Chapter 17

4K 707 60
                                    

Entah sudah beberapa menit Aku mengamati pertarungan mereka dan sekarang pertarungan telah sampai pada puncaknya.

Tanjirou yang mengira bahwa Rui telah mati, tidak bisa menggerakkan tubuhnya setelah memakai teknik pernapasan miliknya.

Sungguh, pertarungan di depan mataku tadi sangat indah. Efek ledakkan dan api yang muncul sangat enak dipandang mata bagaikan sebuah kembang api.

"Setelah ini, Giyuu akan segera muncul. Aku sangat tidak sabar~." Gumamku yang telah berpindah tempat ke atas dahan pohon demi melihat pertarungan dengan lebih jelas.

Aku tahu bahwa sekarang Aku harus pergi sebelum Giyuu dan Shinobu datang, tetapi Aku benar-benar ingin melihat rupa mereka. Hanya sebentar saja dan setelah itu Aku akan pergi.

Saat Tanjirou perlahan menyeret tubuhnya demi mendekati Nezuko, tiba-tiba saja Rui kembali bangkit meski kepalanya sudah tidak ada pada tempatnya.

Rui kembali menyambungkan kepalanya dan ekspresinya terlihat benar-benar murka.

Darah yang mengalir dari luka Rui dan Nezuko yang belum tertutup, terasa benar-benar harum. Aku jadi lapar. Namun, Aku harus bisa menahan rasa laparku!

Jurus darah iblis. Sangkar mata pembunuh.

Itu adalah teknik darah iblis yang dipakai oleh Rui. Jaring laba-laba muncul dan berniat mengoyak tubuh Tanjirou yang sudah tidak dapat bergerak.

Saat itulah, Giyuu dengan cepat datang dan memutus jaring laba-laba di sekitar Tanjirou dengan sangat mudah.

Rui yang melihat kedatangan Giyuu tentu menjadi semakin kesal dan kembali mengeluarkan teknik darah Iblisnya.

Jurus darah iblis. Pusaran benang pencabik.

Teknik mematikan itu langsung mengarah ke Giyuu, tapi dengan mudah lagi-lagi Giyuu memotong benang-benang tersebut dengan teknik pernapasan yang ia miliki.

Napas air, fokus penuh. Jurus ke sebelas : Ketenangan.

Melihat teknik darah iblisnya dihalau dengan mudah, Rui kembali mengarahkan teknik darah iblis lainnya yang ia miliki. Naas, dengan secapat kepalanya sudah dipenggal oleh Giyuu dan akhirnya terlepas dari tempatnya.

"Mantap!" Ujarku dengan ekspresi datar.

Aku ingin tersenyum, tapi mulutku susah sekali untuk hanya sekedar ditekuk. Tidak bisa, Aku tidak bisa lagi tersenyum.

Aku menghela napas sebentar, lalu kembali menatap ke arah Tanjirou dan Rui berada.

Perlahan, Rui melangkah ke arah Tanjirou. Ia terus berjalan hingga akhirnya tersungkur di samping Tanjirou yang tengah memeluk Nezuko.

Tanjirou yang merasakan kesedihan Rui, sontak memeluk dirinya sebelum akhirnya menghilang menjadi debu. Rui telah kalah, ia telah mati.

Giyuu mendekati Tanjirou dan menginjak pakaian yang sebelumnya dikenakan oleh Rui.

"Jangan merasa kasihan pada iblis yang memakan manusia." Ucap Giyuu sambil menunduk menatap Tanjirou. "Walaupun dia memiliki bentuk tubuh seperti anak kecil, dia adalah monster kejam yang hidup puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun."

Tanjirou terlihat tidak suka dengan ucapan yang dilontarkan Giyuu barusan.

"Demi menghilangkan kekecewaan dari mereka yang terbunuh, demi mencegah adanya korban yang jatuh... Aku akan terus menghunuskan pedangku kepada iblis tanpa ampun dan begitulah kenyataannya."

"Tetapi, Aku tak akan mengabaikan perasaan sakit menjadi seorang iblis. Maupun mereka yang menyesali perbuatannya." Mendengar perkataan Tanjirou hatiku terasa terkoyak. Dadaku terasa sakit dan tetesan air mengalir dari pelupuk mataku.

Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang