Kau satu-satunya untukku

1.1K 67 9
                                    

Ellie merapikan rambutnya untuk terakhir kalinya. Ia menggigit bibirnya  Gaun berwarna kuning cerah. Ia menyentuh pipinya yang terlihat pucat. Lalu ia mencubit pipinya supaya berwarna pink.

Dia kurang tidur dalam beberapa hari terakhir ini. Ia mendapatkan gaji yang tinggi dari pekerjaan barunya sebagai Phantom B. Tapi ia masih belum terbiasa menggali info dari para pelayan lainnya. Rasanya seperti mengkhianati kepercayaan mereka secara diam-diam.

Hook bilang ia akan merasa terbiasa.

Ia menoleh ke sekelilingnya. Pria itu belum kelihatan juga.

Ia menjanjikan sebuah tur Kota London. Dan ia sudah terlambat lima belas menit.

Sentuhan ke bahunya dari belakang.

Hook tersenyum lebar. Ia tidak kelihatan menyesal karena terlambat.

Sebuah mawar merah ditawarkan padanya. Ellie menerimanya dengan sebelah tangan. Ia masih terlihat kesal.

Hook hanya berkata, "Kemacetan lalu lintas sangat parah di London. Kuharap aku tidak membuatmu menunggu terlalu lama."

Ia menawarkan lengannya dan mereka berjalan menuju sebuah kereta phaeton yang sedang menunggu. Tur di mulai dari Menara London. Gedung Parlemen.

Hook berkata, "Cuacanya cerah hari ini. Kita jarang sekali bertemu. Gara-gara seorang Earl yang menyebalkan."

Ellie menggelengkan kepalanya.

Ia protes, "Jangan membicarakan pekerjaan. Hari ini Kita berdua libur."

Hook bertanya, "Apa kau suka tinggal di sini? Kota yang selalu sibuk. Orang-orang selalu saja pergi ke suatu tempat. Penjual berteriak menawarkan barang dagangan. Dan..."

Jari telunjuk Ellie di bibirnya mencegah pria cerewet ini berbicara lebih banyak. Untuk semenit atau dua, ia hanya diam saja.

Ellie menurunkan jarinya.

Ia bertanya "Beri tahu aku. Apa kau sedang gugup?"

"Apa?Tentu saja tidak. Mengapa aku harus gugup?" protesnya.

"Kau mengoceh terus kalau sedang gugup. Apa kau menyadarinya?" tanyanya.

Hook menghela nafas.

Ini menakutkan. Ia membacaku seperti sebuah buku. Bagaimana caranya aku memberikan benda ini? Aku melihatnya ketika dalam perjalanan menemuinya. Menghabiskan tiga puluh menit untuk menawar harganya dari pedagang pelit itu. 

Ellie sedang menatapnya saat ini. Hook mengambil sebuah cincin perak dari dalam sakunya. Bentuknya seperti sebuah hati.

Ia bertanya, "Maukah kau...?"

"Ya, ya, aku mau. Aku akan sangat senang menikahimu," jawabnya sebelum mengambil cincin itu dari tangan Hook.

Hook kehilangan kata-katanya. Ia menggaruk kepalanya namun tidak mengatakan apapun. Ellie mencoba cincinnya dan ukurannya sangat pas seolah dipesan khusus untuknya. Gadisnya sedang tersenyum lebar saat ini. Cantik sekali.

Hook batuk sekali sebelum bertanya, "Kukira kau jatuh cinta pada Hanks?"

Ellie berbisik padanya, "Aku telah jatuh cinta padamu. Hari ketika kau meninggalkan desa adalah hari aku menyadarinya. Apa yang kurasakan pada Tuan muda berbeda. Tidak sedalam ini."

Hook menggenggam tangannya lalu mengecup punggung tangannya.

Ia bertanya, "Apa kau yakin mau menikahiku? Aku tidak bisa berubah. Akan selalu seperti ini. Maksudku mulutku."

Ellie tersenyum.

Ia berkata, "Kita bisa berbincang tentang banyak hal. Dan ketika aku perlu ketenangan, Kita bisa menyumbat mulutmu saja."

"Sumbat?" tanyanya dengan khawatir.

Sebuah kecupan ke bibir Hook adalah jawaban tunggal dari Ellie. Terjadinya sangat cepat hanya dalam sebuah kedipan mata. Hook pikir mungkin saja ia hanya membayangkan semuanya.

Ellie menoleh ke arah lain. Terlalu malu menatap wajah Hook saat ini. Ini pertama kalinya ia mencium seorang pria. Menciumnya, pria yang ia cintai.

Hook tersenyum.

Ia berbisik ke telinganya, "Kau boleh menyumbat mulutku kapan saja, Ellie."

Eliie tidak menjawabnya. Telinganya terlihat memerah. Pasti ia sedang tersipu saat ini.

Hook duduk lebih tegak.

Tadinya aku mau memintanya menjadi kekasihku. Bukan melamarnya. Tidak pernah kukira ia mencintaiku. Sebuah ciuman untuk menyumbat mulutku yang cerewet. Aku suka idenya. Andai saja kami sudah menikah, aku akan menyumbat mulutnya juga. Lagi dan lagi sampai kami tiba di ranjang.

Hook menutupi bagian depan celananya yang menggembung dengan topinya. Tidak perlu menakuti calon istrinya dengan menunjukkan betapa besar ia menginginkannya di ranjang. Mungkin saja Ellie akan ketakutan.

Hanks bilang kalau seorang wanita pastinya sudah Gila kalau mau menjadi istriku.  Dia salah. Ellie wanita termanis yang pernah kutemui dalam hidupku.

Ellie tiba-tiba berkata, "Charles, Kita harus mengundangnya."

"Siapa?"

Ia menjawab, "Bibi Marvel. Pertama aku harus menjelaskan padanya bagaimana aku jatuh cinta padamu. Bukannya Tuan muda. Ia pasti sangat terkejut."

Hook berkata dengan sedih, "Maafkan aku. Ia sudah tidak lagi berada di dunia ini."

"Oh, tidak. Aku turut berduka cita. Apa ia  sakit?"

Hook menggelengkan kepalanya.

Ia menjelaskan, "Ia meninggal dunia dalam tidurnya. Aku yakin ia akan merestui Kita dari surga."

Ellie memegang lengan Hook. Kepalanya bersandar ke bahu calon suaminya. Ia berduka untuk bibi yang lembut hati itu. Sang Lady tua telah memberikan banyak nasihat baik untuk mengejar cintanya.

Jika bukan karena dia, Ellie tidak akan cukup berani menerima cintanya pada Hook.

Ellie berdoa dalam hatinya, "Beristirahatlah dengan tenang Bibi Marvel tersayang. Aku akan menjaga dan mencintai Charles seumur hidupku."

Ia tersenyum padanya dan Hook tersenyum balik.

Suara lonceng dari Big Ben berdentang dua belas kali. Seolah turut merayakan pertunangan mereka. 

-----------------------The End--------------------
Vote dan komentarnya ditunggu:)

Aku: Hook, Dallas dan Hanks. Yang mana yang lebih populer?

Dallas: Hanks paling tampan dan moody. Beberapa wanita menyukai tipe pria seperti itu.

Hook: Setuju. Bahkan di Perancis, ia cukup populer dengan wanita. Aku harus bilang pada mereka kalau ia menyukai pria. Kalau tidak, kami tidak bisa bekerja.

Hanks: Apa kau bilang? Kau menyebarkan gosip jelek tentangku?

Hook: Yipes! Dallas, tolong aku!

Aku: Mulutnya Hook itu pedang bermata dua. Anak-anak, sudahlah! Jangan kejar-kejaran di tempat sempit ini!

Thanks for reading this book:)

Akhirnya selesai juga. Ternyata menyenangkan juga menulis tentang kru Outcast. Mereka mungkin kehilangan anggota tubuh. Namun mereka tetaplah para pria yang tangguh.

Sampai ketemu di buku lainnya:)

Kau Milikku (Trentham Family) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang