebih stabil. "Aku tidak punya teknik iblis seperti yang kau bilang tadi. Aku mengetahui namamu karena ... Aku sulit untuk menjelaskannya."

"Aku juga minta maaf."

Kini Aku yang terdiam. Aku menatap Tokitou lamat-lamat dan mata indahnya juga ikut menatapku. Kini kami saling bertatapan. Jantungku berdetak kencang dan wajahku terasa panas.

"Saudaraku meninggal akibat diserang oleh iblis. Mungkin karena itulah Aku bersikap ...."

"Kejam?"

"Bukan bodoh. Memangnya siapa yang kejam?"

"Tentu saja kau." Jawabku sambil tersenyum sinis.

Terjadi keheningan selama beberapa saat sebelum akhirnya suara kekehan keluar dari mulutku. Tokitou menatapku sambil mengerutkan keningnya, tapi Aku tidak peduli.

Entah mengapa Aku menganggap percakapan yang menyebalkan tadi malah terasa menyenangkan. Sungguh.

Walaupun Tokitou di hadapanku tidak seperti Tokitou yang Aku kenal dan biasa Aku lihat, tapi begini saja sudah cukup bagiku.

Walaupun dia menyebalkan, tetap saja dia adalah Husbuku, dia adalah idolaku. Mau bagaimana pun Aku tidak mungkin membencinya, kecuali jika dia menjadi jahat.

Tapi itu tidak akan terjadi mengingat Tokitou mati saat ...

Seketika air mataku mengalir karena mengingat scen Tokitou yang tewas dibunuh oleh Iblis bulan atas pertama. Saat melihat scene waktu itu Aku menangis selama hampir setengah jam, bahkan orangtuaku sampai khawatir.

Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang