Yang malah ada ide malah ini😸
-
Plak
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Bella. Brian tanpa punya belas kasih menampar pipi Bella berkali kali dan cukup keras. Ini sudah satu jam sampai efek obat bius itu habis. Tapi, kenapa Bella belum bangun juga?
Brian menyeringai saat melihat mata Bella mulai terbuka. Gadis itu membulatkan matanya, dia memberontak berharap ia bisa terlepas. Tapi, harapan hanyalah harapan. Bisa terjadi dan tidak bisa terjadi.
"Ya gue ngga mau lama lama. Ada bidadari yang harus gue temui." Bella menggeleng, air matanya luruh begitu saja. Dia tau kalau sesuatu yang buruk akan terjadi.
Brian mengambil pisau lipat kecil miliknya. Seperti biasanya, dia akan menggambar pola bunga. Laki laki itu menggambar bola bunga dipipi kanan Bella lalu menulis tanggal terjadinya dipipi kiri Bella. Gadis itu hanya bisa memejamkan matanya sambil menangis, jeritan keras terjadi didalam hatinya. Dia merasa sangat perih dan panas secara bersamaan diwajahnya.
Laki laki itu bangkit, mengambil sesuatu yang tidak jauh dari jangkauannya. Wadah yang berisi timah panas.
"Lo tau kalau ini kena kulit kan?" tanya Brian membuat Bella menggeleng. "Kulit putih mulus lo bakal melepuh. Dan ya gue ngga peduli."
Laki laki itu menyeringai, menuangkan cairan timah panas itu ke kaki dan tangan Bella. Gadis itu hanya bisa menjerit dalam hati. Tubuhnya bergerak liar karena merasa sangat sakit dikaki dan tangannya. Air matanya semakin deras turun.
Sakit. Sangat sakit. Bahkan rasa sakit itu ia rasakan keseluruh tubuhnya. Bella menatap Brian penuh harap. Gadis itu berharap semoga Brian mau berbaik hati untuk menyelamatkannya.
"Oh kurang ya. Biar gue tambahin!" kesadaran Bella semakin menghilang dan itu membuat Brian merasa senang. Dia meletakkan sapu tangan itu diatas perut Bella. Menuangkan cairan timah panas itu keperut Bella.
Brian sangat yakin kalau Bella akan mati. Rasa sakit itu Bella rasakan secara perlahan membuat Bella ingin mati langsung saja. Brian memperhatikan wajah Bella yang kesakitan. Tulang belulang tubuh Bella mulai terlihat. Daging dan segala isi perut Bella hancur tidak tersisa.
"Mati kan," gumam Brian. Rasanya senang karena tidak akan ada pengganggu lagi. "Makanya jangan berurusan sama gue!"
Brian berjalan menuju ruang CCTV yang ada disekolahnya. Dia ingin menghapus rekaman saat dia membunuh Bella tadi. Hanya beberapa menit saja, rekaman tadi sudah terhapus. Dan tidak akan ada yang tau kalau dia pelakunya. Laki laki itu masuk kedalam mobilnya, menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Tidak lupa membuang wadah bekas timah panas itu ketempat yang jauh dari sekolah.
"Berurusan sama gue, mati!" desis Brian sambil menyeringai jahat.
🐼
"Brian! Kita udah dewasa. Kamu ngga bisa begini! Bunda sama Ayah bisa curiga." ujar Nia saat lagi lagi Brian masuk kedalam kamarnya secara diam diam.
"Memangnya kenapa kalo kita udah dewasa? Lagi pula itu tidak penting." jawab Brian santai, kelewat santai malah. Laki laki itu memeluk perut Nia erat.
"Kamu ngga bisa kek gini, Brian. Kita udah dewasa, kita ngga bisa kayak anak kecil lagi. Aku takut terjadi apa apa." ujar Nia mencoba menyingkirkan tangan Brian.
Brian mengangkat wajahnya. "Maksudnya terjadi apa apa gimana? Maksud Nia gini?"
Belum Nia menjawab, Brian sudah membungkan mulut Nia menggunakan bibirnya. Mencium gadis itu rakus dan menuntut. Nia mencoba mendorong tubuh Brian menjauh. Ini salah, tidak seharusnya Brian melakukan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish or Psycho? (END)
Teen FictionBocah tapi sifatnya sadis? Gimana tuh? - Arsenio Brian Vernando. Cowok polos, childish, manja tapi mempunyai jiwa iblis. Laki laki itu suka menyiksa manusia lain sampai mati. Tapi jika seperti itu, apa masih bisa dikatakan childish? Bocah. Itulah ka...