6; Ijekiel

2.8K 284 2
                                    

"Acacia! Tangkap. "

Athanasia, ralat maksudnya Acacia menggapai piringan yang dioper kepadanya. Begitu piringan -yang menjadi permainan yang tengah dia geluti setengah jam yang lalu- berada di tangannya, Athanasia yang sedang menyamar sebagai Acacia itu kembali melempar benda itu, hingga melewati seorang gadis yang menjadi lawan mainnya saat Thalia sibuk di perpustakaan.

"Ah, lagi-lagi kau melewati garis, Cia. " Meisie, gadis yang lebih muda darinya itu menggerutu.

Athanasia terkekeh. "Maaf-maaf. Aku akan segera mengambilnya. "

Dengan pakaian sederhana nya, Athanasia alias Acacia berlari mengambil piringan yang terlempar jauh olehnya. Rambut coklat muda miliknya kini berkibar, manik coklat karamelnya mencari keberadaan benda itu. Athanasia mengubah penampilannya agar tidak ada siapapun yang mengenalinya. Dia cukup mengerti sebanyak apa poster wajahnya yang tertempel disana sini.

Athanasia berlari mengambil piringan nya. Meisie benar, Athanasia melemparnya hingga keluar halaman perpustakaan. Athanasia berdiri setelah benda yang dia cari ketemu, namun matanya malah menangkap beberapa poster wajahnya, bukan satu melainkan tiga.

Sial, Athanasia merasa sudah seperti buronan. Sebesar itu Claude ingin membunuhnya?

Athanasia melirik kanan-kiri, memastikan tidak ada orang. Gerbang halaman perpustakaan memang tersedia papan pengumuman. Itu sebabnya, poster Athanasia tertempel disana.

SREK.

Tangan Athanasia merobek tiga kertas sekaligus. Dengan wajah mengeras, Athanasia meremas kertas itu dan membuangkanya ke tempat sampah.

"Hei, " Athanasia tersentak. Mata karamel dalam mode penyamaran menoleh kesumber suara. Athanasia membelalak begitu melihat seseorang di gerbang perpustakaan. Ijekiel?!

"Ya? Kau berbicara denganku? " Sebisa mungkin Athanasia menutupi keterkejutannya. Ijekiel memang tidak terlalu dekat dengannya hingga bisa menyadari siapa dia sebenarnya. Tapi, ini Ijekiel Alphaeus. Calon Duke Kerajaan Obelia menggantikan Ayahnya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau merobeknya? " Mata Ijekiel menyipit. Athanasia meneguk ludah. Alasan apa yang terdengar bagus dan masuk akal?! Beritahu dia.

"Aku, itu. Sebenarnya aku-"

"Acacia! Kau lama sekali. " Tertolong. Athanasia bersyukur Meisie datang diwaktu yang tepat. Terkadang memiliki teman yang tidak sabaran sangat berguna kelak. Namun, wajah menggerutu Meisie berganti saay bersitatap dengan Ijeikiel. "Tuan muda Duke. "

Bahkan, Meisie yang Athanasia kenal sebagai sosok yang sama songgongnya seperti Thalia menunduk hormat kepada Ijekiel. Dengan geram, Meisie menyenggol Athanasia untuk melakukan hal yang sama. Mau tidak mau, Athanasia melakukannya. Dia tidak mau berurusan dengan Alphaeus lebih jauh. Mereka seperti singa yang menunggu kelinci.

Ijekiel hanya tersenyum singkat meresponnya.

"Selamat siang, Tuan muda Duke. "

"Ijekiel saja. "

Meisie tersenyum kikuk. Lihat, jangan paksakan dirimu, Meisie. Si Alphaeus bahkan tidak sadar bahwa kau kehabisan kata hanya untuk mengajaknya bicara.

"Tuan Ijekiel datang kemari ingin meminjam buku, ya? Mau aku temani? Aku bisa menunjukkan isi dan seluk-beluk perpustakaan ini. " Meisie bertanya. Yah, karena Meisie jenis manusia ramah-tamah kepada orang baru dan berusaha mengajak Ijekiel mengobrol.

Ijekiel tersenyum. "Ah, bukan. Aku hanya sekedar lewat. "

Uhuk! Athanasia tahan tawa mu. Lihat, Meisie sudah menatapmu dengan wajah galaknya.

Ijekiel menatapnya sekilas. "Kalau begitu, saya permisi. Maaf menganggu waktu kalian. " Ijekiel pamit undur diri. Pemuda itu membawa langkahnya menjauh dari dua gadis yang masih berada disana, samar-sama dia bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

Athanasia yang tidak bisa menahan tawanya kali ini terbahak. Benar-benar tertawa terpingkal-pingkal. "Astaga, Meisie. Apa kau tidak ingin lihat ekspresimu saat itu? Ya ampun, aku sampai terbahak. "

Meisie mendengkus. Gadis dengan abu-abu hitam dan mata hazel itu mengambil piringan ditangan Athanasia. "Diamlah, Cia. Ayo, kita lanjutkan bermain. "

Athanasia terkekeh. "Jangan marah, Meisie. "

Athanasia mengikuti langkah Meisie dari belakang. Meisie hanya berdecak dan kembali misuh-misuh.

Ijekiel yang masih disana mengernyit. Terlebih saat melihat tawa gadis yang di panggil Acacia. Rasanya, terdengar seperti tawa seseorang yang Ijekiel kenal.

Ijekiel kemudian menggeleng, mengusir pemikiran itu. Mana mungkin dia adalah Putri Athanasia kan? Gadis yang dia suka sejak pertama kali bertemu.

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang