19; Lucas dan Diana

3.5K 295 2
                                    

Lucas mengerjapkan mata. Manik merahnya merasa silau ketika hal pertama yang dia lihat adalah matahari yang bersinar terang. Kepalanya menoleh kesamping saat mendengar alunan lembut seseorang yang bernyanyi. Seorang wanita.

Lucas memaksakan bangun. Rambut pirang berkilau milik wanita itu mengingatkannya pada gadis yang selama ini menjadi sosok yang berharga baginya.

"Kau sudah bangun? "

"Athanasia? " Kata spontan yang Lucas keluarkan membuat wanita itu terkekeh kecil. Bahkan, tawanya pun hampir sama. "Bukan. Athanasia anakku. "

Anak?

"Kau ibunya? " Lucas berdiri tidak percaya. Apa sekarang dia diakhirat?

"Ya. Salam kenal, Lucas. Aku Diana. "

Lucas berkedip. "Kenapa aku bisa ada disini? Bukankah aku terkurung di dimensi Anastacius?"

"Jadi, kau tidak suka aku bebaskan? "

"Eh, bukan begitu. " Lucas mengaruk belakang kepalanya.

Diana menggulum senyum. "Kau benar-benar orang yang baik, Lucas. "

"Ya? " Lucas tak mengerti.

"Lucas, aku perlu bantuanmu. " Lucas menautkan alis. Pemuda itu mulai bertanya-tanya. Apa terjadi sesuatu yang buruk? Melihat Diana yang tak kunjung bersuara, Lucas membuka mulut. "Ap-"

"Athanasia akan di hukum mati. "

Deg.

Rasanya dunia Lucas runtuh seketika.

"Apa maksudmu? " Lucas mematung. Diana menghampirinya semakin dekat, gaun merah mudanya terombang-ambing terbawa angin. Hanya ini satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan putrinya. "Claude yang menjatuhkan hukuman itu ketika Jennette tak sadarkan diri karena diracun. "

Lucas menggepal marah. "Anastacius. "

"Karena itu, Lucas. " Diana menangis tersedu-sedu. "Tolong selamatkan Athanasia. "

Dan itu adalah kata-kata terakhir Diana sebelum tubuhnya menguap. Bagai asap yang menghilang karena hembusan angin.

"Lucas! "

Lucas tersentak. Wajahnya tertegun ketika melihat kilasan kejadian dulu saat dirinya dan Athanasia bermain di taman istana. Athanasia yang masih memiliki senyum lebar dan langkah riang itu menghampirinya yang saat itu berbaring dirumput.

"Hm? "

"Kau berjanji akan membantuku jika aku membutuhkanmu, kan? "

"Ya. "

"Janji kelingking? "

"Janji kelingking. "

Lucas menunduk dalam. Tangannya terkepal kuat. Janji tetap janji. Lucas harus menolong Athanasia atau gadis itu akan mati ditangan Ayahnya sendiri.

"Athanasia, tunggu aku. Aku pasti akan menepati janjiku. "

***

"Hei, dimana pohonnya? " Ijekiel bertanya letih. Sudah hampir dua jam mereka berjalan menyusuri jalan setapak melalui hutan. Namun, masih belum ada tanda-tanda tentang pohon dunia.

"Ck, bersabarlah sedikit Tuan Alphaeus. " Thalia berdecak. "Pohon itu bukan sembarang pohon yang bisa ditemukan begitu saja. Terkadang, keberadaannya tersamarkan diantara pohon lainnya. "

Ijekiel berkedip. "Kau tau banyak tentang pohon dunia, ya."

"Hm, begitulah. Aku juga tau bahwa kau menyukai Athanasia. " Seakan melempar bom waktu, Ijekiel mendadak kaku. Gelagatnya sedikit kikuk. Pemuda ini..

"Bisakah kau membahas hal lain. " Ijekiel mecoba menghindar.

"Apa pohon dunia memiliki bentuk seperti pohon lainnya? "

Thalia mendengus sesaat. "Mungkin. Aku tidak pernah melihatnya. "

"Lalu, bagaimana kau tau jika itu pohon dunia?" Ijekiel mendesah kasar. "Tunggu, jangan-jangan kau juga tidak tau wajah pemuda bernama Lucas?! "

Thalia mengangguk. "Tepat sekali. Kau pernah melihat wajahnya kan? "

Ijekiel menghela nafas. "Ya, pernah. Hanya sekali ketika aku memasuki perpustakaan Tuan Putri Athanasia. "

Thalia penasaran. "Oh, ya? Bagaimana rupanya?"

Ijekiel meliriknya sebentar, sebelum kembali membuka mulutnya. "Lucas. Pemuda itu cukup mengintimidasi ketika kau melihatnya. Mungkin, karena matanya yang tajam. "

Ah.

"Auranya juga menyeramkan seolah ingin menekan lawan bicaranya. Dan, memusnahkan mereka dalam sekali tatap."

Ow.

"Lalu, "

Ijekiel berhenti melanjutkan perkatannya dan menoleh ketika Thalia berhenti berjalan. Ijekiel mengangkat alis. Ada apa dengannya?

"Apa Lucas itu memiliki rambut hitam dengan manik merah?"

"Ya. " Ijekiel mengangguk. "Darimana kau tau? Apa kau pernah melihatnya. "

"Ya, aku melihatnya. " Thalia masih meluruskan pandangannya. Ijekiel mendongak, pemuda itu menatap objek yang sama dengannya.

"Pemuda itu, apa dia Lucas? "

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang