Siapa mereka sebenarnya?

76 37 0
                                    

"Arolan."

Hanya nama itu tapi bisa membuat gue mematung di tempat. Disaat gue masih dalam keadaan mulut terkunci, Perempuan tadi melanjutkan kalimatnya.

"Lo masih inget Arolan kan?"

Pertanyaan itu membuat mata gue memicing.

"Apa hubungan Lo sama Arolan?" Tanya gue menatapnya intens. Gue yakin kalo cewek gemuk ini bukan hanya tau tentang Arolan, tapi juga tentang hubungan gue dengan Arolan.

Hubungan yang gak bisa dikatakan spesial dan hanya berakhir sebagai 'Teman'.

Gak banyak yang tau tentang Arolan.

Termasuk Fastian, wulan, dan Arga.

Orang tua gue juga gak tau tentang Arolan yang memang dari kecil udah jadi temen gue. Temen yang selalu bertemu di sebuah taman yang dekat dengan perumahan gue.

Hubungan yang gak spesial, begitu juga dengan pertemuannya.

Kita saling mengenal hanya karena sebuah kecelakaan kecil yang terjadi di masa lalu.

Gue pernah nolong Arolan saat ia jatoh dari sepeda.

"Kamu ndak papa? Sini Natto bantu."

Kala itu gue masih kecil. Mungkin masih umur 8 tahunan. Gue melihat Arolan yang tengah memegang kakinya.

"Kaki Olan sakit," ucapnya lirih sambil memandang lututnya yang berdarah.

Gue segera melepas pita rambut yang kala itu gue pake kemudian melilitkannya di lutut Arolan.

"Nanti pita kamu kotor," cegah Arolan namun gue masih setia melilitkan pita itu di lututnya.

"Gak papa,"

Setelah itu gue mengulurkan tangan untuk membantu Arolan berdiri.

"Makasih ya udah bantu Olan,"

"Hu'um! Oh iya nama aku Natto, nama kamu Olan ya?"

"Nama aku Arolan Menic panggil aja Olan,"

"Oke Olan! Oya, rumah kamu dimana?"

Gue liat Arolan yang tampak berfikir kemudian mengibaskan tangannya menyuruh gue untuk mendekatkan telinga ke bibirnya.

Arolan berbisik. "Rahasia."

"Kok rahasia?"

"Iya, kalau Natto mau ketemu aku lagi, kita ketemuan di taman ini aja ya,"

"Hem, okey,"

"Sekarang tanggal berapa?" Tanyanya. Gue berfikir sejenak kemudian berteriak gembira.

"Oh! 25!"

"Nah, kalo gitu Natto temuin Olan disini setiap tanggal 25 okey?"

"Hem, Okey!"

Kita berdua tertawa bersama kemudian Arolan memandang wajah gue sambil tersenyum penuh arti.

"Natto baik, Olan sukak!"

Sejak saat itu gue dan Arolan berteman.

Kita gak terlalu deket, cuma sebatas teman biasa, bahkan gak bisa dikatakan sahabat.

Bisa terhitung hanya beberapa kali kita bertemu.

Hanya pada tanggal 25. Itupun gak setiap pertemuan kita bisa ketemu. Terkadang gue udah nunggu dia disana, tapi dia gak dateng.

Natto dan PerjodohannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang