12; Kehancuran Pertama

2.8K 271 29
                                    

Claude de Alger Obelia. Raja Kerajaan Obelia yang dikenal sebagai sosok yang tegas dan dingin, tidak tersentuh dan predator yang berbahaya. Namun, penggambaran itu tidak bagi Jennette.

Bagi Jennette sendiri, Claude adalah sosok Ayah yang hangat dan penyayang. Sosok yang menjadi panutannya, sosok yang menjadi separuh hidupnya.

Hari ini, seperti biasa Jennette kembali mengajak Ayahnya membaca buku. Dengan dipisahi meja berisi kue-kue kecil yang manis, Jennette menikmati waktu kebersamaanya bersama Claude. Jennette menatap Ayahnya yang masih membalikan halaman demi halaman buku, Claude sepertinya sibuk dengan kegiatannya. Apa Jennette hanya menganggu saja?

Ketika melihat taman mawar yang bermekaran dengan indah tidak jauh dari tempat mereka, Jennette merasa bimbang. Ingin sekali dia meminta hal yang sama. Namun, bagaimana nantinya reaksi Claude.

"Ada yang ingin kau katakan, Jennette? "

Jennette tersentak. Mata biru berlian yang sama dengan manik Claude itu mengerjap saat Ayahnya sadar Jennette melamun sesaat.

Entah angin darimana, Jennette tiba-tiba menyuarakan keinginannya. "Ayah, aku mau dibuatkan taman bunga lavender dan bunga matahari. Masing-masing tiga. "

Claude tidak mengalihkan matanya, namun pria itu merespon dengan cepat. "Akan Ayah suruh pelayan membuatnya. Kau akan mendapatkannya besok pagi. "

Senyum mengembang dibibir Jennette. Claude yang sedang membaca buku dengan secangkir teh diatas meja tampak menganggumkan dimata Jennette. Claude sosok Ayah yang baik. Jennette mengulum bibir, dia yakin bahwa Claude menyayanginya juga sebagai anaknya. Hanya saja, Jennette sedikit ragu.

"Tapi, Ayah. " Claude menghentikan kegiatan membacanya. Raja bermata biru berlian itu menyorot Jennette yang tampak salah tingkah. "Apa pantas seorang Jennette Margarita meminta hal seperti itu? Aku bukan Putri Athanasia yang menawan, Ayah. "

Sesaat setelah mengatakan nama itu, raut wajah Claude berubah, tak terbaca. Namun, kemudia elusan lembut mendarat di pucuk kepala Jennette. "Itu sama sekali bukan hal yang sulit, Jennette."

Jennette mendongak ketika Claude menatapnya teduh, seakan Jennette adalah anak kandung yang paling berharga baginya. "Dan, jangan samakan dirimu dengan orang itu. Kau lebih baik daripada dia. "

Apa Jennette boleh merasa bahagia. Akhirnya, setelah penantian lama, Claude mengakui dirinya. "Tapi, Ayah. Bukankah semua rakyat tidak berpikiran yang sama dengan Ayah? Mereka hanya berpikir jika aku-"

"Ayah akan segera mengumumkanmu di depan rakyat. Bahwa kau anakku. Bukan sebagai Jennette Margarita, melainkan sebagai Jennette de Alger Obelia.

***

Satu hari setelah pertengkaran antara dirinya dan Athanasia, hubungan mereka menjadi renggang. Tidak saling menyapa ketika bangun pagi, tidak ada gurauan di meja makan. Athanasia semakin sulit didekati, dia menjadi tidak tersentuh, seharian ini Athanasia mengunci dirinya dikamar. Thalia sempat khawatir jika Athanasia melakukan hal nekat, beruntung hari pekerjaannya libur karena hal mendadak. Jadi, Thalia masih bisa mengawasi Athanasia.

Sebisa mungkin, Thalia tetap menjaga hubungannya dengan Athanasia. Dengan langkah kakinya yang berjalan menuju kamar Athanasia, Thalia membawa nampan berisi makan siang untuk Putri Obelia yang kini dirudung kesedihan.

"Athanasia, aku membawa makan siangmu. Akan kutaruh disini. " Tidak ada jawaban, Thalia menghela nafas. Gadis itu memilih menaruh nampan makan siangnya dibawah. Thalia tertegun saat melihat nampan yang tadi pagi dia letakan masih utuh. Athanasia tidak menyentuh sarapannya.

Thalia geram, gadis itu mengetuk pintu beberapa kali. "Athanasia, buka. Hei, kau mendengarku. "

Tidak ada jawaban. "Ath-"

"Permisi, "

Thalia menoleh kearah pintu. Suara ketukan beserta seseorang yang memanggil pemilik rumah membuat Thalia berhenti memanggil nama Athanasia. Dia cukup was-was jika si pengetuk mendengarnya memanggil nama Putri Obelia yang hilang bekali-kali.

Dengan langkah pelan, Thalia mendekat kepintu. Suara orang yang memanggil sepertinya lebih dari satu. Begitu membuka pintu, Thalia cukup tersentak ketika melihat prajurit kerajaan, lagi.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu? "

Dua orang prajurit. Thalia mulai bertanya-tanya kenapa rumahnya selalu didatangi anak buah Raja Obelia. "Maaf menganggu waktu anda, Nona. Kami utusan kerajaan membawa perintah dari Raja untuk memberikan undangan kepada seluruh rakyat. "

Undangan?

"Dua hari lagi, akan ada pengangkatan Nona Jennette Margarita sebagai Putri Kerajaan Obelia. Seluruh rakyat diwajibkan datang saat acara diadakan. "

Thalia menahan nafas. Gadis itu tidak bisa berkata-kata saat mendengar hal itu dari prajurit utusan Raja.

Jennette..menjadi Putri?

Itu artinya, Athanasia benar-benar dibuang?

Untuk beberapa saat, Thalia merasa jika Athanasia tidak boleh mendengar hal menyakitkan ini. Setelah merespon sewajarnya dan mengangguk pelan, dua prajurit itu kemudian mengundurkan diri pergi memberitahu warga lainnya.

Thalia menutup pintu. Kepalanya pusing saat memikirkan Athanasia. Apa yang harus dia lakukan?

***

"Siapa yang menyangka jika Jennette melakukan perannya dengan baik. " Anastacius meneguk anggur merahnya. Manik tajam dan penuh kebengisan itu menatap pantulan dirinya di dalam minuman dengan gelas kaca itu. Kemudian, matanya berpendar geli. "Benar-benar sesuai rencana ya, Alphaeus. Cepat atau lambat, Claude akan mengumumkan Jennette sebagai anaknya dan mencampakkan anak kandungnya sendiri. "

Roger Alphaeus mengangguk. Pria yang menyandang gelar Duke itu menerima anggur yang Anastacius tuangkan ke gelas kacanya.

"Satu tegukan untuk kebersihan awal kita. " Anastacius dan Roger Alphaeus bersorak. Kemenangan hampir tiba ditangan mereka.

"Setelah ini, semua akan menjadi mudah. Claude akan jatuh dan aku mengambil tahta. " Lagi-lagi, Anastacius tersenyum bengis. Roger Alphaeus mengangguk yakin, "Pasti, Tuan. "

Hanya saja, mereka tidak sadar. Sosok lain berdiri dibalik pintu dengan wajah datarnya. Mendengar segala pembicaraan Anastacius dengan Duke Obelia.

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang