Aku cukup tercengang saat melihat Tokitou. Mau tahu kenapa? Karena dia itu termasuk Husbuku! Perasaan bahagia benar-benar meluap dari dalam diriku.
Ingin Aku peluk, tapi Aku sadar bahwa Aku ini iblis. Bukankah itu artinya Aku akan dibunuh olehnya?!
"Kau ... Kau tidak apa-apa?" Tanyaku, berusaha memberitahu bahwa Aku ini tidaklah berbahaya.
"Kenapa iblis sepertimu bertanya tentang keadaanku?" Tanyanya dengan nada dingin.
"I ... Itu ... Apa ..." Sungguh, Aku sangat gugup. Dadaku berdetak kencang meskipun hanya bertatapan dengannya.
Belum selesai Aku bicara, tiba-tiba saja Tokitou menarik nichirin miliknya. Bulu kudukku langsung merinding ketika melihat ujung senjata yang sepertinya siap untuk memotong kepalaku ini.
"Tungg—"
Lagi-lagi perkataanku terpotong. Tanpa aba-aba, Tokitou menggunakan teknik pernapasan miliknya. Tentu Aku dengan cepat menghindar sebelum ada bagian tubuhku yang terluka.
Walaupun Aku ini iblis, rasa sakit yang Aku rasakan itu nyata. Memang regenerasi iblis cepat, tapi tetap saja Aku akan merasakan rasa sakit yang teramat jika tubuhku terpotong.
Sekarang ini daripada ingin memeluk Tokitou, Aku lebih ingin mencekik dirinya hingga mati! Perasaanku hancur setelah mengetahui bahwa Husbuku sendiri ingin membunuhku.
Aku terus menghindari serangan Tokitou hingga akhirnya Tokitou terlihat kelelahan. Memang, tubuhnya dipenuhi oleh luka. Sepertinya dia telah melawan musuh yang cukup kuat.
"Apakah kau baru saja melawan iblis bulan atas?" Tanyaku sambil tersenyum tipis.
"Bukan urusanmu." Jawabnya dingin.
Aku tertawa kering saat dia menimpali pertanyaanku. Padahal Aku khawatir, tapi kenapa dia malah begitu dingin? Apakah kau tidak tahu jika kakekmu lah yang merubahku menjadi seorang iblis?
Ini sangat miris. Berarti sekarang ini Tokitou akan membunuhku, kan? Maaf saja kalau begitu. Meskipun kau adalah Husbuku, Aku akan tetap melawan dirimu.
Tokitou kembali memasang kuda-kuda, namun kemudian tiba-tiba saja dia tumbang ke tanah. Aku terpaku beberapa saat, berusaha memproses sesuatu yang baru saja terjadi.
Sekarang Tokitou pingsan? Sungguhkah ini? Atau ... Dia hanya sedang berakting dan akan membunuhku saat Aku mendekat? Jika benar dia pingsan ....
Aku menghapus semua pikiran negatif di kepalaku, lalu mendekati Tokitou yang kini terkapar di tanah. Darah tak henti-hentinya mengalir dari luka di lengan kanannya. Pasti sangat menyakitkan memegang nichirin dengan lengan yang terluka.
"Apakah Aku harus membawanya ke rumahku?" Gumamku pelan.
Benar, Aku mempunyai rumah yang Aku bangun dengan kekuatanku sendiri. Letak rumahku berada tidak terlalu jauh dari sini. Karena menjadi iblis, kemampuan fisikku menjadi bertambah berkali-kali lipat. Itu membuat diriku tidak kesulitan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari walaupun hanya sendirian saja.
Merasa Tokitou benar-benar pingsan, Aku segera menggendong dirinya ala bridal style. Melihat wajahnya dari dekat membuat jantungku berdetak kencang karena gugup.
Jangan gugup dan yakinkan bahwa dia tidak nyata!
"Husbu itu hanya ilusi. Dia hanya karakter 2D dan tidak nyata. Jangan terpikat olehnya!" Gumamku dengan nada yang agak tinggi.
Aku akhirnya mendapatkan kembali ketenanganku. Aku lalu terus berlari sambil menggendong Tokitou ke arah rumahku.
Sesampainya di rumah, Aku langsung membuka pintu dan meletakkan Tokitou di atas jerami. Maaf saja jika Aku tidur di atas tumpukan jerami. Lagipula Aku tidak bekerja, jadi tidak memiliki uang untuk membeli sebuah Futon.
Aku mengambil sebuah kain lusuh dari dalam lemari. Untunglah masih ada manusia yang berbaik hati yang mau memberikan diriku beberapa kebutuhan seperti kain ini contohnya.
Aku merobek kain lusuh itu dan mengikatkannya pada lengan Tokitou untuk menutupi lukanya. Aku kurang terampil dalam merawat luka seseorang, jadi asal saja tak apa, kan?
Masih banyak waktu untukku keluar sebelum matahari terbit. Sepertinya Aku harus mencarikan makanan karena saat Tokitou bangun nanti dia pasti akan merasa lapar.
Aku akhirnya pergi dari rumah untuk mencari makan. Ini hutan, jadi yang bisa Aku temukan pastilah buah-buahan atau daging hewan kecil, seperti kelinci misalnya.
Aku mencari ke setiap sudut hutan dan yang Aku temukan hanyalah sebuah pohon pisang. Nasibku ternyata hari ini begitu lucu! Biasanya Aku sering sekali menemukan pohon yang berbuah lebat di hutan ini, tapi kenapa semua pohon itu sekarang begitu sulit untuk ditemukan?
Hewan-hewan kecil seperti kelinci juga tidak Aku temukan. Bisakah kalian para hewan keluar dari tempat persembunyian kalian?! Beruang pun tidak apa-apa, yang penting Aku bisa mendapatkan daging.
Tak ada pilihan lain, Aku akhirnya hanya membawa setandan pisang kembali ke rumah. Saat sampai di rumah pun, Tokitou masih terbaring dan belum sadarkan diri.
Aku menaruh setandan pisang ke sudut ruangan, lalu mendekat ke arah Tokitou dan mencengkeram kerah bajunya.
"Awas saja kalau kau masih berusaha membunuhku setelah ini ..." Gumamku pelan sambil mengangkatnya, lalu menatap wajahnya lekat-lekat.
"Mau dilihat bagaimana pun usiamu sangatlah muda. Hebat sekali kau bisa bertarung dengan iblis bulan atas pertama, walaupun akhirnya kau mati secara mengenaskan."
Aku kembali meletakkan tubuh Tokitou di atas jerami. Aku lalu duduk di sudut ruangan, tepat di samping tandan pisang. Aku menenggelamkan wajahku diantara kedua lutut, berusaha untuk tidur.
Memang iblis tidak perlu tidur, tapi Aku suka. Tidur merupakan langkah terbaik untuk menghemat energi. Lagipula jika Aku lapar, Aku takut Aku akan memakan iblis lagi.
Aku masih mengingat sensasi saat gigiku mengoyak daging iblis yang Aku santap. Itu sangat enak, tapi tetap saja Aku merasa jijik.
Mataku sedikit demi sedikit terpejam. Lama-lama pandanganku menjadi gelap dan akhirnya Aku pun tertidur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Muichiro P.O.V
Kepalaku terasa sakit. Aku yakin Aku tadi pingsan. Jadi, apakah artinya Aku telah mati? Tapi, yang Aku lihat sekarang adalah langit-langit yang terbuat dari kayu. Aku yakin jika surga tidak terlihat seperti ini.
Aku terduduk dan menyadari jika diriku berada di atas tumpukan jerami. Ini sangat aneh, mengingat Aku pingsan saat berhadapan dengan iblis. Apakah ada yang menolongku?
Mataku menelusuri setiap sudut ruangan dan pandanganku jatuh kepada seorang gadis yang sepertinya tengah terlelap. Aku bisa merasakan aura iblis dari tubuhnya, tapi kenapa dia tidak menyerang diriku?
Tunggu, Aku ingat jika dialah yang sedang Aku lawan sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. Dia iblis, tapi kenapa dia tidak membunuh diriku?
Aku mencoba berdiri, tapi kakiku rasanya mati rasa. Lengan kananku juga terasa sakit. Lalu .... Kenapa kini tanganku diperban? Apakah dia yang mengobatiku? Tapi tidak mungkin seorang iblis akan menolong manusia. Ini sangat aneh.
Memikirkan ini kepalaku terasa semakin sakit. Lebih baik Aku kembali tidur saja, toh sepertinya gadis iblis itu tak akan membunuhku.
Aku kembali merebahkan diriku di atas jerami, kemudian kembali menutup mata. Aku akan meminta penjelasan darinya besok.
Bersambung ...
Nih cerita kok tidak jelas ya? Jadi pengen hapus. 🤣

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone
Fiksi Penggemar[15+] "Walaupun Aku menyukaimu, tapi sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Jadi, selamat tinggal." - (Nama) Malam itu, hati Tokitou terasa hancur. Ia sedih karena tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik (Nama)...