Chapter 22

3.5K 621 216
                                    

Mana nih yang dari kemarin minta update? Semoga puas dengan chapter kali ini. Hahaha...

==========================

(Nama) memandangi langit biru di atasnya dengan ekspresi datar. Pikirannya melayang-layang entah ke mana. Dia berpikir, kenapa dia bisa tersenyum saat bersama Tokitou tadi? Seharusnya sejak lama ia sudah tidak bisa tersenyum lagi, tapi mengapa—?

"Pagi, (Nama)," sapa Shinobu sembari tersenyum ramah.

(Nama) hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, setelah itu ia kembali meluruskan pandangan ke arah langit. Melihat burung-burung berterbangan membuat pikirannya sedikit merasa tenang.

"Apakah kau tak lapar?" Tanya Shinobu sembari duduk di samping (Nama).

(Nama) melirik ke arah Shinobu. Dilihatnya gadis itu tengah duduk tenang sembari menyesap teh hangat di tangannya.

"Aku akan berburu nanti malam. Kalau aku berburu siang hari seperti ini, aku takut para Oni akan terbakar dan menjadi abu saat berusaha melarikan diri. Dengan begitu, bukankah perburuanku akan jadi sia-sia?" Jelas (Nama) panjang lebar.

"Nee... Rasa iblis itu seperti apa?" Tanya Shinobu.

"Berbeda dengan darah kalian, darah  Oni berbau harum. Rasa mereka manis dan tidak busuk."

"Kau pernah berusaha memakan makanan manusia?"

"Ya, rasanya tidak enak dan selalu membuatku muntah. Rasa-rasanya aku sudah seperti ghoul..."

"Ghoul?"

"Ah... Tidak."

Keadaan setelah itu canggung. Hanya terdengar suara kicauan burung dan suara Shinobu yang masih takzim mengesap teh miliknya.

Bruk!

Terdengar 'sesuatu' jatuh ke tanah. Karena merasa penasaran, (Nama) berdiri dari duduknya dan berjalan ke asal suara tadi.

Semakin lama suara kehebohan semakin terdengar kencang, mulai dari teriakan-teriakan dan suara-suara benturan. (Nama) tahu siapa itu atau mungkin lebih tepatnya mereka? Ya, siapa lagi kalau bukan Trio Kamaboko.

Setelah (Nama) sampai di lokasi, terlihat bahwa mereka bertiga tengah berlatih dengan giat. (Nama) berdiri di balik pohon, mengamati mereka bertiga secara sembunyi-sembunyi. Namun...

Tanjirou menoleh dan melihat setengah wajah (Nama) yang tidak berhasil ditutupi oleh batang pohon.

"(Nama)-san!" Sapa Tanjirou sembari tersenyum dan melambaikan tangannya.

Zenitsu yang melihat keberadaan (Nama) langsung shock dan bersembunyi di belakang Tanjirou, berbeda sekali dengan Inosuke yang malah mendekati (Nama) dan mengajaknya berduel.

"Hei, Oni! Bertarunglah denganku dengan pedang tumpulmu itu!" Ucap Inosuke setengah berteriak.

"Pedang tumpul? Maksudmu panci penggorengan?"

"Ya! Terserahlah apapun nama senjata itu! Pokoknya ayo bertarung!"

"Baiklah..." Ucap (Nama), kemudian memunculkan panci penggorengan seukuran meja. Benar-benar besar!

Kali ini bukan hanya Zenitsu yang merasa shock, tetapi juga Inosuke dan Tanjirou. Mereka bertiga membulatkan mata serta membuka mulut lebar-lebar.

"Bagaimana bisa kau mengangkat benda sebesar itu?!" Tanya Zenitsu ngeri.

"Kepo banget jadi laki! Mending urus calon masa depanmu!" Ucap (Nama) yang sekali lagi membulatkan mata Zenitsu, tapi kali ini bukan ekspresi ngeri yang tergambar di wajahnya.

Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang