Setelah (Nama) menyetujui permintaan Oyakata-sama, Tanjirou dan Nezuko segera dibawa oleh para kakushi ke kediaman kupu-kupu milik Shinobu.
Kini hanya tersisa keluarga Ubuyashiki, para pilar, serta (Nama) di rumah kediaman Oyakata-sama.
"Bagaimana kalau sekarang kita masuk dan memulai pertemuan para pilar?" Ucap Oyakata-sama.
Saat dia hendak berdiri dibantu oleh kedua anaknya, (Nama) mengangkat suara yang membuat gerakannya terhenti.
"Aku keberatan." Ucap (Nama).
"Ada apa?" Tanya Oyakata-sama ramah.
"Aku tidak ingin masuk ke rumahmu, jadi Aku akan menunggu kalian selesai rapat di luar sini."
"Tapi untuk memulai rapat, kami juga membutuhkanmu."
"Kalau begitu mulai lah rapat di sini, tidak perlu masuk ke dalam sana." Ucap (Nama) dengan nada menghina.
Lagi-lagi perilaku (Nama) membuat para pilar merasa kesal. Mereka ingin memukul (Nama), tapi jika itu mereka lakukan (Nama) pasti akan menyerang mereka.
"Baiklah." Ucap Oyakata-sama, lalu kembali duduk dengan rapih seperti sebelumnya. "Apakah kau tahu di mana Kibutsuji Muzan berada?" Tanya Oyakata-sama yang seketika membuat para pilar kaku.
Jika mereka berhasil mencari tahu di mana Muzan berada, mereka percaya bahwa mereka bisa membuat rencana untuk mengalahkan dirinya. Namun, (Nama) tahu pasti bahwa para pilar akan sangat kewalahan untuk menghadapi Kibutsuji Muzan sematang apapun rencana yang mereka buat.
"Kibutsuji Muzan.... Aku tidak tahu pasti di mana keberadaannya," jawab (Nama).
"Sayang sek-"
"Akan tetapi, ada satu cara untuk datang ke tempat persembunyiannya itu. Namun, kita tidak akan mungkin bisa memasukinya karena hanya Iblis Biwa lah yang bisa membuka pintu ke tempat itu. Hanya itu yang Aku tahu, maaf."
"Iblis Biwa?"
"Ya, benar. Menurutmu kenapa pasukan pemburu iblis tidak pernah bisa menemukan tempat persembunyian Kibutsuji Muzan? Tentu karena tempat itu hanya bisa diakses oleh orang-orang yang disetujui Kibutsuji Muzan, dengan menggunakan bantuan Iblis Biwa. Dia lah kunci untuk masuk ke tempat itu."
"Lalu, di mana iblis itu?" Tanya Shinobu.
"Ada di dalam ruangan itu tentunya. Muzan bisa mengirim telepati kepada seluruh iblis bulan atas, sehingga ia hanya perlu menghubungi Iblis Biwa jika ingin masuk ke tempat itu."
Hening. Mereka berusaha mengolah semua informasi yang baru diberikan oleh (Nama). Mereka berpikir hal yang sama, yaitu mereka tidak akan pernah bisa masuk ke tempat itu jika informasi yang dikatakan oleh (Nama) semuanya benar.
"Lanjut ke pertanyaan kedua, apakah kau tahu siapa saja di antara kami yang akan mati?"
(Nama) menelan ludah, mengingat-ingat kembali adegan yang membuat hatinya terluka. (Nama) menggigit bibir, sebelum akhirnya menghela napas dan berani untuk menjawab pertanyaan Oyakata-sama.
"Yang pertama, Rengoku Kyoujurou."
Para pilar mendengarkan dengan seksama. Kyoujurou menanggapi perkataan (Nama) dengan santai meskipun dia mengalami sedikit keterkejutan.
"Yang kedua, Kochou Shinobu..."
Sama halnya dengan Kyoujurou, Shinobu tetap memperlihatkan ekspresi tenang di wajahnya.
"Lalu... Tokitou..."
(Nama) menunduk, menahan air mata yang rasanya akan keluar dari kedua matanya. Dia tidak boleh menangis! Itu akan sangat memalukan baginya.
Di sisi lain, Tokitou sedikit membulatkan matanya. Apakah karena itu (Nama) selalu terkadang dengan wajah sendu? Itu yang dipikirkan Tokitou saat ini.
"Selain kematian para pilar, apalagi yang kau tahu?" Tanya Oyakata-sama lagi.
"Umm... Uzui-san menjadi cacat... Kau mati meledak... Adik Shinazugawa mati da-"
"APA?!" Teriak Shinazugawa, membuat (Nama) sedikit terkejut dan sontak menoleh ke arahnya.
"Kau tidak dengar kah?" Ucap (Nama) sinis. "Adikmu mati."
