25; Hal Buruk Mendekat

4.3K 331 16
                                    

Terlatih tersakiti. Mungkin, untuk sekian banyak manusia yang berpenghuni di bumi pernah merasakan kesakitan, kekecewaan yang mendalam hingga rasanya ingin mati saat itu juga. Ini bukan tentang manusia yang tersakiti saja, ini juga bukan tentang Athanasia saja. Nyatanya, bukan hanya Athy yang pernah tersakiti, Claude.. juga mengalaminya.

Dan pertanyaannya adalah, 'Bagaimana cara memperbaiki hati yang pecah? '

Athanasia mencoba melakukannya, sekeras mungkin hingga dia mengeraskan hatinya sendiri, mengosongkan pikirannya dan mendinginkan tatapannya. Bersikap seolah semua yang terjadi padanya hanyalah angin lalu.

Tapi, itu mustahil kan!

Seberapa keraspun, Athanasia berusaha. Ketika melihat Claude kembali dengan pancaran harapan kepadanya, Athanasia runtuh. Dia.. tidak bisa berpura-pura baik-baik saja. Kondisinya selama ini melemah, tak berdaya, dan hatinya remuk menjadi serpihan.

Begitu, ya. Claude sudah mengingat semua puzzle ingatan yang telah hilang. Bukankah itu bagus? Tidak sama sekali. Bukankah semuanya sudah terlambat? Ya, benar.

Semuanya terlambat.

"Menjijikan. Cepatlah mati dan jangan tunjukkan wajahmu lagi dihadapanku. "

Athanasia ingat bagaimana raut wajah Claude seusai kata-kata itu meluncur dari bibirnya. Claude tidak salah dengan berekspersi membeku dengan manik terkejut. Sama seperti Athanasia dulu ketika Raja itu mengatakan hal yang sama tepat dihari eksekusinya.

Claude sama sepertinya. Walaupun Athanasia berusaha menentang, hatinya berdenyut lebih sakit setelah melihat wajah sendu milik Claude.

Dan, setelah hari itu, Athanasia tidak pernah melihatnya lagi. Hingga Athanasia pulih secara keseluruhan dan bisa berjalan dengan kedua kakinya sendiri.

"Dimana Athy? " Athanasia terpekur. Meskipun kedua matanya tertutup rapat, telingannya masih berfungsi dengan baik, suara yang sudah lama tidak didengarnya dibalik pintu. Salah satu sosok yang sama dia benci seperti Claude.

"Tuan Putri sedang tidur. Apa anda ingin melihatnya, Putri Jennette? "

"Y-ya, apa boleh? "

"Tentu saja. "

Lily terkadang senang sekali bersengkongkol dengan Jennette, ya. Mendengar suara derit pintu yang berisik, sosok gadis dengan surai kecoklatan masuk dengan gaun merah muda miliknya.

Suara derap langkah terdengar dikeheningan ruangan yang Athanasia tempati. Jennette berjalan mendekat, duduk disamping ranjang dan mengusapi rambutnya.

Mata Athanasia terbuka sedikit. Dia pikir selama ini yang mengusapi kepalanya adalah Lily, atau mungkin hanya bagian dari imajinasinya saja. Siapa sangka jika itu Jennette yang selalu masuk kedalam kamarnya ketika dia sudah tertidur lelap.

Usapannya lembut, seolah Athy adalah porselen yang mudah pecah. Athanasia mengakuinya, usapan dikepalanya menghangat hingga dadanya. Dengan diiringi senandung kecil, Athy bisa merasakan getaran pada dirinya. Jennette tidak bersalah. Athanasia yang terlalu egois.

"Apa yang kau lakukan? " Suara parau Athy mengejutkan Jennette. Gadis dengan selendang merah itu tersentak begitu Athanasia membalikan badan, menghadap kearahnya.

"Tu-tuan Putri terbangun. Maafkan saya. " Jennette menunduk kikuk. Mendadak dia ingin merutuki dirinya sendiri ketika Athanasia masih menatapnya tak berkedip. Apa aku melakukan kesalahan lagi? Batinnya menjerit tertahan.

