Mereka bertiga nampak terkejut. Inosuke dan Tanjirou menarik nichirin miliknya, sedangkan Zenitsu bersembunyi di balik tubuh Tanjirou dengan ekspresi pucat.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin ada Oni yang bisa kebal dengan sinar matahari!" Teriak Zenitsu sambil menggoyang-goyangkan pundak Tanjirou.
"Ze ... Zenitsu!"
Aku memiringkan kepalaku. Jika saja jiwaku memang masih normal, pasti Aku akan tertawa saat melihat reaksi mereka. Aku menatap mereka satu persatu, lalu memusatkan perhatianku kepada Tanjirou.
"Senang bertemu denganmu, Tanjirou."
Tanjirou membulatkan matanya. Zenitsu berhenti menggoyang-goyangkan tubuh Tanjirou. Tanjirou menatapku lamat-lamat. Rasanya ini seperti mimpi!
"Eh? Kau kenal denganku? Apakah kita pernah bertemu?"
"Tidak." Jawabku singkat.
"Lalu .... Bagaimana bisa kau mengenal diriku?"
"Anggap saja Aku bisa melihat masa depan."
Inosuke menggeram marah. Dia tiba-tiba saja berlari ke arahku tanpa alasan yang jelas. Tidak, dia memiliki alasan.
"Ayo kita bertarung dan Aku akan mengalahkanmu!" Teriak Inosuke penuh semangat.
Aku memunculkan panci penggorengan di tangan kananku dan saat jaraknya dengan diriku tinggal beberapa meter, Aku segera melesat ke arah belakang tubuhnya.
Belum sempat Inosuke berbalik dan Aku telah memukul bagian belakang kepalanya dengan telak. Suara keras akibat panci yang berbenturan dengan kepala terdengar memekakkan telinga.
Inosuke langsung tumbang ke tanah serta kehilangan kesadarannya.
""Inosuke!"" Teriak Tanjirou dan Zenitsu secara bersamaan.
Aku membalikkan tubuhku, lalu menatap mereka berdua. Kuangkat kedua tanganku tinggi-tinggi.
"Aku tidak ingin melawan kalian. Maaf jika Aku harus melukai Inosuke, tapi jika Aku tidak melakukan hal tadi, dia pasti akan berusaha memenggal leherku."
Tanjirou masih mengarah nichirinnya ke arah (Nama). (Nama) menghela napas pelan, lalu menurunkan tangannya kembali.
"Apakah kau tahu jika suatu hari nanti Nezuko juga akan bisa berdiri di bawah sinar matahari?"
"Apa?"
"Seperti yang Aku bilang tadi, suatu hari nanti Nezuko akan bisa berdiri di bawah sinar matahari. Namun, bukan sekarang." Aku menunjuk ke arah kotak yang dibawa dipunggung Tanjirou.
"Kau membawa adikmu di dalam kotak itu, kan? Keluargamu satu-satunya yang selamat dalam insiden pembunuh 2 tahun yang lalu, kan?"
Mata Tanjirou terbuka lebar, genggaman tangannya terhadap nichirin mengendur. Zenitsu menatap Tanjirou sesaat yang kini hanya terdiam sambil menunduk.
"Tenanglah, Aku tidak ingin bertarung apalagi melukai kalian."
Aku membalikkan tubuhku, bersiap untuk pergi. Namun, Tanjirou tiba-tiba berteriak memanggil diriku.
"Hei! Tunggu!"
Aku kembali menolehkan kepalaku, "Kenapa?"
"Kau bilang kau bisa melihat masa depan, kan? Apakah suatu hari nanti ... Adikku bisa kembali menjadi manusia?"
"Tergantung."
"Apa?"
"Apa? Kau bilang kau bisa melihat masa depan, lalu kenapa kau tidak tahu jawaban dari pertanyaan Tanjirou?" Timpal Zenitsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone
Fanfiction[15+] "Walaupun Aku menyukaimu, tapi sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Jadi, selamat tinggal." - (Nama) Malam itu, hati Tokitou terasa hancur. Ia sedih karena tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik (Nama)...