Mobil Yeonjun melaju dengan cepat membelah ramainya suasana ibukota di akhir pekan tersebut. Atmosfer menyenangkan yang semula mengepung dua sejoli tersebut akibat gurauan Jia, kini berganti menjadi suasana hening tanpa suara sedikit pun.
Sang Direktur perlahan mengerutkan keningnya, bingung karena Sang Kekasih tak lagi bersuara sejak beberapa menit yang lalu. Berbekal rasa penasaran, Yeonjun perlahan mengelus pelan tangan Jia.
"Byun Jia?" panggil Yeonjun lembut.
Namun yang didapatnya malah sebuah dengkuran halus sebagai jawaban, membuat pria jangkung itu terkekeh pelan sambil sedikit menoleh ke arah Sang Kekasih yang duduk di sebelahnya.
Jia tertidur. Yaahh tidak aneh juga sih. Pasalnya mereka baru saja kembali dari pantai pukul 7 malam tadi karena terlalu asik menatap sunset. Akibatnya, mobil Yeonjun baru sampai di jalanan ibukota sekitar pukul 9 malam.
"Tertidur rupanya. Pantas saja tiba-tiba hilang suaranya," gumam Yeonjun sambil tersenyum tipis.
Pria itu perlahan menggenggam erat tangan Jia, memberikan beberapa elusan lembut di tangan Sang Kekasih yang membuat senyum tipis perlahan mengembang di wajah wanita tersebut.
Yeonjun kembali dibuat terkekeh pelan karena merasa gemas, sebelum ekspresi senangnya berubah menjadi bingung karena baru menyadari satu hal.
"Bagaimana aku mengantar ke dalam apartemennya? Aku kan tidak tahu nomor kamarnya."
"Ohh begitu ya? Di kamar nomor 18, lantai 3? Oke. Terima kasih, Hyuka."
Tut!
Yeonjun kembali meletakkan handphonenya di dalam saku jaket, tersenyum tipis sesaat setelah kedua matanya kembali menatap Jia yang masih tertidur di kursi penumpang.
Ingin bertanya kenapa Huening Kai bisa tahu nomor kamar Jia? Mudah, Yeonjun selalu memerintahkan paling tidak satu sahabatnya untuk mengawasi perjalanan pulang dan pergi Jia setiap hari. Bukan bermaksud stalking, tapi hal itu ia lakukan untuk nelindungi Sang Kekasih.
"Ayo, Byun Jia. Aku harus segera mengantarmu ke kamar," gumam Yeonjun sambil melepaskan seatbelt yang dikenakan oleh Sang Kekasih.
Jia terlihat sedikit menggeliat di posisinya karena gerakan pelan Yeonjun, namun hal itu tak membuat wanita tersebut lantas terbangun dari tidurnya.
Yeonjun beranjak ke luar mobil lalu berjalan menuju sisi lainnya, membuka pintu mobil untuk kemudian menggendong bridal-style Sang Kekasih menuju apartemennya.
"Aigoo! Kenapa ringan sekali? Orang atau bantal? Aku harus memberi banyak makanan enak agar tubuhnya cepat terisi," gumam Yeonjun sambil menatap khawatir Sang Kekasih.
"Astaga, aku lupa tanya nomor pin kamarnya."
Yeonjun menoleh kesana-kemari, berusaha meminta bantuan kepada tetangga Sang Kekasih. Namun sayang, hasilnya nihil.
Tentu saja. Siapa yang masih bangun di tengah malam begini? Apa lagi ini apartemen, tempat di mana orang-orang kadang tak terlalu peduli dengan tetangga ataupun lingkungan sekitarnya.
Tengah sibuk-sibuknya mencari cara untuk membuka pintu kamar Jia, wanita di dalam gendongannya tiba-tiba menggumamkan sesuatu hingga membuat Yeonjun tertawa pelan.
Tahu apa penyebab tawa Sang Direktur?
"Direktur Choi, aku sangaaatttt menyukaimu.. Saking sukanya aku padamu, aku sampai mengganti nomor pinku dengan tanggal ulang tahunmu.. Hehe, aku mengetahuinya dari Beomgyu sunbae."
Sungguh, bolehkah Yeonjun menciumi setiap inci wajah kekasihnya ini? Jujur, pria itu sampai mengulum bibir sendiri saking berusahanya dia untuk menahan gemas sekarang.
"Oke. Berarti pin kamar Byun Jia tersayangku ini, adalah tanggal ulang tahunku...".
Nit!
Cklek!
"Oh, benar terbuka."
Yeonjun segera berjalan masuk, setengah berlari menuju kamar Jia dan dengan penuh kehati-hatian berhasil membaringkan Sang Kekasih di atas ranjangnya.
"Uhmmm.. Direktur Choi...".
Yeonjun terkekeh pelan mendengar gumaman Jia, mengelus lembut kepala Sang Kekasih sebelum dering sebuah handphone mengganggu momen indahnya.
Tut!
"Ya, Beomgyu?"
"Hyung, kau harus cepat kembali ke markas. Ada sebuah berita penting."
"Sampaikan sekarang saja. Aku akan memutuskan dengan cepat."
"Komplotan Xiaojun bekerja sama dengan Sooman, musuh kita. Jadi, bagaimana menurutmu hyung?"
Yeonjun menghela napas pelan saat mendengar penjelasan Beomgyu, merasa agak pusing karena satu per satu komplotannya mulai berkhianat secara tidak wajar.
"Hmm, baiklah. Ayo kita beri dia pelajaran."
"Baik, hyung. Aku dan yang lain akan mempersiapkan segala peralatan. Oh iya, Wooseok hyung bilang akan ikut juga."
"Wooseokie hyung? Tumben sekali dia akhir-akhir ini ikut membantu.. Baiklah, sampaikan salamku padanya."
Tut!
Yeonjun memutuskan sambungan telpon secara sepihak sebelum kembali menghela napas pelan. Pria itu memijat pangkal hidungnya lalu tersenyum tipis saat kembali menatap Sang Kekasih yang masih terlelap.
"Maafkan aku, Byun Jia. Nyatanya, aku bukanlah orang baik."
Yeonjun bergumam pelan, lalu memberikan satu kecupan singkat di dahi Sang Kekasih. Pria jangkung itu tersenyum tipis lalu segera berjalan keluar kamar setelah mematikan lampunya.
Cklek!
Tepat setelah pintu tertutup, perlahan kedua mata wanita itu mengerjap di dalam kegelapan. Suasana yang sangat hening, membuat suara mobil Yeonjun dapat terdengar lumayan jelas oleh telinga Jia.
"Direktur Choi....".
------------------------------------------------------
Holaaa authornya back again nihhhhhhhhh😁😁
Sebelumnya, author minta maap yaa lama bakilnya. Author kan ngetiknya make hp, trus entah kenapa, bbrp hari terakhir hp author eror :"( masa suka mati sendiri😭😭😭
Tp untg sekarang udh gk apa2, bersyukur saia :")...
Kok malah jd curhat ya? Maap gengs😅
Don't forget to vomment yeorobun! Lop yuh ol😘
Eh tapi, btw btw nihhhh. Ada yg udah nonton Gayo Daejun 2019 TXT?
GANTENG BANGET INI, GANGERTI LAGI HUWAAA😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] Death Mask || C.Yj✔
Fanfiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ • ʏᴇᴏɴᴊᴜɴ] Di pagi hari dia adalah seorang CEO dari perusahaan terbesar di Ibukota, tapi di malam hari dia adalah Ketua komplotan Mafia paling berkuasa seantero Korea. ╭────┈ ↷ │✨┊ ʙᴀɴɢᴄʜᴀɴᴛɪǫᴜᴇ,2019 ╭────────────╯ Est. 28 June 2019 ▭▬▭▬▭▬...