Athanasia mengerjap. Melihat Jennette yang tampak menunduk dalam seolah menghindari tatapannya, Athanasia menguap. "Keluarlah, jika kau tidak ingin mengatakan apapun. "

Apa itu artinya Athanasia memberinya kesempatan?

"Ini mengenai Yang Mulia. "

Oh. Athanasia membalikan badan. Dia tetap enggan membicarakan perihal Ayahnya itu. Athanasia memang mencintai Claude, tapi dia juga membencinya ingat.

Namun, sepertinyaJennette tidak akan berhenti. Terbukti dengan perkataan selanjutnya dengan usapan lembut pada kepala Athanasia. "Yang Mulia mengurung dirinya kembali. Bahkan, mungkin ini lebih parah. Pelayan mengatakan jika Yang Mulia nyaris tidak pernah menyentuh makanannya. "

"Hm. " Athanasia merespon sekenanya.

"Saya tau Tuan Putri membenci Yang Mulia. Tapi tolong pikirkan tentang Yang Mulia juga. Saya tidak mau Yang Mulia sakit. " Gerakan tangan Jennette berhenti, berganti wajah sendu miliknya yang bisa Athanasia lihat lewat kaca jendela.

"Apa itu urusanku sekarang? "

"Tentu saja. Tuan Putri adalah anaknya! "

"Hah? " Athanasia berbalik, gadis itu kemudian duduk berhadapan dengan Jennette. " Bukankah itu tugasmu sebagai 'anaknya', Putri Jennette de Alger Obelia. "

Sarkasme itu meluncur begitu saja. Jennette sempat menegang sebelum kembali menuduk, senyum kecut terukir dibibirnya. "Seandainya saya bisa. Tapi, tetap saja, anak Yang Mulia adalah anda, Tuan Putri. "

"Heehh, lalu kenapa tidak kau saja. Terlepas dari fakta bahwa kau bukan anaknya, kau bisa saja mendapatkan hatinya kembali, kan. "

Jennette terpekur. "Saya.. bukan anaknya. Dan, Yang Mulia bukan Ayah saya. "

"Kau mengakuinya ternyata. "

"Karena itu, " Jennette mendongak dengan wajah berkaca-kaca, "Tolong, maafkan Yang Mulia. Beliau adalah ayah Tuan Putri. "

Ah, drama macam apa ini.

"Keluarlah. Aku mengantuk. " Athanasia menghindar.

Jennette mengigit bibir. Namun tak urung gadis itu berdiri dan berjalan keluar kamar hingga menimbulkan derit pintu.

Athanasia merentangkan tangannya, maniknya menatap langit-langit kamar. Kepalanya pusing. Dia harus apa?

"Mama, bagaimana sekarang? " Dilimpahi berbagai perasaan, Athanasia memejamkan mata. Berharap yabg terjadi esok adalah yang terbaik.

***
Namun, nyatanya yang terjadi esok hari bukan yang terbaik.

Lucas dan Thalia datang menghampirinya, bahkan Ijekiel yang selalu berwajah tenang pun menunjukkan wajah tegangnya. Athanasia bertanya-tanya, kabar seburuk apa yang mereka dapat?

"Jadi? "

Ruangan hening beberapa lama. Athanasia mulai tidak nyaman dengan suasana yang tercipta. Matanya bergulir menatap satu persatu sosok yang duduk disofa.

"Begini, Athanasia. " Athanasia menunggu,Thalia memandangnya ragu. "Bisakah kau tidak pergi kemanapun besok pagi? "

"Termasuk berjalan-jalan ke taman? "

"Ya. Kau tidak boleh kemanapun, termasuk keluar kamar. " Lucas menambahkan. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Alasannya? "

"Karena mulai besok, " Lucas menatapnya lurus, Athanasia termangu saat manik berkilat itu memadangnya dalam. "Sesuatu yang buruk akan terjadi. "

***

Yang belum follow, tolong follow ya biar aku terus semangat nulisnya🙆

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang