"Beomgyu-ya," panggil Yeonjun tanpa menoleh.
Mereka sekarang tengah berada di dalam lift. Suasana yang hening, membuat suara bariton Yeonjun terdengar jelas di telinga Sang Sekretaris.
Beomgyu langsung menatap tegang ke arah Yeonjun. Biasanya kalau Sang Direktur memanggil namanya dengan embel-embel "-ya", berarti ada hal serius yang ingin dibicarakan.
"N-ne hyung?" tanya Beomgyu pelan.
Yeonjun terlihat bingung dengan apa yang ingin ia katakan. Buktinya, sekarang Sang Direktur menghela napas berat.
"Tanyakan saja, hyung. Jangan dipikirkan sendiri," ujar Beomgyu dengan nada yang lebih santai.
Yeonjun kembali menghela napas berat lalu mensejajarkan dirinya dengan Beomgyu, berdiri tepat di sebelah Sang Sahabat Karib yang sudah bertahun-tahun menjabat sebagai sekeretaris pribadinya itu.
"Aku.. Agak tidak paham dengan ini. Kau tahu, seperti.. Perasaan hangat yang memenuhi diri saat bertemu dengan seseorang."
Yeonjun bicara tersendat-sendat, membuat Beomgyu mengerutkan keningnya. Kurang paham dengan perkataan sang Direktur.
"Maksudmu, hyung? Aku kurang paham, tolong jangan menggantung kalau bicara."
Yeonjun kembali menghela napas berat, berusaha meyakinkan diri sendiri untuk menanyakan hal tersebut pada Beomgyu.
"Jadi begini, Beomgyu. Aku selalu, memiliki banyak ekspresi ketika bertemu dengan orang ini. Seolah mengerti semua yang dia rasakan, aku ikut sedih saat dia menangis."
Beomgyu perlahan mulai paham dengan apa yang Yeonjun bicarakan, terbukti dengan seulas senyum hangat terlukis jelas di kedua sudut bibirnya.
"Dia sangat cerewet, aku membencinya. Tapi saat dia tiba-tiba irit bicara, aku malah jadi gelisah dan bertanya-tanya. Aku benci saat ada orang yang menyakitinya. Kadang juga ekspresi riangnya tiba-tiba melintas di pikiranku dan tanpa sadar membuatku ikut tersenyum..".
"Wah hyung, sejak kapan kau mengalami ini? Aku tak pernah melihatmu seperti itu sebelumnya. Apa di dalam ruanganmu kau sering tersenyum sendiri hah?" tanya Beomgyu sambil terkekeh pelan.
Yeonjun langsung memalingkan wajah ke arah lain, berusaha menutupi rona merah yang perlahan merambati kedua pipi. Walau nyatanya, tak akan terlihat sejelas itu di mata orang lain.
"Sekarang, biar kuperjelas. Orang yang sedang kau bicarakan ini, Byun Jia-ssi. Benar?"
Pertanyaan Beomgyu sukses membuat rona merah tadi menjalar ke kedua telinga Yeonjun. Sontak Sang Sekretaris langsung tertawa kecil melihat tingkah baru dari Direkturnya itu.
"Mungkin kau asing dengan perasaan seperti itu, hyung. Tapi percayalah, perasaan itu yang sering orang-orang sebut sebagai 'Cinta'."
Yeonjun menoleh pelan, menatap Beomgyu dengan ekspresi bingung.
"Kau mungkin membenci kebiasaannya, tapi saat dia tiba-tiba menghilangkan kebiasaannya itu kau malah jadi khawatir. Kau senang melihatnya tersenyum, tapi kau sedih saat melihatnya menangis. Hatimu menghangat dengan kehadirannya."
Yeonjun mengangguk pelan dengan semua penjelasan Beomgyu, membuat Sang Sekretaris terkekeh pelan lalu kembali menatap ke depan.
"Yahhh kau memang orang awam kalau soal perasaan. Tapi mendengarmu membicarakan itu semua, aku senang kau sudah mulai terbuka dengan orang-orang di sekitarmu. Lagipula kalau diingat-ingat, kapan terakhir kali kau benar-benar tersenyum tulus dari hati hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] Death Mask || C.Yj✔
Fanfic[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ • ʏᴇᴏɴᴊᴜɴ] Di pagi hari dia adalah seorang CEO dari perusahaan terbesar di Ibukota, tapi di malam hari dia adalah Ketua komplotan Mafia paling berkuasa seantero Korea. ╭────┈ ↷ │✨┊ ʙᴀɴɢᴄʜᴀɴᴛɪǫᴜᴇ,2019 ╭────────────╯ Est. 28 June 2019 ▭▬▭▬▭▬...