42; Legends Never Die

2.2K 160 24
                                    

YoYoYo Watsupp geng?

Kangen ga? Enggak ya, udah tau kok:')

Maapkan aku yang up ga sesuai janji:-(

Langsung aja nihh, saya persembahkan...

JENG JENG JENG

Enjoy, Princess:D

Musik : Legend Never Die ft Against the Current

***

"Apa.. itu..? "

Tubuh Thalia menegang kaku. Matanya membelalak menunjukkan seberapa terkejutnya dia saat ini. Bukan hanya Thalia, Lucas, Ijekiel, Felix dan tentu saja Claude sama terkejutnya melihat Athanasia yang berbeda. Jantung Lucas berdebum kencang, irisnya bergetar ketika melihat sosok lain dalam diri gadis itu.

Apa yang terjadi?

Thalia mengigit bibir, bergetar. "Ath-"

"ARRGGHHHHH-! " Raungan kesakitan kembali menggema. Seketika raut wajah Thalia memucat. Terutama Claude yang bahkan tidak bergerak dari tempatnya sejak tadi, seakan kesulitan mencerna apa yang terjadi. Tubuh Athanasia dipenuhi tato hitam yang merambat layaknya akar sulur. Bersamaan dengan raungannya, sebuah akar mencuat dari tanah. Menyerang seseorang.

Sosok Anastacius mundur menghindar. Mendapat serangan tiba-tiba, Anastacius justru tersenyum lebar. Menarik. Sekarang, bukan hanya dirinya yang terlihat seperti monster. Pelan, langkah kaki gadis itu mendayu menyusuri tanah, mendekat kearah Anastacius.

Ditempat masing-masing, tidak ada yang bersua. Mereka mencerna, melihat dan tidak berbuat apapun. Namun, seketika Thalia tersentak kala mengingat kondisi Jennette.

"Yang Mulia-- Nona Margarita... " Felix berlari terseok dengan wajah pucat. Claude sama sekali tidak menoleh ataupun menjawabnya. Pria itu menunduk nanar melihat kearah Jennette yang terbaring lemah. Meremas gaun gadis itu dengan pandangan kosong.

"Jennette.. " Kaki Thalia tertatih mendekati gadis bernaungkan darah merah segar itu. Nafas Thalia tersengal. Jennette kehilangan banyak sekali darah, jika seperti ini terus dia akan mati perlahan. Thalia panik. Matanya berair. Athanasia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, teman-temannya terluka dan Thalia tidak bisa melakukan apapun.

Bagaimana ini?

Tak apa. Cobalah.

Thalia tertegun. Kepalanya menoleh mencari asal suara. Tadi itu apa?

Cobalah. Kau bisa melakukannya.

Benar.

Thalia bisa. Meski tidak banyak yang bisa dirinya lakukan, Thalia tidak akan kalah dengan keadaan. Dia akan mencoba menghentikan pendarahan Jennette.

"Aku akan mencoba menutup lukanya. " Parau. Lucas yang memapah Ijekiel menepuk pundak gadis itu. "Kau yakin? "

"Ya. "

Kedua telapak tangan gadis merah muda itu ditempelkan kearah luka terbuka Jennette. Merapalkan mantra penyembuh dan berkonsetrasi penuh. Setidaknya, Thalia akan berusaha!

BRUGH

Mereka berkedip. Anastacius terlempar membentur pohon besar, suara tulang retak bersamaan dengan rubuhnya pohon membuat mereka yang melihat tidak bisa mengalihkan pandangan. Pria itu berdecih, darah segar keluar dari sudut bibirnya. Sementara si predator terus menatap mangsanya tajam layaknya singa kelaparan.

Athanasia.. menjadi sangat-sangat kuat.

Atau mungkin, itu memang kekuatan terpendamnya selama ini. Aura gadis itu menunjukan seberapa banyak emosi yang mendominasi, namun tatapan kosong Athanasia seakan menganggu firasat Anastacius.

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang