Menyusul Arolan?

78 37 0
                                    


"Kalian siapa?"

Dua kata itu mampu membuat semua orang yang berada di dalam ruangan terdiam.

"Kenapa saya bisa ada disini?" Fastian melihat ke arah sekitar ruangan. Ia menatap orang-orang yang berada di depannya dengan tatapan takut dan waspada.

Ia berusaha mengingat mengapa ia bisa berada di tempat ini, namun bukannya mendapat jawaban, malah rasa sakit luar biasa yang menyerang kepalanya.

Fastian memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. "Argghh! "

"Kamu istirahat dulu," ucap ibundanya kemudian menyenderkan kepala putranya ke ranjang. "Kamu butuh istirahat," lanjutnya kemudian.

Semua yang berada di ruangan itu menatap penuh tanya dengan tatapan tertuju ke arah wajah tampan Fastian yang masih sibuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Bahkan cowok itu terlihat linglung.

Natto berusaha mendekat ke ranjang kemudian memegang lengan pria itu perlahan. "Fas," ia menatap penuh harap bahwa Fastian tidak lupa padanya. Namun diluar dugaan, tangan Natto malah ditepis kasar oleh Fastian.

"Kamu siapa?!" Bentak Fastian yang tak terima lengannya di sentuh oleh orang asing.

Orang asing? Ya, sepertinya itulah yang Fastian pikirkan tentang Natto sekarang. Tak lebih dari sekedar 'orang asing'.

Arga yang melihat hal itu langsung membawa Natto kebelakang untuk menjauhi ranjang Fastian.

Ia menggeleng kepada Natto seakan memberitahu bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat.

Lagi dan lagi, Fastian berusaha mengingat dimana ia sekarang dan siapa orang-orang yang bersamanya. Namun yang ia dapat hanya rasa sakit yang terus menyiksanya.

"Argghh!!" Tak henti-hentinya ia mengerang sambil memegangi kepalanya yang terasa ingin pecah.

Ibunda Fastian mendekat dan menenangkan putranya. "Udah Bunda bilang, kamu istirahat dulu."

"Bunda?" Tanya Fastian yang seolah tak percaya. Wajah wanita didepannya ini begitu asing baginya.

Tok! Tok!

Pintu ruangan diketuk, semua pandangan tertuju ke arah pintu tersebut. Kecuali Natto, gadis itu masih terkejut. Ia merasa ada yang salah disini.

Pintu perlahan terbuka, menampilkan sosok pria yang terlihat berwibawa dengan jas putih yang ia kenakan. "Permisi, bisa saya bicara dengan orang tua pasien?"

💞

"Kepalanya mengalami benturan keras saat kecelakaan. Hal ini yang selalu kami khawatirkan. Pasien mengalami hilang ingatan karena benturan tersebut."

"Hilang ingatan, dok?"

Dokter hanya bisa mengangguk pasrah. Sedangkan air mata ibunda Fastian telah tumpah di hadapannya.

"Ap--apa dia bisa sembuh?"

Untuk jawaban kali ini, dokter kembali mengangguk. "Kemungkinan besar bisa. Tinggal menunggu waktu dan bagaimana keluarga pasien membuatnya mengingat kembali hal-hal yang pernah terjadi dulu. Tapi, jangan terlalu memaksakan pasien, karena hal tersebut bisa membuat kepalanya sakit."

Setelah cukup mendengarkan penjelasan dari dokter, Ibunda Fastian memilih pergi keluar ruangan untuk mengabarkan hal tersebut pada Natto. Ia tau, gadis itu pasti telah menunggunya dari tadi.

"Baik dok, terimakasih atas penjelasannya."

💞

"Fastian kenapa, Bun? Kenapa dia gak inget sama Natto?"

Natto dan PerjodohannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang