(Nama) P.O.V
Aku masuk ke kediaman milikku, lalu segera merapikan seluruh barang yang Aku punya. Aku merentangkan kain, lalu menaruh barang-barang yang Aku butuhkan di atasnya. Kemudian Aku membungkus semua barang tersebut dan segera pergi meninggalkan kediamanku.
Aku harus segera pergi. Aku yakin Oyakata-sama sudah mengetahui keberadaanku. Aku tidak mau dibawa ke markas pusat pemburu iblis, Aku tidak mau bertemu dengan para pilar terutama Sanemi.
Mungkin Aku memang bisa membantu mereka semua dengan memberikan beberapa informasi mengenai Muzan, tapi bagaimana jika mereka membunuhku?
Tunggu, Aku tidak bisa memberikan banyak informasi juga kepada mereka karena Aku takut kutukan Muzan benar-benar melekat pada diriku ini.
Aku ini iblis, tidak berguna karena tidak bisa memberikan keuntungan apapun. Para pemburu iblis juga menganggap bahwa semua iblis adalah makhluk yang jahat, Aku pasti akan mati jika tertangkap oleh mereka.
Aku segera melangkahkan kaki pergi dari hutan. Aku harus segera pergi sebelum matahari terbit. Aku dengar ada sebuah kota kecil yang lokasinya bisa ditempuh hanya dalam 5 jam perjalanan. Itu akan menjadi tempat yang cukup bagus untuk ditinggali.
Setahuku cukup banyak iblis yang bersembunyi dan memangsa manusia di kota, itu bagus mengingat Aku bisa makan serta menolong manusia lain di saat yang bersamaan.
Aku berlari dengan kecepatan tinggi. Jika saja Aku manusia biasa, mungkin Aku baru bisa sampai ke kota itu dalam waktu 2 kali lipat lebih lama.
Bukan hanya berlari, Aku harus melompati beberapa dahan pohon karena jalan yang Aku lewati terhalang.
Saat Aku telah berlari dan sampai di pinggir hutan, Aku dapat merasakan hawa keberadaan iblis di dekatku. Aku melirik ke sekitar dan merasa jika ada sesuatu di balik semak-semak belukar.
"Keluarlah dan Aku akan membunuhmu dengan cepat."
Tidak ada tanggapan dan suasana tiba-tiba terasa berat. Aku segera menajamkan kuku-kuku jariku dan mengarahkan sebuah pukulan ke arah semak-semak belukar.
Saat pukulanku hampir mengenai iblis itu, iblis tersebut segera menghindar dan keluar dari semak-semak. Kini Aku bisa melihat wujudnya.
Ekspresi ketakutan nampak jelas di wajahnya. Air mata juga berlinang di pelupuk matanya.
"Dasar iblis jahanam!" Teriaknya dengan nada penuh amarah.
Eh? Dia juga iblis bukan? Namun, kenapa dia mengataiku ini iblis jahanam? Tunggu dulu ...
"Kau ...."
"Argh!!! Muzan sialan! Baru saja Aku datang ke sini kenapa Aku harus menjadi iblis?!"
Apa?! Dia bilang apa tadi? Apakah dia sama denganku? Apakah dia berasal dari dunia lain? Yang lebih penting lagi dia tidak terikat dengan kutukan darah, yang benar saja!?
"Kau ... Kau juga berasal dari dunia lain?"
Ekspresi keterkejutan tergambar jelas di wajahnya. Ia segera menyeka air mata di pelupuk matanya, "Kau ... Kau juga sama?"
Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan darinya.
"Siapa namamu?" Tanyaku dengan nada rendah.
"Namaku Amelia."
"Amelia? Kamu bukan orang Jepang?"
"Bukan, Aku orang Indonesia ..."
"What?! Sama!!!"
"Eh ....! Beneran?"
Aku mengangguk cepat. Tidak Aku sangka akan ada orang dari dunia yang sama serta dari negara yang sama yang ikut masuk ke dunia ini.
Sepertinya kami akan menjadi teman baik mulai dari sekarang asalkan dia tidak berniat menyerang diriku.
"Sejak kapan kau ada di dunia ini?"
"Sejak kapan? Entah ... Aku tidak mempedulikannya. Kalau kamu?" Jawabku.
"Aku baru 1 bulan ada di dunia ini. Sial sekali di hari ketiga Aku bertemu dengan Muzan saat sedang mencari tempat buang hajat."
Aku berusaha menahan tawa. Miris sekali jalan hidupnya di dunia ini, malah lebih miris dari jalan hidupku sepertinya. Lagipula WOW, dia bertemu dengan Muzan sang boss iblis. Itu sangat hebat.
"Kenapa kau bisa sampai ke dunia ini?" Tanyaku kepadanya.
"Waktu itu Aku membaca manga Kimetsu no Yaiba chapter 188 dan menangis saat melihat wajah asli Iguro-san."
"Memangnya kenapa dengan wajah Iguro-san?"
"Mukanya ancur cuy! Apalagi diperlihatkan flash back kehidupan masa lalunya, bau-bau mayat."
"Benarkah?"
Dia mengangguk cepat. Air mata menetes lagi dari kedua matanya. Dia begitu sedih karena satu persatu pilar mati dan dia juga menceritakan bahwa ada kabar jika Kimetsu no Yaiba akan berakhir sad ending. Dadaku terasa sesak saat mendengar ceritanya.
"Terus bagaimana bisa kamu melanggar kutukan Muzan? Bukankah kita akan mati jika menyebutkan namanya?"
"Itu lu juga bisa b*ng*at"
Aku menutup mulutku sendiri dengan kedua tanganku. Sungguh kah Aku tidak mati? Astaga .... Aku senang sekali sampai-sampai ingin berteriak.
Amelia menghela napas, lalu mendekatiku beberapa langkah. Dia menatapku dengan tatapan sayu.
"Apakah kau sudah memakan manusia?" Ucapnya lirih.
"Tidak, Aku tidak memakan manusia." Jawabku sambil tersenyum sendu.
Melihat ekspresi Amelia, sepertinya dia sudah pernah membunuh dan memakan manusia. Itu pasti sangat berat untuknya.
"Bagaimana bisa kau tidak memakan manusia?"
"Aku kanibal."
"Apa?!"
Amelia langsung melompat ke belakang. Ia mengambil jarak cukup jauh dariku. Aku tersenyum pahit, lalu mengatakan bahwa Aku tidak akan memakan dirinya.
Amelia menatapku dengan tatapan waspada, tapi akhirnya dia percaya dan kembali mendekati diriku.
"Lalu, siapa namamu?" Tanya Amelia sambil melipat tangan di belakang kepalanya.
"Namaku (Nama)."
"(Nama)? Oh .... Aku ingat, kau perempuan yang waktu itu mati akibat terjatuh dari jurang."
Aku membulatkan mata. Amelia bilang jika Aku telah mati di dunia sana? Apa artinya Aku bisa kembali ke dunia asalku?
"Sepertinya Aku benar, kau mati karena terjatuh dari jurang. Kalau begitu artinya Aku juga telah mati."
"Oh iya, memangnya apa yang telah terjadi kepadamu?"
"Setelah membaca chapter 188, Aku menangis lalu berlari keluar dari rumah. Tanpa Aku sadari ada sebuah motor yang langsung menabrakku. Begitu ceritanya ..."
Aku tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita darinya, "Siapa suruh lari-lari keluar rumah? Kayak orang gila tahu gak?"
"Ck, bapak kau yang gila!" Ucapnya kesal.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya Aku memberitahukan tujuanku untuk pergi ke kota. Amelia awalnya menolak karena takut akan melukai manusia yang hidup di sana, tetapi Aku tetap membujuknya.
Akhirnya setelah beberapa menit terus membujuk, dia pun akhirnya setuju untuk ikut denganku.
"Lalu, setelah itu apa yang akan kita lakukan?" Tanya Amelia kepadaku.
"Bagaimana jika kita berpura-pura hidup layaknya manusia? Bekerja dan mendapatkan uang?"
Amelia tersenyum sumringah, lalu menggenggam tangan kananku.
"Boleh juga."
Hari itu Aku mendapatkan teman baru untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Aku harap kami akan bisa terus bersama selama-lamanya.
Jika benar kedatanganku ke dunia ini untuk menolong semua orang, Aku yakin begitupula dengan Amelia.
Bersambung ....

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Me Alone
Fiksi Penggemar[15+] "Walaupun Aku menyukaimu, tapi sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi. Jadi, selamat tinggal." - (Nama) Malam itu, hati Tokitou terasa hancur. Ia sedih karena tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik (Nama)...