1; Athanasia

16K 466 47
                                    

Berhubung ini hanya fanfic dari komik asli Who Made Me a Princess/Sundelly I Became a Princess dan hanya berupa imajinasi saya.

Hope you like it😘

Enjoy•~•

****

Athanasia mengerang. Kepalanya terserang pusing saat matanya terbuka. Bibirnya pecah-pecah, tenggorokannya kering. Hal pertama yang dia lihat adalah keremangan.

Putri kerajaan Obelia itu memaksakan duduk. Dengan surai keemasan miliknya yang kusut dan lepek, kedua mata biru berliannya menatap sekitar.

Dimana dia? Terakhir yang Athy ingat adalah dia berada di kamarnya di Istana Emerald.

Pintu terbuka. Athanasia menoleh, matanya yang sayu seketika meredup saat melihat siapa yang datang. Athy ingat dimana dia berada.

"Ah, lihat siapa yang terbangun setelah satu hari tertidur. "

Athanasia bergeming. Mengabaikan apa yang orang itu katakan. Thalia kini masuk dengan nampan berisi segelas air dan sup jagung. "Pulihkan tenagamu. Dan, jangan berulah. "

"Kapan aku berulah? Yang aku lakukan hanya menemui Papa ku. Apa itu salah? "

"Jangan lupa bahwa Yang Mulia tidak ingat siapa anda, Tuan Putri. "

Athanasia tertohok. Ucapan Thalia, sosok yang sudah membantunya selama pelarian benar. Athanasia tahu kenapa dia berada disini, itu karena Claude berusaha membunuhnya. Memutuskan melarikan diri, Athanasia bertemu Thalia, pemilik pondok kecil dengan sifat songgong-nya.

Mata Athanasia memanas. Di kehidupan sebelumnya maupun yang sekarang sama saja. Apa harus Athanasia yang kembali tersakiti?

Apa takdir sekejam ini padanya? Apa di dunia ini tidak ada celah kecil untuk dirinya berdiam diri.

Athanasia tertegun. Lengan putih milik Thalia berada di pipi-nya. Senyum kecil tersungging di bibir Thalia. "Jangan menangis. Semua akan baik-baik saja. "

Athanasia tersenyum miris. Dia ragu itu benar.

"Kapan temanmu itu sampai? Ah, siapa namanya. Lucas, ya? " Thalia menaruh nampan berisi makanan di atas meja kecil di kasur Athanasia.

Athanasia menggeleng samar. Dia sendiri tidak tau. Lucas tidak pernah kembali setelah mencari pohon dunia.

"Aku ragu apa dia memang berniat menolongmu atau tidak-- Akh! Sial, ini sakit! " Thalia mengaduh saat sebuah pukulan mendarat di legan kirinya. Athanasia yang baru saja terbangun setelah pingsan masih memiliki kekuatan sebesar itu untuk memukulnya.

"Jangan meragukan Lucas. Dia penyihir yang hebat! " Kata Athanasia menggebu.

Thalia mengangkat alis. "Ya-ya terserah. Habiskan saja makananmu. Dan, jangan coba-coba kembali ke istana. Aku tidak akan menolongmu lagi. "

Athanasia memilih diam, menghabiskan sup jagung yang masih hangat. Athy tau dia bersalah. Setelah pergulatan batin yang panjang, tanpa dipikir matang-matang Athanasia mencoba kembali ke istana. Dan, siapa yang mengira dia melihat Jennette yang sedang tea time bersama dengan Claude di tempat yang biasa mereka habiskan.

Harusnya Athanasia yang ada disana!

Ketika kemarahan menyelubungginya, tanpa sadar kekuatan Athanasia lepas. Kemarahan dan rasa kecewa meluap-luap, menyebabkan beberapa prajurit menyadarinya dan mengejarnya. Untungnya, dia tidak bersitatap dengan Claude. Walaupun Athanasia mengalami goresan di beberapa bagian, keberuntungan masih memihaknya, Thalia datang di waktu yang tepat. Menolongnya, lagi.

"Hei, Thalia. " Athanasia menautkan kedua tangan yang terasa dingin. Thalia yang sedang membereskan piring ke atas nampan bekas makanan Athanasia merespon singkat. "Hm?"

"Apa aku..bisa bahagia? "

Gerakan Thalia terhenti. Beberapa detik, manik hijau mudanya menatap Putri Athanasia dengan sorot tajam. "Apa yang katakan? Sudah menyerah dengan masalah hidup? "

"Jahatnya, kupikir kau akan menghiburku. "

Thalia menghela nafas. "Aku akan ada saat itu."

Athanasia menggulum senyum. "Ah, manisnya."

"Kau lebih tenang saat pingsan kemarin. "

Athanasia tertawa. Jenis tawa yang tidak benar-benar menunjukkan kebahagian. Setidaknya masih ada Thalia yang bersamanya saat ini, entah sampai kapan.

"Sampai saat itu tiba, kau akan selalu bersamaku, kan? " Athanasia rapuh, Thalia tau itu. Gadis itu tidak menjawab dan memilih mengatakan hal lain.

"Tidurlah lagi, hari ini aku akan bekerja. Jangan tiba-tiba muncul disana dan mengangguku bekerja. " Gadis yang memiliki rambut merah muda itu berdiri, melempar senyum sebelum menutup pintu.

Athanasia bergeming. Thalia memang baik, tapi bukan berarti tidak ada yang gadis itu sembunyikan. Athanasia mulai ketakutan. Pikirannya kembali mengarah pada satu titik.

Apa yang harus Athy lakukan jika ternyata Claude hanya mengakui Jennette sebagai anaknya? Dan malah mencampakan Athanasia seperti dalam novel?

Athanasia takut. Dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya, Athanasia terisak, lagi. Untuk kesekian kalinya, Athanasia disergap rasa takut.

***

Aku menantikan apresiasi kalian, bintangnya jangan lupa🌟

Bye-bye⭐

Sampai ketemu next chapter.

Aku pernah mikir waktu Athanasia pingsan terus Lucas belum pergi, dia pasti bisa nyembuhin Athanasia. Jadi, Claude gak harus pingsan dan amnesia.

Well, jangan lupa komen ya.

Satu kata mengesankan untuk :

Claude

Athanasia

Author

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang