11. a Miracle

16.3K 1.8K 374
                                    


•••

Hyesun dibuat kesal oleh seorang manusia seperti jelmaan kelinci dengan nama Jeon Jungkook. Entah apa yang merasuki pria dengan tinggi menjulang, kulit seputih susu dan gigi menyerupai kelinci yang tengah berdiri dihadapan meja kerjanya sambil tersenyum dengan sangat lebarnya, hingga menimbulkan kerutan disudut matanya. Hyesun melepaskan kacamata bacanya yang tersampir dihidung mancungnya, melempar kasar diatas meja yang penuh dengan tumpukan berkas-berkas laporan.

"Ada apa seorang CEO dari perusahaan ternama datang kekantorku yang baru saja diresmikan beberapa hari yang lalu?" ucap Hyesun dengan nada suara yang ramah dan sopan. Padahal sebenarnya ia tengah menahan kesal yang teramat sangat terhadap teman dari kekasihnya itu.

"Aku ingin menanyakan langsung kepada pemilik perusahaan ini, kenapa ia menolak tawaran kerjasama dengan perusahaanku?" Jungkook berjalan kehadapan Hyesun, menumpukan kedua tangannya diatas meja itu dan mencondongkan badan tegapnya kearah Hyesun. Tak lupa ia memberikan senyum manisnya.

"Padahal ia akan sangat beruntung jika menerima tawaran kerja sama denganku, bukan kah begitu Hyesun-ssi?" Ujar Jungkook.

"Ekhem-" Hyesun berdehem sebelum menjawab pertanyaan Jungkook-- denganbjarak sedekat ini membuat kinerja jantung Hyesun tak bekerja dengan baik. Bukannya apa-apa, tapi kenangan saat dipesta waktu itu masih sangat jelas difikiran Hyesun. Insiden kurang ajar yang melibatkan CEO tampan dihadapannya ini dan dirinya tentu saja. "Aku tak menolak, hanya saja-"

Sret!

Jungkook mengangkat dagu Hyesun menggunakan jari tangannya--ternyata gadis itu sejak tadi berbicara tanpa menatap matanya. Hyesun yang hanya menunduk saat berbicara padanya membuat Jungkook sedikit merasa tak dianggap ada di ruangan itu.

"Tatap mata lawan bicaramu, nona." jarak wajah Hyesun dan Jungkook tak lebih dari 5 cm, jika saja Hyesun bergerak sedikit saja mungkin hal-hal yang tak diinginkan terjadi--tapi mungkin hal yang sangat Jungkook inginkan terjadi.

Bahkan hembusan nafas Jungkook sangat terasa menerpa wajah cantiknya. Jungkook menatap intens kedua manik mata hyesun, melihat setiap inci wajah Hyesun dengan sorot tajam matanya, mencari sesuatu yang ingin ia pastikan.

Hyesun yang ditatap sedemikian rupa mencoba memundurkan wajahnya dan menepis tangan Jungkook di dagunya. "bersikap sopanlah sedikit, Jungkook-ssi."

Jungkook terkekeh, kembali ia menegakkan tubuhnya. Memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Bibirnya masih saja menyunggingkan senyum yang mebuat Hyesun muak. Jika saja ia tak mengingat siapa Jungkook, mungkin gadis itu sudah melemparkan pria itu keluar jendela.

"Sudah cukup berpura-puranya sayang, aku tahu kau adalah orang yang sangat aku kenal."

"Makin kuperhatikan, kau semakin seperti orang stress,tuan Jeon yang terhormat. Siapa yang kau kenal? Istrimu? Bahkan jika itu memang aku, aku takkan sudi memiliki suami seperti dirimu. Terlalu terobsesi dengan seseorang yang bahkan tak mengenalmu." ucap Hyesun dengan memutar bola matanya malas. Sungguh ia tak mengerti mengapa Jungkook sangat percaya diri sekali bahwa dirinya itu adalah mantan istrinya yang sudah lama meninggal. Tak masuk diakal.

Jungkook terdiam mendengarkan Hyesun menyebutnya seperti orang stress. Namun tak lama setelah itu Jungkook kembali menunjukkan wajah yang sangat menyebalkan menurut Hyesun. Jika wanita lain menyukai saat pria ini tersenyum lebar hingga menyebabkan jantung berhenti berdetak, maka tidak berlaku bagi Hyesun. Ia malah ingin sekali memasukkan wajah Jungkook kedalam ember milik cleaning service kantornya.

"Bahkan aku tak pernah mengatakan bahwa istriku meninggal. Darimana kau mengetahuinya,hm?" Jungkook mengangkat sebelah alisnya. Hyesun total terdiam.

BEAUTIFUL GIFT IN DECEMBER✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang