Chapter 6

5.3K 849 66
                                        

Beberapa jam setelah kami berlari, Amelia dan Aku akhirnya sampai di tempat tujuan kami. Entah apa nama kota ini, Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Jika Aku tahu pun paling Aku akan melupakannya.

Aku tidak cukup baik untuk menghafal nama seseorang. Bahkan Aku sulit untuk mengingat wajah seseorang jika hanya sekali atau dua kali bertemu. Aneh pikirku.

"Amelia ..." Panggilku.

Amelia yang mendengar diriku memanggilnya langsung menoleh, "Ada apa?" Ucapnya halus.

"Umm ... Setelah ini kita mau melakukan apa?"

"Eh? Bukannya kau bilang ingin mencari pekerjaan dan berbaur layaknya manusia?"

"Benar, tapi ... Sebelum itu kita akan tinggal di mana? Kita kan tidak punya uang sepeserpun."

Amelia tersenyum sendu, "Biar Aku saja yang mencari uangnya. Kau carilah rumah sekarang, Aku akan segera kembali." Ucap Amelia yang lalu melompat ke atap bangunan tanpa orang lain sadari.

Aku menghela napas panjang sebelum akhirnya melangkah menelusuri seisi kota. Saat memasuki kota, Aku bisa mencium beberapa aroma iblis. Perutku berbunyi minta diisi. Aku akhirnya mencari sebuah gang sempit untuk mencari mangsa.

Tak butuh waktu lama, Aku dapat melihat sebuah gang kecil yang minim pencahayaan. Dari sana juga Aku bisa mencium serta merasakan aroma iblis yang pekat. Pastilah iblis itu lumayan kuat dan Aku akan kenyang untuk waktu yang lama.

Aku melangkah memasuki gang sempit. Ternyata gang ini tidaklah lurus, melainkan berliku-liku. Aku sampai di ujung gang dan melihat 2 buah sosok iblis yang sedang memakan seorang pemuda.

"Wah ... Ada 2, Aku beruntung." Ucapku sambil tersenyum lebar.

Kedua iblis itu mendengar ucapanku, lalu menghentikan kegiatan makan mereka. Mereka menatap ke arahku dengan mulut dipenuhi darah manusia. Ugh ... Menjijikkan!

"Sedang apa kau di sini gadis kecil? Apakah kau berniat merebut mangsa kami?"

"Ya, ini wilayah kami! Carilah wilayah sendiri untuk mencari mangsa."

Aku terkekeh. Mereka bodoh. Padahal sudah jelas-jelas Aku berkata bahwa, "wah ... Ada 2." Memangnya mereka pikir mereka itu Dobleh?

Aku menajamkan kuku jariku, lalu melesat cepat ke arah mereka. Sebelum mereka bisa bereaksi, kepala mereka sudah terlepas dari tubuh dan darah segar mengalir dari tempat di mana kepala mereka terpotong.

"Apa-apaan ini?!" Teriak salah satunya.

"Bagaimana mungkin?! Kami tidak beregenerasi?! Luka ini ... Rasanya menyakitkan ..." Ucap iblis lainnya sambil berlinang air mata.

Aku tersenyum tipis, tapi bukan karena bahagia melainkan sedih. Entah berapa lama Aku harus membunuh para iblis dengan cara yang begitu menyakitkan.

"Aku akan mengambil nyawa kalian dengan cepat." Ucapku.

Aku berkonsentrasi dan mengumpulkan energi di tangan kananku. Seketika sebuah cahaya muncul dan secara perlahan sebuah palu raksasa terbentuk.

Mereka berteriak ketakutan. Tubuh mereka bergetar saat tatapan mataku yang tajam menatap mereka berdua. Aku mengarahkan palu itu ke arah kepala mereka, lalu menghancurkannya menjadi tidak berbentuk.

Aku tidak yakin apakah mereka telah mati. Yang penting Aku bisa makan dengan tenang tanpa ada suara jeritan ataupun tangisan yang membuat nafsu makanku menurun.

"Maaf ..." Ucapku dan tanpa di sadari air mata telah membasahi wajahku untuk yang kesekian kalinya.

Mau sebanyak apapun Aku membunuh, Aku tetap tidak terbiasa dengan hal ini. Iblis bukanlah hewan. Mereka dulunya adalah manusia yang memiliki akal dan perasaan. Ini semua sungguh menyakitkan.

Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang