"Tak Aku sangka jika bisa bertemu denganmu di tempat ini. Shinazugawa-san bilang jika kau memiliki beberapa informasi terkait dengan Muzan." Ucap Shinobu sambil tersenyum kecil.
"Ya, Aku tahu beberapa informasi tentang dia. Aku juga tahu sedikit informasi menarik tentang dirimu."
"Benarkah? Apa yang kau tahu?" Shinobu memasang kuda-kuda sembari mengarahkan ujung pedangnya ke arahku.
"Kau akan mati dibunuh oleh iblis bulan atas kedua."
Hening. Shinobu terdiam di tempat dan berhenti memasang kuda-kuda. Giyuu menatapku tajam dan masih berusaha melepaskan cengkraman tanganku di lehernya.
"Bagaimana bisa kau tahu jika Aku akan mati dibunuh oleh iblis bulan atas ke dua? Apakah Aku sedang diincar olehnya?"
Aku menggeleng pelan. Rambutku yang sebelumnya telah memutih setengahnya kembali menghitam.
"Aku tahu bahwa kakakmu, Kochou Kanae, telah mati dibunuh oleh iblis bulan atas."
Tangan Shinobu yang mencengkeram gagang nichirinnya bergetar. Ia menatapku lamat-lamat dan ekspresinya seperti tengah memikirkan sesuatu.
Aku mendengus pelan, lalu melempar Giyuu hingga membentur batang pohon.
"Lebih baik kalian jangan mencari masalah denganku. Pembunuhnya yang Aku lakukan terhadap rekan-rekan kalian, itu bukan sepenuhnya salahku."
Aku membalikkan tubuh dan berniat untuk segera pergi. Namun, tiba-tiba saja Shinobu memanggil diriku dengan suara yang pelan.
"Tunggu..."
Aku berhenti sejenak dan kemudian menoleh ke arah Shinobu tanpa membalikkan badan.
"Kenapa?" Tanyaku dengan tatapan mata sinis. "Kau masih ingin bertarung?"
"Tidak. Aku ingin bertanya, bagaimana bisa kau tahu bahwa Aku akan mati dibunuh oleh iblis bulan atas kedua? Apakah benar jika Aku telah diincar olehnya?"
"Tidak. Dia belum mengincarmu."
"Lalu, bagaimana bisa kau tahu?" Tanya Shinobu dengan nada tinggi.
"Anggap saja Aku bisa melihat masa depan." Jawabku sambil meletakkan telunjuk di depan bibir. "Sampai jumpa!"
Aku segera melompat di antara pepohonan. Matahari mulai terbit dan sinar matahari menyinari tubuhku yang melompat-lompat di antara pepohonan.
Aku menghela napas lagi sambil menatap ke arah langit yang masih terlihat sedikit gelap meskipun matahari telah memancarkan sinarnya.
"Kepalaku kok pusing..." Gumamku karena kini kepalaku terasa pusing, lebih tepatnya nyeri. Juga pandanganku entah bagaimana bisa perlahan-lahan mengabur.
"Anjay! Jangan-jangan gua keracunan?!" Gumamku sambil menggunakan bahasa yang sudah lama tidak Aku gunakan.
Aku berhenti sebentar sambil di sebuah dahan pohon sambil bersandar pada batangnya. Tubuhku berkeringat dan napasku menjadi sesak.
Aku memeriksa sekujur tubuhku dan mendapati bahwa lengan bajuku terlihat tergores oleh sebuah benda tajam. Meskipun luka itu sudah menutup, Aku yakin luka tersebut disebabkan oleh Shinobu.
"Sialan! Brengsek! Kapan gua bisa hidup tenang A*j1n9!?" Ucapku meneriakkan semua kata-kata mutiara.
Kepalaku semakin lama semakin terasa sakit dan pandanganku menjadi berputar-putar. Keseimbangan ku akhirnya menghilang dan Aku pun terjatuh dari atas dahan pohon.
Saat Aku kira diriku akan jatuh ke tanah, tiba-tiba saja seseorang menangkap diriku. Wajahnya nampak buram, tetapi tidak terlihat asing.
"(Nama)-san, Daijobu?!" Teriak seseorang yang menangkap tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone
Fanfiction[15+] "Walaupun Aku menyukaimu, tapi sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Jadi, selamat tinggal." - (Nama) Malam itu, hati Tokitou terasa hancur. Ia sedih karena tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik (Nama)...