"Hei! Yah, kau yang di sana! Apa kau sedang tidur?"
Jia terbangun dari mimpi damainya ketika mendengar suara teriakan seseorang. Gadis itu perlahan mengerjapkan kedua mata sebelum melihat ke sekitar, namun penglihatannya malah tak menjumpai Si Pemilik Suara.
"Hm? Apa hanya mimpi? Kurasa aku mendengar ada orang yang--".
"Yah, kau tidak bermimpi! Aku yang berbicara!"
"UWAH!!"
Jia terlonjak di tempatnya ketika suara itu kembali terdengar. Gadis itu melihat ke sekitar dengan takut, namun kembali tak menemukan siapapun di dalam ruangan tersebut.
"Si-siapa kau?! Apa kau hantu?!"
Pertanyaan keras Jia justru mengundang sebuah tawa merdu yang menggema ke seluruh ruangan, membuat gadis itu semakin meringkuk ketakutan sambil memeluk erat kedua lututnya.
"Aku bukan hantu, aku masih hidup. Benar memang, aku yang salah. Memanggil dan menyapamu tanpa memberitahu siapa diriku."
Jia perlahan menatap ke seluruh penjuru ruangan dengan ragu-ragu, sebelum suara itu kembali bergema.
"Hai, aku Wooyoung. Aku bukan makhluk tak kasat mata, aku masih bernapas. Kalau kau bertanya-tanya aku berada di mana, jawabannya adalah aku ada di ruangan sebelahmu. Aku berbicara lewat lubang udara, apa kau bisa menemukannya?"
Mengikuti perkataan Si Pemilik suara, Jia perlahan mengedarkan pandangannya. Tak berapa lama, gadis itu akhirnya menemukan sebuah lubang berbentuk persegi yang tertutup oleh besi penyaring udara di sudut ruangan dan segera merangkak menghampirinya.
"Ya, aku menemukannya. Salam kenal, Wooyoung-ssi. Maaf jika sebelumnya aku menyebutmu hantu," ujar Jia pelan, merasa tidak enak.
Suara tawa merdu itu kembali terdengar, memanjakan kedua telinga gadis itu sampai dirinya ikut terkekeh pelan.
"Tak apa, aku juga akan berpikir demikian jika jadi kau. Memang sepenuhnya murni kesalahanku," jawab Wooyoung lembut.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa ada di sana? Apa kau ditawan juga?"
"Ditawan? Jika itu artinya diculik dan disekap untuk dijadikan umpan sebelum menghadapi kematian, maka iya," jawab Jia, membuat pria di seberang sana menghela napas berat.
"Astaga.. Kasihan sekali. Entah apa maksud mereka semua melakukan ini, tapi kurasa kau seharusnya tak berada di sini. Kau berhak mendapat kehidupan yang lebih baik, bukannya malah mendekam di dalam kurungan seperti ini..".
Jia tertegun mendengar nada bicara Wooyoung. Pria itu entah kenapa terdengar.. Sedih?
Gadis itu menghembuskan napasnya perlahan, membuat pria di seberang sana mengerutkan kening meski tak bisa terlihat oleh Si Lawan Bicara.
"Ada apa?"
"Kau bisa berbicara sesedih itu, seolah kau ikut merasakannya. Apa jangan-jangan kau di sini juga seorang tawanan?"
Pertanyaan lembut Jia sukses membuat Wooyoung tersentak. Ia jelas terkejut dengan pengamatan singkat gadis itu yang bahkan tak bisa melihatnya sama sekali. Bagaimana bisa?
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat, sampai akhirnya Wooyoung melempar sebuah tawa canggung. Membuat Jia tersentak kaget dan menepuk dadanya pelan untuk menenangkan diri.
"Ja-jadi, siapa namamu? Sejak awal kita berbincang, aku belum tahu namamu."
"A-ah iya, benar. Na-namaku Jia, Byun Jia," jawab Jia sambil tersenyum canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] Death Mask || C.Yj✔
Fanfic[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ • ʏᴇᴏɴᴊᴜɴ] Di pagi hari dia adalah seorang CEO dari perusahaan terbesar di Ibukota, tapi di malam hari dia adalah Ketua komplotan Mafia paling berkuasa seantero Korea. ╭────┈ ↷ │✨┊ ʙᴀɴɢᴄʜᴀɴᴛɪǫᴜᴇ,2019 ╭────────────╯ Est. 28 June 2019 ▭▬▭▬▭▬...