Shinazugawa membulatkan matanya. Ekspresinya sulit ditebak, antara ketakutan, kesedihan ataupun kemarahan.
"Siapa yang membunuhnya?" Tanya Shinazugawa, sedikit menurunkan intonasi suara melihat (Nama) yang sepertinya sedikit terganggu dengan suaranya.
"Iblis bulan atas pertama, Kokushibou," jawab (Nama). "Dia mati bersama dengan Tokitou. Akan tetapi berbeda dengan Tokitou yang langsung kehilangan nyawa, adikmu masih hidup selama beberapa saat untuk mengatakannya bahwa... Dia menyayangimu. Seingatku begitu." Sambung (Nama), menjelaskan lebih spesifik.
Shinazugawa mengepalkan tangannya erat. Dia menunduk, seperti tengah memikirkan sesuatu dengan sangat keras.
(Nama) yang melihatnya menghela napas. Dia memang benci pada Shinazugawa, tetapi dia juga merasa kasihan terhadapnya.
(Nama) tahu bahwa selama ini Shinazugawa selalu bersikap kasar terhadap adiknya, tapi itu dikarenakan Shinazugawa ingin adiknya tidak menjadi seorang pemburu iblis dan menjalani hidup yang normal. Sayang sekali gertakkan Shinazugawa malah membuat adiknya lebih semangat untuk menjadi pemburu iblis yang kuat.
"Dari penjelasanmu, Rengoku Kyoujurou lah yang pertama kali akan gugur, ya?"
(Nama) mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Oyakata-sama.
"Kapan Aku akan mati?" Tanya Kyoujurou dengan wajah tersenyum dan bukan wajah ketakutan.
"Kau akan mati saat menjalankan misi di kereta. Aku tidak bisa mengingat dengan jelas, tapi yang pasti kau akan menghadapi iblis bulan bawah pertama dan dibunuh oleh iblis bulan atas ketiga."
Lagi-lagi hening. Angin kini berhembus kencang, menerpa anak rambut (Nama).
"Kalau begitu, bagaimana jika kita membawa 3 pilar untuk para iblis itu bersama-sama? Dengan begitu bukankah Rengoku bisa selamat?" Tanya si pilar cinta, Kanroji Mitsuri.
"Maaf, tapi Aku menolak saranmu itu." Jawab (Nama) dan alasan akan hal itu dipertanyakan oleh Iguro.
"Bayangkan saja jika pada misi itu kalian yang tidak seharusnya terluka ataupun mati tiba-tiba saja gugur? Bukankah masa depan akan berubah begitu banyak? Bisa saja di masa depan kalian tidak akan berhasil mengalahkan Muzan, kan?"
Ya, penjelasan (Nama) cukup masuk akal. Akan berbahaya jika masa depan banyak berubah dan malah condong ke arah kekalahan para pasukan pemburu iblis. Namun, bagaimana caranya agar mereka bisa menyelamatkan Rengoku Kyoujurou jika mereka tidak ikut ke dalam misi tersebut?
"Aku ada ide yang lebih baik. Bagaimana jika Aku yang pergi membantu Kyoujurou?"
"Tapi..., (Nama)..."
"Tenang, Tokitou." Potong (Nama) tegas. "Aku ini adalah Oni. Jika Aku terluka maka Aku akan beregenerasi, tidak seperti kalian. Tenang saja, Aku pasti bisa mengalahkan iblis bulan atas ketiga itu kok." Sambung (Nama) sambil tersenyum dan mengelus rambut Tokitou.
Tokitou yang sadar bahwa (Nama) mengelus rambutnya di depan para pilar lain segera menepis tangan (Nama), membuat (Nama) sebal dan mengembungkan pipinya.
"Dasar Tsundere." Ucap (Nama)
"Tsun... apa?"
"Pfft... Nggak paham nggak usah sok keras."
"Hah?" Tokitou memiringkan kepalanya, tidak mengerti dengan bahasa yang (Nama) gunakan.
Melihat kedekatan Tokitou dan (Nama), seluruh pilar akhirnya yakin akan alasan mengapa (Nama) bersikap ramah hanya kepada Tokitou.
Mereka bertanya-tanya, sejak kapan Tokitou mengenal dan dekat dengan gadis iblis itu?
Bersambung....
Note : Melihat berita bahwa tahun depan manga dan anime ilegal akan dibanned membuat saya takut tidak bisa menyelesaikan Fanfiction ini hingga selesai. Wkwkwk.
Semoga chapter ini menyenangkan kalian. Btw, selamat hari kemerdekaan ke-75 🇲🇨
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone
Fanfic[15+] "Walaupun Aku menyukaimu, tapi sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Jadi, selamat tinggal." - (Nama) Malam itu, hati Tokitou terasa hancur. Ia sedih karena tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik (Nama)...