Chapter 19

3.8K 683 155
                                    

"Hoi! hoi! Apa-apaan ini? Bisa-bisanya kau pingsan hanya dengan sedikit racun." Suara itu membangunkan (Nama).

(Nama) meringis kesakitan. Tubuhnya terasa ringan, tetapi tidak bisa digerakkan. Di sampingnya, seorang gadis berambut putih dengan wajah yang begitu mirip dengan dirinya tersenyum miring.

Gadis itu memukul-mukul dahi (Nama) dengan telunjuknya, membuat (Nama) sedikit sebal, tetapi tak ada yang bisa ia lakukan.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya gadis itu riang dengan visualisasi bunga-bunga bermekaran di sekitar wajahnya.

"Aku tidak bisa .... menggerakkan tubuhku." Jawab (Nama) lirih.

"Begitu.... Sepertinya kau harus segera bangun."

"Hah?"

"Bangunlah, (Nama)..."

Tubuhnya tiba-tiba terasa seperti ditarik. Sebuah cahaya muncul dan tubuhku terserap perlahan ke dalamnya.

"Sampai jumpa, (Nama)." Ucap gadis kembaran (Nama), menyeringai sembari melambaikan tangan kanannya.

.
.
.
.
.

(Nama) tersentak kaget dan kembali mendapatkan kesadarannya. Napasnya memburu, serta dadanya terasa begitu sesak. Saat itulah tiba-tiba saja sepasang tangan menepuk kedua pundak (Nama), itu sedikit membuatnya terkejut dan sontak mendongakkan kepalanya.

"Tokitou-san..." Ucap (Nama) pelan saat melihat rupa wajah orang di hadapannya.

"Apakah kau baik-baik saja, (Nama)-san?" Tanya Tokitou dengan nada penuh kekhawatiran.

Melihat Tokitou berada di jarak yang begitu dekat, (Nama) berusaha untuk tidak membuat wajahnya memerah. Sungguh, dia merasa malu sekaligus senang saat ini.

"A-Aku—"

"Ara~ ara~, baru kali ini Aku melihat kau khawatir pada seseorang." Ucap perempuan yang tidak lain adalah Shinobu, memotong ucapan (Nama) yang penuh nada kegugupan.

Shinobu kini berdiri beberapa langkah di belakang Tokitou. Dia menatap (Nama) sambil tersenyum lembut, tapi melihat tatapan matanya itu membuat firasat (nama) menjadi buruk.

(Nama) mengedarkan pandangan ke segala arah dan menyadari bahwa sekarang ini para pilar tengah berdiri di sekitarnya. Tentu mereka menjaga jarak, takut-takut (Nama) menyerang meskipun tubuhnya kini sedang terikat. Namun, sepertinya tali yang mengikat (Nama) bisa dilepaskan dengan mudah jika dia mencoba untuk memutusnya.

"Apa kalian lihat-lihat?" Tanya (Nama) sinis, menyadari jika mereka semua (para pilar) tengah menatap ke arahnya.

Sebenarnya di sini bukan hanya ada para pilar saja, tetapi juga ada Tanjirou yang sebentar lagi pastinya akan diadili bersama dengan (Nama). Tanjirou juga diikat, duduk beberapa jengkal di samping (Nama).

"(Nama)-san, Daijobu desu ka?" Tanya Tanjirou setelah sebelumnya (Nama) berkata sinis.

"Mungkin." Jawabnya sambil memutar mata.

"Please!!! Ini Gua habis diracunin dan Lo masih nanya Gua baik-baik saja?! Sehat?!" Batin (Nama) berteriak. "Tunggu, tadi bukannya Tokitou-san juga menanyakan hal yang sama?" Pikirnya lagi.

"Nah, (Nama)-san~ apakah kau tahu sekarang ini kau sedang berada di mana?" Tanya Shinobu.

(Nama) mendengus, menggerutu di dalam hati. Memangnya dia pikir Aku akan menjawab? Itu yang dipikirkan (Nama) saat ini.

"Ini adalah markas pemburu iblis. Kau sedang dalam persidangan sekarang. Aku juga tidak tahu mengapa iblis sepertimu perlu disidang."

"Sudah tahu. Lebih baik kau diam! Berisik sekali jadi perempuan!" Ucap (Nama) yang anehnya malah membuat senyuman Shinobu bertambah semakin lebar.

"Tidak perlu ada pengadilan di sini! Kita bisa mengatasinya sendiri! Kita habisi aja iblis ini!" Ucap laki-laki bersurai kuning dengan sedikit corak merah yang tidak lain adalah Rengoku Kyoujurou (Pilar Api).

"Calon mayat lebih baik diam saja!" Teriak (Nama) kesal saat mendengar jika Kyoujurou ingin menghabisi dirinya. Padahal Kyoujurou adalah salah satu tokoh yang (Nama) sukai.

"Kenapa kau memanggilku 'calon mayat'? Maaf, tapi Aku tidak akan mati semudah itu di tanganmu!" Ucapnya masih dengan senyuman.

(Nama) tersenyum miring. Membuat Kyoujurou berpikir jika (Nama) tengah mengejeknya. Namun, pemikirannya itu 100% benar-benar salah.

"Asal kau tahu Kyoujurou, bukan Aku yang akan menghabisimu." Batin (Nama) sedih saat mengingat kematian Kyoujurou.

"Kalau begitu, biarkan Aku memenggal kepalanya de—"

"Dengan elok! Aku tahu!" Teriak (Nama) lagi, memutus perkataan Uzui Tengen (Pilar Suara). "Tolong diam! Walaupun sudah sangat lama Aku tidak membaca manga, Aku masih ingat kata-kata kalian. Aku tuh bosan. Yang kalian lakukan itu... Jahat!"

Hening. Tidak ada lagi yang bersuara. Semuanya diam dan hanya suara hembusan angin saja yang terdengar. (Nama) menganggukkan kepalanya pelan dengan penuh kepuasan.

Sekarang, selama beberapa menit tidak ada satu pun pilar yang bersuara. Beberapa terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi yang mereka bisa hanyalah membuka tutup mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

(Nama) menatap ke arah Tanjirou, di mana di samping Tanjirou terdapat sebuah peti kayu berisi Nezuko.

"Ada beberapa takdir yang berubah." Pikir (Nama). "Kalau begini, apakah Aku bisa mengubah nasib semua pilar?" Pikirnya lagi.

Tak lama setelah itu, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan. (Nama) tahu siapa itu. (Nama) menatap tajam ke arah suara langkah kaki itu berasal.

Aura pembunuh keluar menguar dari dalam dirinya. Itu membuat udara berubah menjadi dingin secara tiba-tiba, membuat bulu kuduk berdiri.

Semua pilar, termasuk Tanjirou yang melihat ekspresi (Nama) menoleh mengikuti arah pandangannya. Lalu, seorang pria bersurai putih muncul sembari menggenggam erat gagang nichirinnya.

"AKU SUDAH TAHU ITU KAU! AKU SUDAH TAHU ITU KAU! AKU SUDAH TAHU ITU KAU!" Teriak (Nama) berulang kali, mengatakan kalimat yang sama.

Kebencian memenuhi tatapan matanya dan urat-urat wajah timbul dibagian dahinya. Air mata mengalir deras dari pelupuk matanya.

Dalam hitungan detik tali yang mengikat (Nama) putus. Para pilar bersiap siaga, sedangkan (Nama) masih menatap Shinazugawa dengan garang.

Shinazugawa, tidak seperti di dalam manga, saat ini ia berdiam diri dan bukannya berteriak. Ia menatap (Nama) dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan.

Penyesalan? Pasti (Nama) akan tertawa jika mendengar kata itu!

Di sisi lain, Tokitou memandang (Nama) tanpa bergerak sedikitpun. Tidak seperti pilar lainnya yang menggenggam gagang nichirin mereka, Tokitou malah berdiam diri dengan ekspresi yang juga sulit untuk digambarkan.

"(Nama)-san, tenanglah! Kenapa kau bertindak seperti ini?" Ucap Tanjirou, berusaha menenangkan.

Namun, bagaimana mungkin (Nama) bisa tenang? Bagaimana mungkin (Nama) bisa tenang saat melihat pembunuh yang telah membunuh sahabatnya?!

Saat (Nama) hendak melesat ke arah Shinazugawa, seorang gadis tiba-tiba berteriak dan membuat semua orang menoleh termasuk (Nama).

"Oyakata-sama sudah datang!"

Seorang pria berambut hitam muncul. (Nama) pastinya tahu siapa dia. Pemimpin pasukan pemburu iblis. Oyakata-sama dan nama aslinya adalah Ubuyashiki Kagaya.

"Jadi kalian sudah datang, pendekar dan iblis kecil yang imut." Ucapnya sembari tersenyum hangat.

Imut?

"Najis!"



Note :

Maaf ya Author baru bisa update. Moodnya baru muncul sekarang *ups.

Maaf kalau ada kekurangan. Sudah cukup lama saya tidak menulis. Maaf sekali untuk kalian para pembaca.

Love you All. 💕

Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang