(Nama) memandang Rengoku sambil tersenyum tipis. Rengoku terus memberontak, berusaha melepaskan cengkraman tangan (Nama) dari lehernya.
(Nama) mengigit kelingkingnya sendiri hingga putus, lalu membuangnya ke tanah. Dari kelingking itu keluar gumpalan daging, kemudian bertambah besar, lalu membentuk sebuah tubuh. Clone (Nama) tercipta dengan rupa dan fisik yang begitu mirip dengan aslinya.
Clone itu menghadang Inosuke dan Tanjirou yang memang berniat menyelamatkan Rengoku. Kemampuan bertarung yang dimiliki clone itu tidak kalah dengan kemampuan (Nama), jadi sulit bagi Inosuke dan Tanjirou untuk mengalahkannya.
"Kalau tidak salah, waktu itu sebelah matamu buta. Apa aku harus mencongkel matamu, hm?"
"(Nama), sadarlah!" Teriak Rengoku, tapi tetap saja tidak dipedulikan oleh (Nama).
Kuku jari telunjuknya memanjang. Diletakkan jari itu di depan mata Rengoku, hendak membutakannya. Rengoku menggertakkan gigi, berusaha mencengkeram tangan (Nama) lebih erat agar dirinya bisa terbebas dari cekikan gadis itu.
"Sadar——!!!"
"(NAMA)!!! BERHENTI!"
Sosok baru datang. Suaranya begitu familiar. (Nama) menolehkan kepalanya. Pupil matanya bergetar kala melihat sosok itu sudah sangat dekat, tengah melompat sembari mengarahkan ujung nichirin miliknya.
Tangan (Nama) lepas dari tempatnya. Darah segar menyembur, tapi (Nama) sama sekali tidak berteriak kesakitan. Seringai kejam (Nama) memudar, tergantikan oleh senyum polos.
"Tokitou-san, tidak kusangka kau akan datang ke sini."
Rengoku melepaskan potongan tangan (Nama) yang masih mencengkeram lehernya, lalu melemparnya ke sembarang arah.
"Alur cerita benar-benar telah berubah... Pastilah ini bukan hal yang baik."
"Kau kembali mengendalikan (Nama)... Lebih baik kau mengembalikan kendali atas tubuh itu pada yang asli," ucap Tokitou.
"Eh, kau masih mengingatku, Tokitou-san? Ahahaha... bahagia sekali kau masih mengingatku."
Wajah Tokitou yang biasanya tidak menunjukkan ekspresi apapun, kini membentuk sedikit kerutan. Dia tampak tidak senang, marah mungkin?
"Aku akan mengembalikan tubuh ini setelah aku membunuh dia," ucap (Nama) lagi seraya menunjuk ke arah Rengoku.
Tatapan mata Rengoku menajam. Ia tampak berhati-hati dengan (Nama) sekarang. Nichirin yang sempat dilepas telah kembali ke tangannya.
Dua nichirin di arahkan pada sosok (Nama). (Nama) memberi seringai mengejek, "Baiklah jika kalian benar-benar mau bertarung."
Matahari telah terbit. Cahaya hangat menerpa muka bumi. Oni yang seharusnya mati saat terkena sinar matahari telah menentang sang surya yang agung.
Tangan (Nama) yang terputus dengan cepat beregenerasi. Dari telapak tangan (Nama) terbentuk sebuah palu. Palu itu terlihat seperti palu biasa yang biasanya dipakai untuk memukul paku.
"Kita mainkan permainan saja, oke? Jika kalian bisa melukaiku meski hanya sedikit, aku akan menyerah. Namun, jika kalian terkena serangan paluku ini... tentunya kalian akan mati."
Tanjirou dan Inosuke berusaha untuk membantu. Namun, mereka terus dihalangan-halangi oleh clone (Nama).
"Minggir kalian! Kalian palsu! Aku ingin mengalahkan yang asli!" teriak Inosuke.
Clone (Nama) dengan sekejap berada di depan Inosuke, lalu menyentil dahinya. Inosuke terpelanting mundur hingga jatuh.
Clone (Nama) mencibir, "Ara~ jika tidak bisa mengalahkan yang palsu, bagaimana bisa kau mengalahkan yang asli?"
"Sialan! Akan kuhajar kau sampai hancur lebur!"
Kembali ke (Nama) yang asli, ia kini tengah mengarahkan palunya ke arah Tokitou.
"Bersedia~"
"Siap~"
"Mu—"
Tokitou melesat maju sebelum (Nama) menyelesaikan aba-abanya. (Nama) dengan gesit menghindari serangan Tokitou yang di arahkan ke wajahnya.
Di sisi kiri, Rengoku juga ikut maju dan menyerang (Nama) dengan tebasan horizontal. (Nama) berjongkok untuk menghindar, lalu menendang bilah nichirin Rengoku.
Nichirin itu hampir saja terlepas dari tangan Rengoku. Rengoku melangkah mundur, membiarkan Tokitou untuk maju menyerang (Nama).
Napas Kabut, Jurus Keenam : Kabut Sinar Rembulan
Tokitou melompat, memberikan banyak tebasan pada targetnya, yaitu (Nama). (Nama) mengeratkan cengkeramannya pada gagang palu, lalu menahan serangan Tokitou.
Tokitou terperangah, begitupun Rengoku. Tidak disangka ada yang bisa menahan serangan nichirin hanya dengan sebuah palu.
(Nama) menendang kaki Tokitou. Tokitou pun jatuh ke tanah. Akan tetapi, tanpa (Nama) sadari, Tokitou dengan cepat meraih kerikil dan melemparkannya ke arah (Nama).
Kerikil itu mengenai dahi (Nama). (Nama) pun mengaduh pelan, lalu mengusap dahinya.
"Kena. Sekarang, kau akan menepati janjimu, 'kan?"
Mengetahui bahwa Tokitou berhasil memberikan serangan padanya, (Nama) hanya bisa menggeram kesal. Giginya bergemeretak dan gagang palunya patah menjadi dua akibat dicengkeram terlalu erat.
"Hmph! Awas saja kalian!"
Surai rambut (Nama) kembali ke warna asalnya. Pupil matanya bergetar. Namun, tak lama ia kehilangan kesadaran.
Tokitou dan Rengoku dengan sigap berusaha menangkapnya. Sebagai hasil akhir, Rengoku lah yang terlebih dahulu berhasil meraih tubuh (Nama).
"Serahkan (Nama) padaku," ucap Tokitou pada Rengoku.
Rengoku memiringkan kepala sembari tersenyum.
"Biar aku saja yang membawanya," ucap Rengoku sembari tersenyum.
Keceriaannya sudah kembali. Begitu cepat. Jika (Nama) masih dalam keadaan sadar, (Nama) pasti sudah terheran-heran dibuatnya. Juga, (Nama) pasti sudah mencibir Rengoku berulang kali.
Tanjirou berseru, "Rengoku-san! Etto.. Tokitou-san?!"
Clone (Nama) sudah menghilang bersamaan dengan (Nama) yang kehilangan kesadarannya. Tanjirou berlari mendekat, lalu menatap (Nama) dengan pandangan cemas.
"Apakah (Nama)-san baik-baik saja?"
Tokitou memandang Tanjirou. Ekspresinya datar, tapi tatapannya menyiratkan sebuah kata, "Menjauh". Tanjirou yang masih polos dan memang tidak mengerti arti tatapan mata Tokitou tidak memberikan reaksi apapun.
"Ayo kita kembali!" seru Rengoku. Senyum di wajahnya lebih mengembang.
Tanjirou mengangguk. Tokitou tampak tak acuh. Inosuke sendiri terbaring di tanah, terlupakan begitu saja tanpa ada yang menyadari bahwa dirinya tengah tak sadarkan diri setelah dipukuli oleh clone (Nama).
Berakhirlah petualangan mereka hari ini. Petualangan yang pastinya tidak akan pernah terlupakan di benak mereka.
Kedatangan Iblis Bulan Atas Pertama tentunya tidak pernah diprediksi oleh mereka. Juga kesadaran (Nama) yang tergantikan oleh sang kepribadian kedua.
Tokitou tahu bahwa kejadian kali ini semuanya akan dilaporkan kepada Oyakata-sama. Tokitou hanya bisa berharap bahwa (Nama) tidak akan dianggap sebagai sebuah ancaman.
Jika (Nama) dianggap sebagai sebuah ancaman, gadis itu pasti akan dieksekusi. Tokitou tidak menginginkan (Nama) mati, tetapi Tokitou juga tidak ingin mengkhianati para pemburu iblis.
Tokitou tidak ingin lagi melihat orang-orang yang ia pedulikan dan ia sayangi mati.
Bersambung...
Hampir setahun, ahahaha...
Umm... Apa kabar semua? Sehat, 'kan?Dahlah :")

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone
Fiksyen Peminat[15+] "Walaupun Aku menyukaimu, tapi sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Jadi, selamat tinggal." - (Nama) Malam itu, hati Tokitou terasa hancur. Ia sedih karena tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik (Nama)...