Aku terdiam, gemetar di dalam keheningan. Sulur-sulur yang mengikatku juga mulai menghilang, berubah menjadi abu.
Aku gagal, Aku gagal menolong satu-satunya sahabatku di dunia ini. Rasanya Aku ingin berteriak, tapi tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulutku.
Aku diam, menatap lamat-lamat tanah tempat kepala Amelia menghilang menjadi debu dan hilang di bawa angin.
"Kasihan sekali ...."
"Kau marah kah?"
"Hei, apakah kau merasakan kebencian itu? Rasanya sangat nikmat bukan?"
Terdengar suara seseorang. Aku mulai tersadar, lalu melirik ke segala arah. Aku menoleh ke kanan kiri dengan cepat layaknya orang gila. Itu membuat semua pemburu iblis termasuk Sanemi menatapku dengan tatapan heran.
"Jangan mencoba mencariku, karena kau tidak akan bisa menemukanku."
"Apa maksudmu?!" Teriakku yang dan itu membuat para pemburu iblis terkejut, bahkan beberapa ada yang sudah bersiap dengan nichirinnya.
Saat Aku berdiri dari tanah yang kotor, tiba-tiba sekitarku berubah menjadi hitam. Hanya ada kegelapan, itu membuatku kaget karena takut.
Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pundakku, membuatku sontak berbalik. Seorang perempuan yang mirip sepertiku, kini berdiri dengan senyuman lebar terukir di wajahnya.
Dia memegangi pipiku dengan kedua tangannya yang dingin. "Hai," sapanya dengan nada riang. Dia melepaskan tangannya dari kedua pipiku dan mundur beberapa langkah.
"Kau mengenalku?" Tanyanya sambil memiringkan kepalanya.
Aku menggeleng. Tentu Aku tidak tahu siapa dia. Yang Aku tahu, wajahnya sangat mirip denganku. Hanya saja rambutnya berwarna putih dan terdapat sebuah tanda hitam berbentuk kelopak bunga di tengah dahinya.
"Memangnya kau siapa?" Tanyaku sinis.
"Aduh, kau sangat jahat. Masa kau tidak mengenali dirimu sendiri." Perempuan itu tertawa pelan, lalu secara tiba-tiba dia melayang ke arahku.
Tunggu, apakah dia hantu?
"Aku bukan hantu kok, Aku kan sudah bilang jika Aku ini adalah dirimu."
Aku terkejut, itu karena dia bisa membaca pikiranku. Ini aneh, sangat-sangat aneh. Aku bahkan sampai mencubit pipiku sendiri, tapi rasa sakit yang Aku rasakan itu nyata.
"Jangan menyakiti dirimu sendiri, asal kau tahu Aku juga merasakan sakit."
"Di mana ini?!" Tanyaku dengan nada agak tinggi.
"Alam bawah sadarmu."
"Apa yang kau mau? Kenapa kau membawaku kemari?"
Perempuan itu meletakkan telunjuknya di dagu, persis seperti sedang berpikir. Dia tetap tersenyum dan itu membuatku jengkel.
Dia bilang Aku ini adalah dirinya? Namun, dia sangat berbeda denganku. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan diriku. Apa jangan-jangan ini adalah teknik pernapasan para pemburu iblis atau pun jurus ilusi dari teknik darah iblis?
"Bagaimana Aku menjelaskannya ya? Aku ingin ... Agar kau tidak merasakan kesedihan lagi, karena itu Aku membawamu ke sini."
"Agar Aku tidak merasakan .... Kesedihan lagi?"
"Ya, bagaimana kalau kita bertukar posisi?"
"Bertukar posisi? Apa maksudmu?"
Senyuman perempuan itu terbentuk lebih lebar, bahkan terlihat hawa gelap yang terpancar dari wajahnya. Itu menyeramkan, membuatku bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone
Fanfic[15+] "Walaupun Aku menyukaimu, tapi sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Jadi, selamat tinggal." - (Nama) Malam itu, hati Tokitou terasa hancur. Ia sedih karena tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik (Nama)...