Chapter 24

3.4K 560 67
                                        

(Nama) masih terus berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Amelia dari lehernya. Namun, Ia belum mendapatkan hasil apapun dari usahanya.

"Amelia, lepas!" Teriak (Nama).

"Tidak akan."

Cengkeraman tangan Amelia mendadak semakin kencang. (Nama) terbatuk-batuk, mulai kekurangan oksigen.

(Nama) memutar otak dengan cepat, mencari cara untuk melepaskan cengkraman tangan Amelia dari lehernya. Kemudian, sebuah cara untuk lepas terbersit di dalam benaknya.

"Amelia, lepaskan aku atau kau akan terluka!" Teriak (Nama), masih berusaha berbicara dengan Amelia.

"Tidak!"

(Nama) menggeram kesal. Lantas Ia balik menggenggam tangan Amelia sekuat tenaga. Setelah itu, dari tangan (Nama) muncul jarum-jarum runcing yang mana melukai tangan Amelia.

Amelia mengerang, segera Ia hempaskan tubuh (Nama) ke sembarang arah. Untunglah (Nama) bisa menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga Ia tidak perlu tersungkur di atas tanah.

(Nama) segera berlari menjauhi Amelia, tetapi gagal ketika ia hanya mampu berlari lima langkah ke depan. Alasannya karena sebuah sulur daging mengikat erat pergelangan kakinya.

(Nama) membulatkan matanya. Ia tak menyangka bahwa Amelia yang ada di dalam mimpinya bisa menggunakan teknik darah iblis yang dimiliki olehnya semasa hidup.

Saat sulur daging Amelia melukai kakinya, urat-urat kecil muncul dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Tubuh (Nama) terasa begitu sakit. Sakit yang nyata meskipun yang ia alami sekarang ini hanyalah mimpi.

Tubuh (Nama) membesar seperti balon dan pada akhirnya pecah dengan suara letupan nyaring. Setelahnya (Nama) segera tersadar dari mimpi, tapi sayang dia belum bisa bergerak untuk waktu yang lama dari tempatnya mendudukkan diri.

============================

(Nama) P.O.V

Saat terbangun, aku sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhku. Jantungku berdetak kencang dan keringat dingin mengucur deras dari dahiku. Lagi-lagi dadaku terasa sakit, sangat menjengkelkan.

"Akhirnya kau bangun~." Seseorang memanggil namaku.

Kembaranku muncul di hadapanku. Sekuat tenaga aku berusaha mendongakkan kepala hanya untuk menatapnya yang mengambang di atasku.

"Kau..."

"Bagaimana rasanya dibunuh oleh temanmu sendiri, hm?"

"Pergi..."

"Ck, aku 'kan mencoba untuk membantumu. Kau harus melupakan Amelia, (Nama). Jangan memikirkannya terus! Aku merasa bosan terus menerus mendengar ocehanmu itu."

Kemudian kembaranku menghilang diiringi oleh suara letupan balon yang meletus. Aku yang melihat hal itu masih tetap terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya beranjak dari tempatku duduk dengan langkah gontai.

Yang lainnya sudah tidak berada di dalam gerbong ini. Itu artinya (Nama) terlambat untuk bangun dari mimpi indah sekaligus mimpi terburuknya. (Nama) tahu jika dia harus cepat pergi ke tempat Kyoujurou dan Tanjirou berada untuk membantu mereka.

============================

Author P.O.V

Ketika (Nama) masih berlari dari gerbong ke gerbong menuju ke gerbong kereta paling depan, kereta tiba-tiba saja bergetar hebat dan keluar dari jalur rel. (Nama) tahu bahwa Tanjirou sudah berhasil mengalahkan Enmu.

"Cih, aku ketinggalan," gumam (Nama) kecewa karena tidak bisa membantu maupun melihat pertarungan Tanjirou dan Inosuke melawan iblis bulan bawah pertama.

(Nama) lalu memecahkan salah satu kaca gerbong kereta dan kemudian melompat keluar. Ia menoleh ke kanan dan dari kejauhan ia bisa melihat Tanjirou yang terkapar dengan Kyoujurou yang berdiri di dekatnya.

Melihat itu tentunya (Nama) segera berlari secepat yang ia bisa karena dia tahu jika sebentar lagi Akaza pasti akan segera tiba. Tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan detik (Nama) sudah sampai di tempat mereka berada.

Berbeda dengan di dalam gerbong yang mana membatasi gerak (Nama) karena lokasinya yang sempit, di luar kereta tentunya lebih luas sehingga membuat (Nama) bisa berlari dengan kecepatan maksimal.

"Wah... Kau cepat sekali," komentar Kyoujurou.

"Konsentrasi, dia datang," ucap (Nama) dengan nada serius.

Tepat setelah (Nama) mengatakan hal itu, suara gemuruh terdengar dari arah belakang. Kyoujurou, (Nama), dan Tanjirou sontak menoleh ke asal suara tadi.

Dari dalam kepulan asap debu, sosok pria dengan tato di sekujur tubuhnya terlihat tersenyum ke arah mereka. Lalu, dalam sekali lompatan pria itu melesat dan mengarahkan pukulan tepat ke kepala Tanjirou. Namun, Kyoujurou berhasil menghentikan serangannya.

Pria itu yang tak lain adalah Akaza sang Iblis bulan atas ketiga melompat ke belakang setelah menerima serangan Kyoujurou yang berhasil melukai tangannya. Namun, karena Akaza adalah seorang iblis maka luka ditangannya itu perlahan sembuh hanya dalam waktu hitungan detik.

"Pedang yang bagus," ucap Akaza.

"Aku tidak mengerti kenapa kau mengincar orang yang sedang terluka."

"Aku hanya berpikir bahwa dia akan menghalangi kita."

"Apa ada yang perlu dibicarakan di antara kita bertiga?"

"Bertiga? Tidak... Aku hanya ingin berbicara denganmu," jawab Akaza. Akaza lalu melirik ke arah (Nama), membuat (Nama) sedikit mengerutkan dahi. "Kau... Kalau tidak salah (Nama), benar?"

(Nama) segera memunculkan nichirin di tangan kanannya. Entah mengapa firasatnya berubah menjadi sangat tidak enak.

"Untukmu (Nama), 'Dia' mengirimkan seseorang untuk membunuhmu, loh. Yah... Meski sebenarnya aku sendiri ingin mencoba untuk melawanmu."

"Apa maksudmu?" Tanya (Nama) dengan nada bicara tak ramah.

"Lihatlah di belakangmu."

"Ap—"

Ketika (Nama) menolehkan kepalanya, matanya seketika membulat sempurna. (Nama) terdiam, hanya menatap sosok yang ada di belakangnya dalam keheningan.

Bukan hanya (Nama) saja yang terkejut, tetapi Kyoujurou dan Tanjirou juga ikut terkejut sama halnya dengan (Nama).

(Nama) menatap lamat-lamat keenam mata yang dimiliki oleh sosok yang kini berdiri di belakangnya. Sosok yang dapat membuat (Nama) bergidik ngeri meski hanya sekedar menatap wajahnya saja.

Sosok itu tak lain adalah Kokushibou, sang iblis bulan atas pertama. Iblis yang telah mengubah (Nama) dan membuat (Nama) tenggelam dalam keputusasaan.

"Kau...."

Dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mata orang biasa, Kokushibou mengarahkan bilah nichirinnya ke arah leher (Nama). Namun, dengan cepat (Nama) bisa menghentikan serangannya itu dengan nichirin yang ada di tangan kanannya.

"... Ternyata kau kuat...," ucap Kokushibou.

(Nama) menggeram kesal, lalu mengarahkan kakinya ke arah perut Kokushibou. Akan tetapi, (Nama) kalah cepat yang mana membuat pergelangan kakinya berhasil di tahan.

Kokushibou mencengkeram pergelangan kaki (Nama), kemudian melempar tubuh (Nama) sangat jauh sejauh yang dia bisa.

"Aku akan urus pilar ini. Jangan menggangguku, Kokushibou," ucap Akaza.

Kokushibou tak menjawab dan langsung pergi ke arah (Nama). Ia pergi tanpa mempedulikan Tanjirou yang tengah terbaring di dekatnya.

Ketika melihat kecepatan dan kekuatan Kokushibou, Tanjirou dan Kyoujurou sama sekali tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Apalagi sebelumnya hawa kehadiran milik Kokushibou sama sekali tak dapat mereka berdua rasakan.

Kyoujurou dan Tanjirou tahu akan satu hal. Iblis bulan atas pertama begitu kuat dan tak bisa diremehkan. Itulah yang mereka yakini.




[Bersambung]

Bye-bye Donat-san~ 🤧

Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang