39; Sebuah Takdir

2.7K 212 55
                                    

Haloo~ bagaimana kabar para pembaca sekalian? Sehat-sehat aja kan? Aamiin.

TANDAI KALO ADA TYPO YA PRINCESS

Chapter 37 udah Up sesuai jadwal nich. Cuusss~
langsung aja baca, tapi sebelum itu...

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN, OKE🐣

*****

Era boleh berganti. Waktu pasti berputar. Tapi, sejarah tetap tercipta. Diantara ribuan manusia malang, maupun manusia beruntung, jalinan benang mengalir menguntai kisah mereka sendiri. Menjadi pemeran utama dalam dunia miliknya. Sampai, pasang dan surut menghempaskan semuanya.

Gemuruh langit terdengar mengerikan. Semakin kelabu dan menghitam ditelan ketakutan. Semesta seakan tidak bisa menghentikan apa yang terjadi pada perut bumi yang hijau nan biru keruh. Akar-akar yang menjelma sebagai kaki keluar, suaranya seokannya menggema membuat siapa saja yang melihat melebarkan mata sempurna.

Dua Undied menara bangkit. Jumlah mereka bertambah menjadi tiga. Masing-masing dari mereka menyeret kaki-kakinya dari berbagai arah dan tujuan yang sama. Kanan-tengah-kiri. Menyeramkan.

Dentuman tanah bergemuruh hebat. Kaki Thalia lemas, dia lunglai jatuh ketanah. Tubuhnya gemetar, kedua lengannya terasa dingin. "Apa..apaan ini? "

Tiga Undied menara?

Tidak mungkin. Jangan lagi.

Ditempat berdiri, Athanasia menelisik khawatir. Kedua alisnya berkedut tak senang. Dia sudah bersiaga untuk menyerang. Tapi tak mungkin untuk mengalahkan ketiganya begitu saja. Bukan, Athanasia bahkan tidak yakin bisa mengalahkan salah satunya dari ketiganya.

Bagaimana ini..? Tuhan, tolong kami. Pengangan pada pedangnya mengerat. Athanasia mengigit bibir.

Bagaimana ini?

"Aku punya rencana. " Lucas membuka mulut. Terkejut mendengarnya, Athanasia menoleh cepat. Senyum Lucas menipis. "Tapi, sepertinya akan berbahaya. "

Ah, tanpa diberitahu pun, Athanasia tau.

"Kami akan melakukannya. " Ijekiel berkata yakin. "Jelaskan saja secara singkat dan rinci. "

Lucas bergeming sesaat. Dia ragu. Tapi melihat tatapan serius yang terarahkan padanya, setidaknya itu memberikan mereka jawaban bahwa harapan itu ada. Ini harapan mereka satu-satunya.  "Thalia dan Ijekiel serang Undied sebelah kiri, " Ijekiel membantu Thalia berdiri, kemudian mereka mengangguk. "Yang Mulia dan Felix yang kanan, Aku dan Athanasia.. " Lucas mengalihkan pandangan pada Athanasia. Sorot matanya seakan menyiratkan sesuatu. "..menyerang yang tengah. "

"Dimengerti. "

Lucas mengangguk. Alisnya bertaut tajam. Kalau begitu, "Berpencar! "

Gerakannya secepat kilat, mereka menghilang dan muncul dalam waktu kurang dari sedetik. Seperti ilusi mata yang berbahaya. Ijekiel dan Thalia sudah siap diposisi, sama seperti Claude dan Felix yang memasang kuda-kuda. Guratan tajam berkedut di dahi Claude.

Athanasia menarik nafas dan menghembuskan nya. Pedang bermata tajam dengan cahaya keemasan sudah berada dalam genggamannya. Athanasia kemudian menoleh, maniknya bertabrakan dengan iris merah Lucas.

Lakukan.

Athanasia mengangguk meyakinkan. Lucas tersenyum kecil. Benar. Mereka harus melakukannya. Mata Lucas terpejam sesaat, tarik nafas, lalu serang. Manik merah Lucas terbuka, pendaran cahaya kobaran api menyala. "SEKARANG!"

Loncatan tinggi tercipta. Sungguh, mereka sudah berusaha mengalahkan salah satunya. Thalia yang mengesampingkan kakinya yang terkilir tetap menyerang, bersama Ijekiel yang membantu mengimbanginya. Claude memanggil pedang yang sudah tertidur lama, lingkaran sihirnya mengeluarkan api, angin, petir dan semua kemampuannya. Felix menyerang masih dengan memperhatikan keselamatan sang Raja. Namun, ada yang janggal.

Who Made Me a Princess (fanfic#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang