Rain of sadness

63 31 0
                                    


Baru satu menit yang lalu Fastian pergi meninggalkan tempat itu, namun rasanya hati Natto sangat gundah.

'Apa gue susul aja ya?'

Sebuah ide terlintas di pikirannya. Ia segera berdiri dari tempat duduknya.

Wulan dan Arga yang melihat hal itu langsung mengernyitkan dahi bingung.

"Mau kemana Nat?" Tanya Wulan yang menatap Natto dengan raut bertanya-tanya.

"Nyusul Fastian!" Tak ingin membuang waktu lagi, Natto segera berlari menyusul pacarnya itu.

Ia berlari di sepanjang koridor sambil melihat ke sekitarnya mencari apakah ada pacarnya disana.

Berkali-kali ia mencoba bertanya ke beberapa siswa yang ada, namun mereka menggeleng memberi tanda bahwa mereka tidak tahu dimana keberadaan Fastian.

Natto terus berlari menerjang hawa dingin yang mulai menusuk dikulit tubuhnya.

Suara gemuruh terdengar dari atas langit. Pantas saja hawa malam ini dingin, ternyata sebentar lagi akan turun hujan.

Tap!

Tap!

Tap!

"Arghh!" Natto berhenti berlari ketika merasa kakinya mulai pegal. Ia juga merasa tak leluasa untuk bergerak dan berlari.

Tanpa memperdulikan apapun lagi, Natto melepaskan high heels nya kemudian menentengnya. Ia kembali melanjutkan langkahnya mencari pacarnya.

Tibalah Natto di depan gerbang sekolahnya. Kepalanya celingak-celinguk mencari dimana Fastian berada. Dan ia menghembuskan nafas lega saat melihat sesosok pria bertubuh tinggi dengan badan tegap yang juga tengah sibuk mencari seseorang.

Ia tersenyum lega.

Dengan langkah perlahan Natto mendekat kearah pria itu tanpa memudarkan sedikitpun senyum lebarnya.

Namun tiba-tiba senyumnya luntur.

Senyum manis itu berganti dengan rahang yang jatuh kebawah disertai dengan mata yang membulat.

"FASTIAN, AWAS!!"

Pria itu sempat menoleh kearahnya sambil melemparkan sebuah senyuman.

Senyuman yang mungkin menjadi senyuman terakhir yang dilemparkan pria itu untuknya.

Senyuman sebelum pria itu pergi meninggalkannya.

BRAKKKK!!

"FASTIAN!!"

Tubuh Fastian terpental cukup jauh saat sebuah mobil berwarna putih berhasil menabrak tubuhnya dengan kencang.

Kepalanya membentur trotoar hingga membuat darah keluar cukup banyak.

Natto yang melihat hal itu seakan tak percaya. Jantungnya seperti berhenti berdetak ketika melihat kejadian yang baru saja terjadi itu.

Badannya seketika melemas. Ia berusaha menelan kasar salivanya sembari memejamkan matanya berharap ini semua hanya mimpi belaka.

Mata gadis itu terbuka kembali. Ia merasakan butiran air menetes dari matanya bersamaan dengan ribuan tetes hujan yang turun dari langit membasahi bumi.

Ia sedang tidak bermimpi.

Tanpa aba-aba, ia segera berlari kearah Fastian yang kini terbaring dengan bersimbah darah.

"Fas! Fas! Bangun!" Natto menggerakkan tubuh Fastian namun pria itu seakan tak mau membuka matanya.

Gadis itu segera menaruh kepala Fastian di pangkuannya. "Fass! Gue mohon jangan tinggalin gue," tangisnya mulai pecah dan diiringi isakan yang terdengar dari mulutnya.

Natto dan PerjodohannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang