35; Permainan Takdir (1)

2.5K 182 22
                                    

Chapter khusus Jennette

"Paman, apa aku memiliki keluarga? "

Jika dahulu, Jennette hanya bisa melihat, mengira dengan pemikiran dangkal anak kecil 5 tahun, sekarang Jennette akan menanyakannya langsung. Jelas. Sekarang umurnya 6 tahun, Jennette penasaran bagaimana rupa ibu yang sudah mengandungnya, bagaimana rupa ayah yang selalu didambakannya saat melihat interaksi ayah-anak Ijekiel bersama Duke Alphaeus. Atau, bisa saja Jennette memiliki saudara seperti Ijekiel, perempuan ataupun lelaki Jennette akan menerimanya dengan senang hati.

"Keluarga, ya? "

Kedua manik berliannya berbinar. Terang seperti kepulan bintang. Duke Alphaeus menutup buku bacaannya. Menandai sampai mana dia baca dan meletakannya diatas meja. Kini, mereka saling berhadapan. Jennette mana mungkin menyadari wajah muslihat Roger Alphaeus.

"Kau memiliki seorang ibu, " Jennette mengangguk semangat. Antusiasnya patut di katakan seperti boneka gerak. "Ibumu sangat cantik sampai memikat hati kaisar. "

Bodoh.

"Dan, ayahmu, adalah seorang kaisar berdarah dingin. Tapi, aku yakin kau pasti bisa meluluhkan hati tirani itu hingga kau menjadi pemegang tahta."

Kata-kata itu.

"Lalu, kau juga memiliki saudari tiri. Sebenarnya aku pernah bertemu dengannya beberapa kali. Putri Athanasia sangat cantik dan menawan. Kau harus bisa lebih darinya. Jangan sampai kaisar memalingkan wajah darimu, Jennette. Ingat, "

PENUH MUSLIHAT.

"Jangan sampai peranmu sebagai putri utama direbut oleh gadis tak tau diri itu. "

Riaknya bagai ombak. Menerjang dengan kecepatan penuh dan menghacurkan alam bawah sadar gadis yang kini terbangun dengan perasaan hampa.

Dimana ini?

"Aku ingin bertemu Ayah! Aku ingin bertemu saudariku! " Usianya 8 tahun saat pertama kalinya dia memberontak. Dengan berderai air mata, kedua maniknya menyengit tajam. Dihadapannya, Roger hanya bisa menghela nafas mengahadapi anak nakal dengan wajah kumal karena air mata.

"Sudah ku katakan untuk bersabar. Belum saatnya kau menemui keluargamu. "

Tidak puas. Kalimat yang selalu berulang kali dia dengar. Jennette tidak bisa hanya diam dan terus menunggu. Jennette menginginkan ayah dan saudarinya!

"Aku ingin bertemu ayah! " Teriaknya lagi, meraung tinggi. Salah satu pelayan memeluknya hingga ruang geraknya terbatas. Tidak menyerah, Jennette 7 tahun terus meringsek keluar. "Aku ingin bertemu saudariku! Aku ingin--"

"JENNETTE! "

"Jangan membantah ucapanku! Kau yang saat ini mana mungkin bisa memikat hari Raja! Kembali ke kamarmu dan belajarlah menjadi anggun seperti Putri Athanasia! "

Bahunya lemas. Jennette bahkan tak sanggup untuk berkedip. Jika dia berkedip, maka air matanya akan meluruh kembali. Bentakan yang dia dapatkan menyita seluruh kesadarannya.

Apa salahnya jika ingin bertemu keluarganya sendiri?

Satu bulan menjelang, Jennette yang sudah melupakan hari itu kembali teringat. Athanasia sakit parah. Setelah mendengar berita jika saudarinya terbatuk darah dan tertidur lama membuat Jennette kembali berontak. "Biarkan aku bertemu saudariku! " Itu yang dia katakan.

Dan, seperti sebelumnya, Roger memperlakukan nya lagi dengan jawaban yang sama.

Terus begitu, hingga Athanasia sadar dari tidurnya. Walaupun Jennette bisa sedikit tenang, namun keinginannya bertemu dengan keluarganya semakin kuat.

"Hei, kau tidak apa-apa? "

Riak lain meleburkannya dalam suasana berbeda. Genap usianya 10 tahun, Jennette mendapati dirinya menangis memeluk boneka kelinci miliknya. Sejak kemarahan Roger yang dia dapati saat usianya 7 tahun, Jennette selalu menahan diri menanyakan Claude dan Athanasia. Menahan diri hingga dia kelelahan dan mencurahkannya dalam tangisan diam.

"Ah, ya. Sejak kapan anda disana? " Canggung, Jennette menutupi mata basahnya. Ijekiel menyipit, namun memilih mengalihkan pandangan. "Baru saja. Aku hanya sekedar mampir dan akan kembali ke akademi besok pagi."

Jennette menangguk-angguk.

"Apa kau merindukan keluargamu? "

Pertanyaan tak terduga Ijeikiel sontak membuat Jennette menoleh, kaku. "Itu.. "

"Jujurlah. "

"Ya. Aku merindukan mereka. Ayah, dan saudariku, Putri Athanasia. "

"Kau akan bertemu mereka. "

Jennette berbinar. "Benarkah? Apa paman mengizinkanku? Kau tidak bercanda, kan? "

Ijekiel menggulum senyum. "Ya, tentu saja. Saat usiamu 14 tahun, Tuan Putri juga akan berusia sama, beliau akan menggelar debutante. "

Jennette bahagia bukan main. Saat usianya 14 tahun, seminggu sebelum debutante Jenniette mendapat panggilan dari Duke Alphaeus. Dengan langkah riang, Jennette berhadapan dengan paman putih. "Ya, Paman? "

"Sudah waktunya kau menjadi peran utama, Jennette. "

Jennette menahan gembira. Aku akan bertemu ayah! Aku akan bertemu Putri Athanasia! Aku akan memiliki keluarga!

"Tampilah sebagai Jennette de Alger Obelia dan pikatlah hati Raja. "

Tersenyum lebar. Lagi-lagi, yang Jennette tanamkan adalah kata keluarga. Bukan maksud dan muslihat Roger dalam setiap bait katanya.

Namun, semua tidak sesuai apa yang diharapkan.

Claude dan Athanasia terlalu bersinar. Cahaya benderang yang Athanasia pancarkan menciutkan keredupan yang Jennette miliki. Jennette kalah.

Athanasia yang pertama kali memikat hati Raja, dan orang yang menjadi menciptakan api adalah Jennette sendiri.

Dia iri. Tentu saja. Bertahun-tahun mendambakan sesuatu yang tidak dia miliki dan dengan mudahnya orang lain miliki, tanpa sadar jurang hitam menelannya. Jennette memang menyayangi Athanasia, sama seperti rasa irinya yang melingkupinya.

Setelah debutante berakhir, bahkan kala Jennette menunjukkan wajahnya pada Claude, respon yang dia dapat tidak sesuai harapan. Jika Jennette tidak bisa menjadi nomor satu bagi Claude tak masalah. Masih ada Athanasia yang menganggapnya sebagai keluarganya.

Berharap menjadi dekat selayaknya saudara Jennette menerima undangan minum teh khusus untuk Athanasia. Mencoba menjadi yang bersinar, dengan senyum paling ramah dan menawan, lagi-lagi itu semua belum cukup.

Athanasia lebih bersinar!

Jurang semakin dalam. Claude bahkan tidak pernah menganggapnya ada. Sebenarnya, kenapa hanya Athanasia yang bahagia?!

Kenapa setelah Jennette berusaha keras mendapatkan semuanya, Claude kembali pada Athanasia?!

Kenapa hanya Jennette yang mendapatkan kehancuran? kenapa bukan Athanasia?!

Jika Athanasia memang menganggapnya saudari, maka seharusnya Athanasia berbagi segala yang dia miliki pada Jennette. Termasuk kebahagiaan. Bukan menyimpannya sendiri!

Tidak tau diri!

Athanasia harus mati!

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang