Terungkap.

79 34 10
                                    


Natto memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Eh, ralat! Bukan mobilnya, tapi mobil milik Arga.

"WOI NATTO! JANGAN KENCENG-KENCENG BAWANYA! CICILANNYA BELOM LUNAS ANJIR!"

Natto tak menghiraukan Arga yang melarangnya dari belakang, sambil melompat dan melambaikan tangan memperingati agar Natto mengendarai mobilnya tidak terlalu kencang.

Gadis itu terus memacu mobil hitam milik Arga sampai mobil itu terparkir di halaman belakang sekolah yang sepi.

Natto segera turun dari mobil. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah agar dapat menemukan keberadaan Reinat.

"Gue disini." Suara dingin itu membuat Natto menoleh ke belakang. Manik mata hitamnya bertubrukan dengan manik mata cokelat yang dimiliki gadis di hadapannya.

Di depan Natto, telah berdiri Reinat dengan gaya angkuh dan tangan yang dilipat di depan dada.

Natto menatap dalam gadis yang berada di depannya. "Jelasin ke gue apa hubungan lo sama Arolan!" Ucapnya to the poin membuat Reinat mengangkat sebelah alisnya, tak lupa dengan senyum sinisnya.

Hal itu membuat Natto membuang muka dengan perasaan kesal. Kemudian ia kembali bertanya dengan nada bicara yang penuh penekanan. "Dimana Arolan sekarang?!"

Reinat tertawa sinis. "Kemana aja lo selama ini? Apa pernah lo cari tau tentang Arolan? Kenapa sekarang lo tiba-tiba perduli?"

Tiga pertanyaan beruntun itu benar-benar berhasil menusuk hati Natto. Namun sekarang, ia semakin yakin bahwa keputusannya untuk menemui Reinat benar adanya. Pasti gadis itu tahu betul tentang Arolan. Dan pastinya, gadis itulah yang akan memecahkan semua misteri yang muncul di mimpinya.

Natto mengabaikan pertanyaan Reinat. Dan entah terpikir darimana, otaknya terarah pada pertanyaan yang tiba-tiba saja muncul.

"Apa Arolan masih hidup?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Natto. Matanya menatap lurus manik cokelat Reinat menunggu jawaban cewek itu.

Reinat menggeleng. "Dia udah mati." Kemudian jarinya teracung ke wajah Natto. "Dan itu semua gara-gara lo!"

Natto menautkan alisnya bingung. "Gue?" Tanyanya seakan tak percaya bahwa ialah penyebab kematian Arolan.

Dadanya terasa sesak luar biasa saat Reinat mengangguk untuk menjawab pertanyaannya. "Iya, karna lo berhasil bikin dia sakit hati!"

"Sakit hati? Ap-apa maksud lo?!"

"Masih inget kejadian saat terakhir kali lo nemuin Arolan di taman? Masih inget gimana Arolan nembak lo? Gak mungkin lo lupain kejadian itu. Iya kan?!"

Natto menatap Reinat sembari mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Kejadian dimana Arolan menembaknya dan ia tolak dengan mentah-mentah. Apa hal itu membuat Arolan sakit hati? Apa iya?

"Gue sayang sama lo Nat, lo mau kan jadi pacar gue?"

"Hei! Kenapa bengong?! Udah tau jawabannya kenapa Arolan bisa sakit hati sama lo?" Tanya Reinat dengan nada bicara yang menyindir.

Natto hanya diam membiarkan gadis itu kembali melanjutkan bicaranya.

"Asal lo tau, saat dia nembak lo, dia baru dapet kabar dari dokter kalo waktunya di dunia udah gak lama lagi."

Natto membulatkan matanya dengan mulut yang kompak terbuka. "Dia--?"

"Dia sakit, Nat. Dan alasannya kenapa dia gak cerita sama lo, itu karna dia gak mau lo khawatir! Mungkin selama ini dia bukan apa-apa buat lo, tapi satu hal yang perlu lo tau. Lo segalanya buat dia. Lo orang pertama yang bisa buat dia ngerasa gak sendirian lagi. Lo orang pertama yang bisa bikin dia kuat menghadapi semuanya. Dia bener-bener sayang sama lo."

Natto dan PerjodohannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang