Chapter 8

4.7K 881 83
                                    

Saat Aku sampai di depan rumah kecil tempat tinggal gadis iblis itu, yang Aku dapatkan hanyalah sebuah kekecewaan. Gadis itu telah pergi. Tanpa masuk ke dalam rumah pun Aku tahu bahwa tidak ada seorang pun di dalamnya.

Aku rasa dia tidak terlalu bodoh. Dia pasti takut jika Aku datang kembali ke sini dengan mengajak beberapa pemburu iblis.

"Gadis itu tidak ada," ucapku kepada sang burung gagak.

Burung itu memiringkan kepalanya sebelum akhirnya terbang menjauh. Aku menghela napas kemudian menatap langit biru di atasku.

"(Nama), Aku tidak yakin mengapa Aku berusaha membantu dirimu."

***

Reader P.O.V

Aku membuka mata, tanpa kusadari ternyata Aku telah tertidur. Aku mengusap mataku yang terasa agak berat, lalu melirik ke segala arah dan pandanganku jatuh ke arah Amelia yang tengah tertidur pulas.

Aku tersenyum kecil, kemudian berjalan pelan ke arah jendela. Kubuka jendela lebar-lebar agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam rumah.

Mata Amelia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar tersadar. Namun, dia terdiam sambil menatapku dengan iris mata membulat sempurna.

"Anak B@ng*at! Lu ngapain buka-buka jendela?! KITA ONI G*BL*K!"

Mataku ikut membulat sempurna. Aku menoleh ke arah jendela yang kini terbuka lebar dan membuat sinar matahari masuk hampir ke setiap sudut ruangan.

"Hangat .... Aku, tidak terbakar?" Gumamku sambil mencoba menggapai langit yang sudah pasti tidak akan pernah bisa kuraih.

Amelia berlari ke arahku, Aku kembali membalikkan tubuh dan sebuah kepalan tangan menghantam wajahku.

Pukulan itu terdengar keras, tapi Aku hanya merasa sedikit sakit. Itu Amelia, dia memukulku dan ekspresi wajahnya terlihat tidak baik.

"Kenapa kau memukulku?!" Teriakku kesal.

"Kau gila?! Kenapa kau membuka jendelanya? Bagaimana jika tadi kita benar-benar terbakar, hah?!"

Aku mengembungkan pipiku dan mengelus bekas pukulan Amelia tadi. Amelia mendengus kesal sambil melipat tangan di depan dada.

"Maaf," ucapku lirih. "Aku benar-benar lupa, maaf." Lanjutkan kini dengan nada menyesal.

"Iya, iya. Aku juga minta maaf karena telah memukulmu. Ngomong-ngomong, tubuhmu itu cukup keras. Tanganku sampai sakit loh."

"Benarkah?"

Amelia mengangguk dan memperlihatkan tangannya yang kini memerah, tapi itu hanya sementara karena tubuhnya langsung beregenerasi.

"Regenerasimu ternyata sangat lambat," Ucapku sambil tersenyum sinis.

Lagi-lagi Amelia mendengus kesal, lalu mencubit kedua pipiku. Aku meringis meskipun Aku tidak merasa sakit sedikitpun.

"Maaf saja jika Aku ini lemah!"

Aku terkekeh dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Ngomong-ngomong apa teknik darah iblis milikmu?"

"Hm? Aku ... Aku bisa memunculkan sulur-sulur daging dari tubuhku, sama seperti Muzan."

"Apa? Jadi, Muzan memiliki teknik darah iblis seperti itu? Itu artinya kau kuat, kan?"

Amelia tersenyum kikuk, tapi tidak menjawab.

"Kalau kamu? Apa kekuatan yang kau punya, (Nama)?"

"Etto ... Aku bisa menajamkan kuku ku!"

"Kalau itu Aku juga bisa," ucap Amelia dengan ekspresi datar.

Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang