Chapter 2

6.7K 1K 416
                                    

Reader P.O.V

Suara siulan burung-burung di luar membangunkan diriku dari tidurku. Aku mengusap mataku, kemudian melirik ke arah Tokitou yang masih tak sadarkan diri.

Aku menghela napas pelan. Di ruangan ini hanya ada kegelapan karena tidak ada sedikitpun cahaya matahari yang masuk ke dalam. Meskipun begitu Aku masih bisa melihat walaupun agak sedikit remang-remang.

Aku berdiri dari tempatku, lalu berjalan mendekat ke arah Tokitou. Aku lalu duduk berlutut tepat di samping kanannya sembari menatap wajahnya yang begitu polos.

Aku ingin sekali mencubit pipinya, tapi jika begitu Aku malah akan terlihat seperti seorang pedofil. Tunggu, umurku masih 15 tahun. Itu artinya umurku hanya berbeda 1 tahun dengannya.

*Di sini sudah saya setting umur kalian 15 tahun. Kalau pakai umur asli kalian emang kalian mau dikata pedo? :)

Jika begitu apakah artinya Aku boleh menyentuh Tokitou? Menyentuh husbu sendiri tentu adalah mimpi terbesar para Wibu wanita. Tentu Aku sangat ingin menyentuhnya walaupun dia punya niatan untuk membunuhku sebelumnya.

Aku meneguk ludahku sendiri sebelum akhirnya mengulurkan tanganku untuk memegang wajahnya. Namun, belum sempat Aku memegang wajahnya, Tokitou meraih tanganku dan mencengkramnya keras.

Aku berusaha melepaskan tanganku, tapi beberapa saat kemudian pandangan kami saling bertemu. Tatapan mata yang sayu selalu menjadi ciri khas Tokitou menurutku.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya lirih seperti orang yang baru bangun dari tidurnya.

"A .... Aku ...."

"Kau tidak berniat membunuhku, kan?"

Aku langsung menggeleng pelan. Tentu saja Aku tidak pernah punya niatan untuk membunuhnya. Lagipula membunuh Tokitou juga tidak akan memberikan keuntungan apapun untukku.

"Mana mungkin Aku membunuhmu! Lagipula tidak ada untungnya juga." Jawabku sinis, lalu kembali berusaha menarik tanganku dari cengkeraman Tokitou.

Setelah menarik dengan kekuatan yang lebih besar, Aku akhirnya berhasil membebaskan tanganku. Aku mendengus kesal, lalu melangkah pergi meninggalkan Tokitou.

"Kau mau ke mana?"

"Aku tidak ke mana-mana kok. Lagipula di luar sudah siang."

Sebenarnya Aku tidak pergi meninggalkan Tokitou. Aku hanya ingin mengambil setandan pisang yang Aku temukan kemarin.

Aku mengangkat setandan pisang yang berada di sudut ruangan, lalu kembali melangkah mendekati Tokitou.

Aku melihat dahi Tokitou yang mengerut. Sepertinya dia sedikit heran dengan perilakuku. Aku tahu kok jika terus mewaspadai kehadiranku, lagipula Aku ini iblis. Itu semua bisa dimaklumi.

"Makanlah," Ucapku yang lalu mencabut 1 buah pisang dan memberikannya kepada Tokitou.

"Kau kira Aku ini kera ya?"

Eh? Kenapa Tokitou berpikir seperti itu? Apa hanya karena Aku memberikan dia sebuah pisang?

"Tentu saja tidak."

"Lalu kenapa kau memberikanku sebuah pisang?"

"Karena tidak ada buah lain yang Aku temukan di hutan." Jawabku dengan nada kesal.

Saat Aku menatap wajahnya, Aku baru menyadari jika Tokitou menatapku dengan tampang yang aneh. Apakah dia tidak percaya dengan kata-kataku? Sulit dipercaya jika Aku mengidolakan dia di duniaku. Padahal dia itu sangat mudah membuat orang naik pitam.

Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang