11; Batas

2.8K 280 4
                                    

Thalia mulai membereskan buku-buku kedalam rak. Gadis itu bersiap pulang setelah hari semakin sore. Hari ini, cukup banyak pengunjung yang pergi ke pepustakaan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, Thalia menyerahkan kunci itu ke penjaga gerbang. Gadis itu tersenyum setelah pamit pulang.

Thalia membawa langkah kakinya ke tempat makam cepat saji. Dia hendak membeli makanan untuk makan malam, Athanasia butuh rasa baru agar tidak selalu dirudung kesedihan. Memikirkan Athanasia membuat Thalia kembali memutar kejadian di perpustakaan.

Tiga puluh menit yang lalu...

Thalia tengah mencatat daftar nama orang yang meminjam buku di perpustakaan ketika sosok pemuda dengan baju bangsawan dan logo Alphaeus berhenti didepannya. Dengan surai putih yang bersinar, sosok itu mengulas senyumannya. "Selamat siang. "

Thalia memaksakan senyum. Kenapa Ijeikiel tiba-tiba menyapanya?! "Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu? Apa Tuan ingin meminjam sesuatu? "

Ijeikiel terkekeh pelan. Bahkan, ketika pemuda dengan manik keemasan itu mendongak, Thalia berkedip. "Saya ingin meminjam beberapa buku, hanya saja saya tidak bisa menemukannya. "

"Ah, begitu. Baiklah, saya akan membantu anda mencarinya. " Thalia keluar dari bidang kecil yang menjadi tempatnya mencatat buku. Setelah mempersilahkan Ijeikiel berjalan lebih dulu, Thalia kembali bertanya. "Buku apa yang Tuan cari? "

"Sihir hitam. "

Thalia berhenti melangkah. Ijeikiel menoleh kearahnya, kini mereka berada di salah satu rak buku yang tidak ada penghuninya. Thalia merasa pendengarannya terganggu. Kenapa tiba-tiba Ijeikiel mencari buku yang sana dengan yang Athanasia pinjam?

"Apa buku itu ada? " Ijeikiel mendekat dengan raut penasaran.

Thalia mulai tidak nyaman, tentu saja dia tidak bisa meminjamkan buki itu kepada sosok yang sama sekali tidak dia kenal. "Maaf, Tuan. Buku seperti itu tidak ada. "

Ijeikiel mendesah kecewa. "Yah, mau bagaimana lagi. Mencari buku tentang sihir hitam memang sulit. Terlalu beresiko. "

Jika kau tau resikonya, kenapa masih berusaha mencari? Thalia memaksakan senyum. "Maaf jika saya lancang Tuan. Kenapa Tuan mencari buku itu? "

Selama beberapa detik, Thalia menyesal telah bertanya hal seperti itu. Athanasia benar, Alphaeus seperti singa yang menatap lawannya seolah dia adalah makanan. Terlebih, ketika Ijeikiel memandangnya dengan sorot mata tersebut.

"Jika aku mengatakannya, kau tidak akan percaya. "

Eh?

Thalia berkedip. "Maksud Tuan? "

Ijeikiel menatapnya beberapa saat, sampai akhirnya pemuda itu membalikkan badannya melihat buku-buku didalam rak. "Apa kau punya rekomendasi buku yang bagus. "

Thalia cukup mengerti jika Ijeikiel enggan membicarakannya lebih jauh. Dengan segenap hati, Thalia membawa langkahnya kearah rak buku. "Saya punya beberapa yang bagus. Ada di sebelah sini. Tuan berencana membacanya sendiri? "

"Tidak, aku akan membacanya bersama saudara ku. "

"Saudara? " Ijeikiel punya saudara?

"Jennette. Walau dia bukan saudara kandungku, tapi aku menganggapnya begitu. "

Gerakan tangan Thalia beberapa saat terhenti. Jennette, jika gadis itu sudah memiliki Alphaeus yang perhatian kepadanya, kenapa dia masij mengusik hidup Athanasia.

Thalia meremas pelan buku yang hendak diambilnya. Beruntung, Ijeikiel sedang melihat buku dirak belakang nya. Dengan helaan nafas, Thalia menyodorkan buku tersebut kearah Ijeikiel. "Ini, Tuan. "

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang