Pesta.

84 37 0
                                    

"Iya kak, aku juga-- bla.. blaa bla.."

Ngikutin mereka adalah satu-satunya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan gue.

Mungkin dengan cara ini gue bisa tau dimana Arolan sekarang. Terserah Arolan masih marah ke gue atau enggak, intinya gue mau minta maaf.

Minta maaf atas kesalahan gue yang dulu. Yang pasti bikin dia sakit hati.

Gue melangkah perlahan agar langkah kaki gue gak terdengar oleh Reinat dan Reina.

Tapi karena gue yang gak hati-hati, gue nginjek botol Aqua kosong yang menyebabkan botol itu berbunyi.

Preekk..

Reinat dan Reina serempak menoleh. Namun mereka terlambat. Gue dengan gerakan secepat kilat langsung bersembunyi di balik tembok yang untungnya gak jauh dari jarak gue berdiri.

Alhasil yang Reinat dan Reina liat cuma jalanan kosong yang sepi.

Dan hal itu membuat mereka mengabaikannya dan kembali lanjut berjalan. Gue juga perlahan menyusul dari belakang dengan pandangan tetap was-was. Takut-takut kalo Reinat atau Reina tiba-tiba nengok ke belakang. Bisa mampus gue kalo ketauan!

Gue terus membuntuti mereka yang berjalan sambil mengobrol sampai mereka masuk ke dalam sebuah cafe'.

Gue ikut masuk ke dalam dan memilih duduk di tempat agak jauh dari mereka, mengingat kalo gue masih pakai seragam sekolah dan gue takut mereka ngenalin gue.

Buku menu yang ada di meja jadi alternatif untuk nutupin muka gue agar mereka gak ngeliat gue ada disini.

Sejauh ini yang gue liat ga ada yang aneh dari mereka. Mereka tampak seperti adik kakak biasanya.

Setelah memesan dan menghabiskan kopinya, mereka berdua keluar lagi dari cafe' itu. Gue juga ikut keluar.

Mereka kembali berjalan tapi langkah gue terpaksa terhenti.

"Nat?"

Mampus!

Gue memejamkan mata takut kemudian menoleh ke belakang.

"Lo nga-- mphh!"

Dengan cepat gue membekap mulut Fastian dengan tangan gue sebelum dia teriak dan membuat Reinat dan Reina mendengar hal itu.

"Ssuttt, diem!"

Gue melihat ke depan. Dimana Reinat dan kakaknya udah jalan jauh. Gue menatap punggung mereka sedih. Gue rasa gue gak akan bisa cari tau tentang Arolan sekarang.

Perlahan gue melepas bekapan di bibir Fastian.

"Lo ngapain sih Nat pake bekep-bekep mulut gue segala!" Omel Fastian sambil mengelap bibirnya kasar.

"Emm, ya maap. Abis tadi gue mau nangkep kupu-kupu, eh pas lu dateng kupu-kupu nya pergi." Ucap gue berbohong.

Fastian menghela nafas kemudian mengembangkan senyum manisnya sambil mengacak-acak rambut gue gemas. "Ohh, jadi Natto mau nangkep kupu-kupu ya? Hem?"

Gue mengangguk pelan. "I-iya"

"Buat apa?"

"Hah? Itu, buat--"

"Kan Lo udah indah. Buat apa nyari kupu-kupu lagi?"

Seketika pipi gue merah.

Dan untuk kedua kalinya Fastian mengacak-acak rambut gue lagi. Kemudian menarik tangan gue untuk pergi dari sana.

"Kita pulang ya. Gue ambil motor dulu di sekolah."

Gue mengangguk pasrah. Setidaknya kalo enggak hari ini, gue masih bisa mengetahui itu dihari lain mungkin.

Natto dan PerjodohannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang