"(Nama), kau tahu bukan jika Tamayo-san berada di Asakusa. Apakah kau tahu di mana kota itu berada?"
"Tahu, jaraknya agak jauh dari kota ini. Lebih baik kita pergi ke sana saat kita benar-benar sudah siap. Kau tahu bukan jika Muzan juga ada di sana?"
Amelia mengangguk. Lagipula kami tidak ingin jika tiba-tiba saja bertemu dengan Muzan, itu akan sangat menyeramkan pastinya. Bertemu dengan iblis bulan atas pertama saja sudah membuatku takut, apalagi nanti saat berhadapan dengan pemimpin para iblis.
"(Nama), menurutmu jika kita mencari para pilar untuk ..."
"Tidak mungkin. Mereka tidak akan menerima dirimu karena kau sudah pernah memakan manusia."
Seketika ekspresi Amelia kembali menjadi sendu. Rasanya Aku ingin membenturkan kepalaku ke tembok. Rasanya Aku terdengar seperti orang yang jahat.
"Maaf, tapi ..."
Belum selesai Aku menyelesaikan kalimatku, Amelia memotong perkataanku. "Tidak apa-apa, lagipula kau benar."
"Amelia, ngomong-ngomong siapa orang yang kau bunuh dan kau ambil uangnya?"
"Etto ... Aku baru saja menyerang rumah seorang boss mafia."
"Nani?!"
Dia gila! Bodoh! Tidak punya otak! Apakah dia tidak tahu bahwa perbuatannya itu akan mengundang para pemburu iblis untuk datang ke sini?
Jika pemburu iblis datang ke sini, kami berdua pasti akan dalam masalah besar! Apalagi dia bilang jika dia menyerang rumah seorang boss mafia? Berapa manusia yang sebenarnya telah ia bunuh?
"Berapa orang yang telah kau bunuh?"
Amelia menaruh jari telunjuk di dagunya. "Entahlah, ada banyak orang."
Aku menepuk dahiku pelan. Aku kira dia hanya membunuh satu dua orang, ternyata tidak. Lalu, apakah Amelia menyesali perbuatannya itu? Mungkin dia memang menyesal, tapi dipikir bagaimana pun bagaimana bisa ia membunuh orang sebanyak itu dalam satu waktu?
Sepertinya karena di ubah menjadi Oni dan sudah terlalu sering membunuh serta memakan manusia, kini Amelia perlahan berubah menjadi sosok Oni yang sesungguhnya. Itu buruk, sangat buruk.
"Amelia, apakah kau merasakan penyesalan saat membunuh para manusia itu?"
"Tidak," jawab Amelia yang tentunya membuat diriku amat sangat terkejut.
Aku berdiri dan menatapnya dengan tatapan marah, tetapi Amelia hanya mendongak untuk menatap wajahku dan tersenyum sendu seperti biasanya.
"Tenanglah ... Sebelum membunuh Aku sudah mencari tahu latar belakang kelompok mafia itu. Kelompok mafia itu sering memperjual belikan manusia di pasar gelap, menculik manusia dari desa-desa kecil, dan terkadang merampok para warga. Jadi, tidak ada salahnya jika Aku menghabisi mereka bukan?" Ucap Amelia panjang lebar.
Aku terdiam. Yang dikatakan Amelia ada benarnya, tetapi Aku juga tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kini batinku mulai bergejolak, tidak tahu bagaimana menanggapi perbuatan Amelia.
Aku ingin menjadi teman yang baik, membawanya ke jalan yang benar. Aku ingin membuat Amelia terus memiliki sifat kemanusiaannya. Namun, sepertinya Aku tidak bisa melakukan itu.
Aku juga tidak tahu apakah masih bisa mempertahankan sisi kemanusiaanku. Walaupun Aku adalah kanibal, tetapi tetap saja Aku membunuh makhluk hidup yang mirip dengan manusia. Tidak, dulunya mereka memang manusia.
Rasanya tidak ada bedanya dengan membunuh manusia. Aku sangat takut. Aku takut suatu hari nanti kemanusiaanku akan menghilang dan Aku akan berubah menjadi monster.
Aku takut akan berubah layaknya para anak buah Muzan. Walaupun mereka masih memiliki sedikit sisi manusia, tapi tetap saja sifat monster merekalah yang paling dominan.
"Baiklah, Amelia. Aku ingin dikemudian hari kita lebih berhati-hati, oke? Sekarang ini pastilah akan banyak pemburu iblis yang datang ke sini karena ulahmu, karena itu kita harus selalu bersama sampai situasinya membaik."
Amelia tersenyum lebar dan mengangguk. Ia juga berdiri, lalu memeluk tubuhku erat. Aku balas memeluk dirinya dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Terima kasih telah menjadi temanku, Amelia."
***
Tokitou P.O.V
Matahari terbit dari ufuk timur. Ruangan di kediaman wisteria tempatku beristirahat di Sinari oleh cahaya matahari.
Aku mengerjapkan mata beberapa saat sebelum akhirnya benar-benar terbangun dari tidurku. Aku beranjak dari futon yang Aku tiduri dan melangkah keluar dari kamar.
Aku bahkan melangkah keluar dan pergi ke halaman hanya untuk menghirup udara pagi. Seperti biasa, langit terlihat cerah. Aku mendongak dan melihat awan-awan yang melintas di atas.
Lagi-lagi, hari ini hatiku rasanya hampa. Terasa kosong. Jauh di dalam lubuk hatiku, Aku belum bisa mengikhlaskan kepergian semua anggota keluargaku.
Jika saja semua kejadian buruk yang menimpaku tidak terjadi, jika saja Oni itu tidak ada. Hari ini Aku pasti masih bisa tersenyum dan tertawa lepas bersama seluruh keluargaku, terutama saudara kembarku.
Saat Aku hendak kembali memasuki kediaman wisteria, suara kepakan sayap burung terdengar. Aku menoleh dan mendapati seekor burung gagak hinggap di ranting pohon.
"Caww, Caww! Tokitou Muichiro, segera bawa gadis iblis itu ke markas pusat. Caww! Ini perintah! Caww, caww!"
"Cerewet!" Ucapku dingin.
Aku tidak peduli jika Aku dihukum, yang jelas entah mengapa Aku tidak ingin membawa gadis itu ke markas pusat pemburu iblis.
Bukan ingin menjelekkan Oyakata-sama, tapi Aku takut jika Oyakata-sama berniat melukai gadis itu. Jika bukan Oyakata-sama, bisa saja malah para pilar lah yang melukai gadis itu.
Tunggu, kenapa Aku harus peduli dengan gadis itu? Sebenarnya apa yang Aku pikirkan? Aku ini pemburu iblis, seharusnya Aku tidak merasa kasihan pada mereka.
Kepalaku terasa sakit. Aku tidak tahu tindakan apa yang harus Aku lakukan. Aku bingung dan konflik batin ini sangat menggangu.
"Caww, Caww! Oyakata-sama tidak akan melukai gadis itu! Caww! Jadi, kau tidak perlu takut."
Seperti mengetahui isi pikiranku, burung gagak itu kembali berbicara. Aku memegangi dadaku yang sejak tadi terus berdetak kencang.
Aku menghela napas, berusaha memenangkan diriku.
"Baiklah, Aku akan membawanya. Namun, Aku harap kau tidak berbohong."
Aku langsung menyiapkan barang-barang ku serta pedang nichirin milikku. Kulahkankan kaki menuju ke tempat di mana gadis iblis itu tinggal.
Entah sudah berapa kali Aku menghela napas di tengah perjalanan, mungkin karena perasaan tidak tenang yang Aku alami.
Lagipula, apakah gadis itu mau ikut bersamaku ke markas pusat pemburu iblis? Jika dia tidak mau apakah Aku harus membawanya dengan paksaan.
Konflik batin ini, benar-benar membuatku tersiksa.
Bersambung ...
Segini aja dulu dah, lelah Author nulis kurang lebih 1 jam -_-

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone
Fiksi Penggemar[15+] "Walaupun Aku menyukaimu, tapi sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Jadi, selamat tinggal." - (Nama) Malam itu, hati Tokitou terasa hancur. Ia sedih karena tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik (Nama)...